"Akhirnya yang ditunggu turun juga."
Ashana tersenyum saat melihat keduanya berjalan mendekat. Sepertinya Ashana sudah tahu apa yang terjadi dengan Aliesha. Lebih tepatnya Ashana mengetahui dari Gaillard yang mendengar semua yang Xavier dan Aliesha bicarakan. Sebenarnya Gaillard memutuskan menyusul setelah Xavier pergi untuk memastikan keadaan Aliesha.
Tangan Xavier menarik kursi disebelah Ashana. Mendudukkan Aliesha yang masih menundukkan kepala. Setelahnya Xavier menarik kursi disebelah Aliesha untuk dirinya sendiri.
"Aliesha mau makan dengan apa?"
"Apa saja."
Suara Ashana terdengar lembut, tersenyum tipis menatap Aliesha. Setelah selesai dengan sang putri Ashana beralih menyajikan makanan untuk Gaillard.
"Xavier!"
"Tidak perlu Bunda, aku bisa mengambil sendiri."
Keempatnya mulai menikmati hidangan yang tersaji, makan malam yang berlangsung dengan hening hanya peralatan makan yang saling beradu.
"Xavier akan menginap atau pulang ke Apartment?"
"Setelah ini Aku akan pulang."
"Aku hanya ingin memberi tahu. Beberapa minggu ini mungkin Aku tidak bisa berkunjung karena ada tugas."
Seketika Aliesha menatap Xavier yang tersenyum tipis padanya. Mereka baru saja menyelesaikan makan malam.
"Hati-hati saat menjalankan tugas. Jangan sampai lupa makan."
"Iya Bunda."
"Utamakan keselamatan diri."
Sedari tadi Gaillard yang hanya diam mendengarkan akhirnya membuka suara.
"Iya Ayah."
Bekerja di kepolisian yang bertanggung jawab menangani kasus tindakan kriminal yang tidak menutup kemungkinan bisa membahayakan untuk keselamatan diri sendiri, membuat kedua orang tua terkadang merasa khawatir.
"Kakak hati-hati."
"Iya."
"Kalau begitu aku pulang dulu Ayah, Bunda."
Xavier beranjak dari tempatnya, yang mendapat senyuman tipis dari Ashana dan Gaillard. Aliesha ikut beranjak berdiri.
"Jangan terlalu dipikirkan."
Xavier mengingatkan Aliesha yang hanya mendapat anggukan kepala singkat dari sang adik.
"Aku ke kamar dulu."
"Mau Bunda buatkan chocolat panas?"
Tanya Ashana karena Aliesha hanya makan sedikit dari yang Ashana sajikan. Pasti Aliesha tidak berselera untuk makan, kebiasaan sang putri jika sedang ada masalah.
"Tidak perlu Bunda."
"Langsung istirahat. Jangan begadang."
"Iya Ayah."
"Jangan terlalu dipikirkan. Bukankah masih ada waktu."
Ashana mencoba menghibur Aliesha yang hanya terdiam, setelahnya pergi menuju kamar menyisakan Ashana dan Gaillard di ruang makan. Menghela nafas panjang Ashana memikirkan Aliesha yang pasti terbebani dengan perkataan Gaillard yang akan mengirimnya ke rumah Kakek dan Neneknya selaku kedua orang tua Gaillard jika tahun ini Aliesha tidak kunjung menyelesaikan studinya.
...***...
Westminster, London. February 08, Tuesday.
Seminggu sudah berlalu. Yang Aliesha lakukan hanya berada di dalam rumah. Menghabiskan sebagian besar waktu di kamar entah itu mempelajari materi tugas skripsi atau hanya menonton film dari laptop untuk sebatas mengisi waktu. Sembari menunggu jadwal bimbingan selanjutnya.
Tidak ada kegiatan yang penting yang bisa Aliesha lakukan. Ingin keluar untuk jalan-jalan merasa tidak ada teman, karena kedua sahabatnya pasti sibuk dengan urusan masing-masing. Alhasil Aliesha hanya mengurung diri di rumah. Sebenarnya Aliesha sedikit takut jika ingin keluar, takut jika Gaillard akan marah. Aliesha merasa lega karena Gaillard tidak pernah membahas masalahnya.
Pagi ini keluarga Martinez sedang melakukan sarapan pagi.
"Kamu tidak jenuh hanya di rumah?"
"Emph!!"
Aliesha menatap Ashana dengan masih menyantap roti selainya.
"Mau ikut Bunda ke Butik? Dari pada di rumah."
"Memangnya boleh?"
"Tentu saja boleh. Siapa yang melarang?"
"Ayah."
Dengan polosnya Aliesha menatap Gaillard yang masih menikmati sarapan paginya. Ashana tersenyum mendengar penuturan Aliesha, pantas saja selama seminggu ini Aliesha tidak keluar rumah ternyata takut dengan Gaillard.
"Kapan Ayah mengatakannya?"
"Ayah tidak pernah mengatakan apapun."
Suara yang selalu terdengar tegas, Gaillard menatap Aliesha seolah mengintimidasi.
Sebenarnya memang semenjak kejadian waktu itu Gaillard bersikap seperti biasanya. Mungkin hanya pemikiran Aliesha saja yang berlebihan mengira bahwa Gaillard marah dan sebagainya.
"Aku pikir Ayah marah dan tidak mengizinkanku keluar."
Aliesha menjawab dengan suara sangat pelan. Yang masih terdengar oleh Gaillard.
"Itu hanya pemikiranmu saja. Ayah sudah selesai."
Chup!
Beranjak berdiri Gaillard mendekati Ashana dan mengecup singkat keningnya.
"Ayah berangkat dulu."
Ashana tersenyum dan mengangguk. Sebelum benar-benar meninggalkan ruang makan Gaillard menghampiri Aliesha.
Chup!
Mengecup sekilas puncak kepala Aliesha yang membuat gadis itu menegang atas tindakan Gaillard.
"Jangan membuat masalah."
Tangan Gaillard mengusap pelan kepala Aliesha. Mungkin bagi Aliesha itu seperti sebuah perintah karena Gaillard mengatakan dengan suara tegas juga raut wajah serius, lebih tepatnya wajah Gaillard memang selalu seperti itu.
"Iya Ayah. Ayah hati-hati."
Setelahnya Gaillard melangkah pergi meninggalkan ruang makan.
Sedangkan Ashana sedari tadi hanya diam memperhatikan dengan senyum menghiasi wajahnya.
"Siap-siap dulu, Bunda tunggu di depan."
"Iya bunda."
Aliesha melangkah pergi menuju kamar untuk berganti pakaian menyisakan Ashana yang mulai membereskan meja makan dengan di bantu Bi Frida.
...*...
Dengan penampilan casual di musim dingin mengenakan celana jeans blue longgar dan atasan sweater putih dan tas selempang berukuran kecil Aliesha menghampiri Ashana.
Berjalan beriringan dengan Aliesha merangkul tangan Ashana menuju Mercedes-Benz AMG A35 Yellow yang terparkir di pekarangan rumah.
"Waah! Nona Aliesha juga ikut?"
Tanya pria paruh baya berkumis yang tak lain adalah supir pribadi keluarga Martinez, Pak Silas. Yang sudah siap berdiri di samping mobil.
Cklek!
"Iya Pak Silas."
Aliesha menjawab dengan tersenyum tipis. Masuk ke dalam mobil yang diikuti Ashana.
...***...
Hanya duduk-duduk santai di sofa tunggu Aliesha mengamati segelintir orang yang berlalu lalang di dalam Butik. Sedari pagi tadi hingga menjelang sore ini Aliesha hanya sibuk bersantai dengan ditemani cemilan dan minuman kesukaannya, sembari bermain ponsel berselancar di sosial media atau bermain game.
Melihat Ashana dan tiga pegawainya yang sibuk melayani jika ada pembeli datang. Butik yang dikelola Ashana terbilang cukup besar dan sudah memiliki cukup banyak pelanggan tetap. Memulai usaha Butik dari Aliesha memasuki junior high school.
Memiliki eman pegawai yang terbagi menjadi dua shift karena Butik yang dibuka dari pukul 09.00 A.M. sampai pukul 10.00 P.M., salah satu pegawai di masing-masing shift menjadi penanggung jawab jika Ashana tidak ada.
Kondisi Butik dari siang terbilang cukup ramai pembeli. Terbukti dari Ashana dan tiga pegawainya yang terlihat sibuk.
Sebenarnya Aliesha ingin membantu tapi dirinya tidak tahu apa yang harus dilakukan, merasa tidak pandai melayani atau sebatas memberi saran. Alhasil Aliesha hanya duduk santai dan sesekali bertugas menjadi kasir saat ada pelanggan yang ingin membayar.
Ting!
Ting! Ting!
Dengan sedikit malas Aliesha meraih ponsel yang tergeletak di meja. Menghidupkan layar ponsel, seketika Aliesha duduk dengan tegap melihat notifikasi pemberitahuan dari grup bimbingan.
'February 09, Wednesday. Akan dilakukan sesi bimbingan 09.20 A.M. sampai pukul 11.00 A.M. Diharapkan mahasiswa datang ke gedung Fakultas Hukum ruangan Dr. Reynard Rexton R.'
"Akhirnya!"
"Ada apa, Kamu terlihat senang?"
Tanya Ashana yang berjalan menghampiri Aliesha, keadaan dalam butik sudah mulai lenggang.
"Tidak apa-apa. Besok ada jadwal bimbingan."
Aliesha tersenyum manis, Ashana yang sudah duduk di sampingnya juga ikut tersenyum.
"Baguslah. Semoga tidak gagal lagi!"
"Ish, Bunda."
Ashana terkekeh pelan mendapati Aliesha yang terlihat kesal dengan raut wajah cemberut.
"Mau pulang sekarang? Tapi kita ke Mall dulu untuk belanja."
"Iya."
...***...
Berjalan disamping Ashana Aliesha mengikuti dalam diam. Mengamati setiap Ashana yang sibuk memilih bahan makanan. Dalam troli sudah terdapat berbagai barang juga bahan makanan.
Keduanya sedang berada di antara sayur dan buah-buahan yang tertata rapi.
"Kamu mau buah strawberry?"
Tanya Ashana yang masih sibuk memilih-milih buah.
"Ya. Strawberry and cherry."
Aliesha menghampiri Ashana. Dirinya memang suka dengan kedua buah itu.
"Bunda pilih yang bagaimana? Semuanya terlihat sama."
"Pilih yang terlihat masih segar."
Kata Ashana Yang masih sibuk memilih buah cherry.
"Kalau mau yang segar harus dari pohonnya."
"Kamu ini."
Ashana mencubit pelan hidung mancung Aliesha. Setelah selesai memilih, Ashana meletakkan pilihannya kedalam troli.
"Bunda mau pilih sayur dulu."
Ashana berjalan kearah yang terdapat berbagai macam sayur-sayuran.
"Bunda aku ingin makan steak."
Aliesha mengikuti sang Bunda di belakang sambil mendorong troli.
"Setelah ini kita menuju beli daging."
"Aku saja dan Bunda disini supaya cepat selesai!!"
"Ya sudah, Bunda tunggu di sini."
Meninggalkan Ashana sendiri Aliesha menuju tempat yang menyediakan daging. Melangkah pelan sembari melihat sekeliling. Pandangan Aliesha berhenti saat melihat anak kecil laki-laki yang berlari tanpa melihat jalan dari lawan arahnya, tambah terkejut saat mendapati tidak jauh didepannya ada sebuah troli.
Aliesha setengah berlari berusaha mendekati troli dan anak kecil itu. Saat sudah dekat tangan Aliesha meraih pegangan troli dan mendorongnya ke sisi kiri.
BRAK!
Suara troli yang menabrak rak berisi bahan perlengkapan bumbu dapur. Beruntungnya Aliesha tidak terlalu keras saat mendorong trolinya.
"Sayang!"
Suara teriakan seorang wanita yang entah siapa.
BRUK!
Anak kecil itu menabrak tubuh Aliesha, karena tidak siap mendapat terjangan alhasil keduanya jatuh ke lantai.
Seorang wanita menghampiri keduanya dan bergegas membangunkan anak kecil itu.
"Ada yang sakit? Jangan begitu lagi, bahaya!!"
Kata wanita itu dengan raut wajah khawatir, memeluk putranya erat. Anak kecil itu hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Apa Kamu terluka? Terima kasih sudah menolong anak saya."
"Iya. Saya tidak apa-apa."
Aliesha tersenyum tipis yang sudah berdiri tidak jauh dari wanita itu dan putranya.
Derap langkah kaki mendekat mengalihkan perhatian keduanya. Aliesha memalingkan wajah ke sumber suara dan detik berikutnya dirinya terdiam terpaku menatap seorang pria yang berdiri di belakangnya.
"Maaf. Ada yang melihat troli disini?"
Tanya pria penampilan rapi dengan setelan jas.
Wanita yang masih memeluk putranya melangkah kearah belakang menuju ke sebuah troli. Mendorongnya mendekat dengan sebelah tangan menggandeng tangan putranya.
"Apa ini milik Tuan? Tadi putra Saya berlari dan hampir menabraknya. Beruntungnya Nona ini cepat menolong."
Wanita itu menyerahkan troli ke hadapan pria itu.
"Iya. Ini milik Saya."
"Sekali lagi Saya minta maaf."
"Saya juga salah karena meninggalkan trolinya."
Dengan wajah datar pria itu meneliti kearah troli.
Wanita itu beralih menatap Aliesha. Kembali mengatakan rasa terima kasih karena sudah menolong sebelum pergi menyisakan Aliesha dan seorang pria yang entah siapa. Aliesha yang sedari tadi terdiam hanya tersenyum tipis sebagai respon.
"Maaf karena Aku mendorong trolinya. Apa barangnya ada yang rusak?"
Aliesha bertanya untuk memecah keheningan menatap pria yang berdiri di sampingnya.
"Tidak."
"Mungkin bisa dilihat dulu. Jika ada, Aku akan menggantinya."
"Tidak perlu."
Tegas pria itu melangkah pergi tidak lupa mendorong trolinya.
Aliesha menatap kepergian pria itu sampai hilang di belokan ujung.
'Dingin sekali. Tapi kenapa wajahnya sangat tampan!'
Aliesha kembali melangkah pergi menuju tujuan awalnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments