"Hhhh. Kenapa Dalziel lama sekali!"
Duduk bersandar di kursi Aliesha terlihat antara lelah dan tidak bersemangat. Keduanya sudah selesai makan dari lima puluh menit yang lalu. Lebih tepatnya hanya Steven sendiri yang makan karena Aliesha hanya menemani.
"Tunggu saja. Mau tambah juice?"
Melihat gelas kedua Aliesha yang sudah kosong Steven bertanya pada Aliesha yang menatap dirinya dengan malas.
"Mau aku pesankan makanan? Sambil menunggu Dalziel!"
Steven mencoba membujuk Aliesha karena gadis itu tidak mau makan saat dirinya makan, lebih tepatnya sarapan pagi bagi Steven.
"Aku tidak lapar."
"Hhhh. PELAYAN!"
"Kita akan pulang?"
Aliesha menegakkan duduknya menatap Steven dengan raut wajah penuh harap.
"Sudah diam saja."
"Ada yang ingin dipesan lagi Tuan?"
Kata pelayan laki-laki saat sudah berdiri di meja Aliesha dan Steven.
Steven mulai memesan berbagai makanan kesukaan Aliesha, menghentikan perkataannya Steven mengalihkan pandangan kembali menatap Aliesha yang duduk dengan lesu di kursinya.
"Mau ice cream juga?"
Aliesha hanya diam, mengernyit bingung balas menatap Steven.
"Ice cream 1."
Steven kembali menatap pelayan itu.
"Ada tambahan lagi?"
"Tidak."
"Baik. Mohon ditunggu pesanannya."
Setelah selesai mencatat semua pesanan Steven pelayan itu melangkah pergi.
"Kamu masih lapar?"
Mengernyit heran Aliesha menatap Steven yang hanya tersenyum simpul menanggapinya.
"Untukmu sayang."
"Tapi Aku...!"
"Ssstt. Baby."
Menempelkan jari telunjuk di bibirnya sendiri Steven mencondongkan tubuh kearah Aliesha. Dengan senyum menggoda yang menghiasi wajah tampannya, iris blue Steven menyorot Aliesha lekat.
"Yak. Steven!"
Aliesha melotot tajam menatap Steven, dirinya sudah sepenuhnya berdiri. Rasa kesalnya sudah berada di ambang batas, ingin rasanya Aliesha memukul wajah Steven yang menurutnya sangat menyebalkan saat tersenyum dengan raut wajah menggoda jika menatap dirinya. Tapi bukankah itu tindakan kekerasan, karena nyatanya Aliesha sangat mematuhi peraturan hukum yang berlaku.
"Hhhh. Beruntungnya Aku bukan seseorang yang suka melakukan tindakan kekerasan."
Aliesha kembali duduk dengan tenang, walaupun wajahnya masih terlihat sangat kesal.
"Why!!"
Dengan raut wajah bingung Steven masih berada di posisi yang sama.
"Jika tidak. Aku sudah memukul wajahmu yang menyebalkan itu."
"Hahaha."
"Astaga. Hahaha. Kamu gadis pertama yang mengatakan itu."
Steven tertawa lepas, menggelengkan pelan kepalanya kembali duduk dan menyandarkan diri pada kursi.
Ternyata candaan Steven berhasil mengalihkan perhatian Aliesha. Karena Steven tahu jika Aliesha pasti sedang ada masalah walaupun dirinya juga memang suka menggoda Aliesha, setiap kali merasa terhibur atas reaksi yang Aliesha berikan.
"Hahaha."
"Berhenti tertawa. Kamu ingin menjadi pusat perhatian!"
Kesal Aliesha mengalihkan pandangan kearah lain. Masalahnya setiap pengunjung Cafe sedang memperhatikan kearah keduanya karena suara tawa Steven. Beruntungnya meja yang mereka tempati berada diujung ruangan.
Tidak perduli dengan pandangan orang lain Steven masih terkekeh geli.
"Ekhm."
Steven maupun Aliesha mengalihkan pandangan kearah sumber suara.
"Hi!"
Sapa seorang gadis yang tidak lain adalah Callie yang sudah berdiri disamping kursi yang Steven tempati.
Aliesha memilih diam menyibukkan diri dengan bermain ponsel tidak ingin terlalu menanggapi, nyatanya memang Callie hanya menyapa Steven.
"Masih mengingatku?"
Tanya Callie dengan senyum malu-malu menatap Steven.
Mengernyit bingung Steven terlihat berfikir. Jujur saja Steven memang lupa dan tidak mengingat gadis yang berdiri di depannya.
"Yang tadi pagi. Di Fakultas Hukum!"
Callie masih mempertahankan senyum terbaiknya.
"Ahh. Iya."
Steven menatap Callie dengan tersenyum tipis.
"Mau bergabung! Aku yang traktir sebagai rasa terima kasih untuk yang tadi pagi."
Callie terlihat antusias, senyumnya semakin mengembang menghiasi wajah cantiknya karena makeup.
"Tidak. Terima kasih."
Kata seorang gadis melangkah menghampiri Callie yang ternyata adalah Farra dengan membawa paper bag di salah satu tangannya. Callie menatap Farra dengan raut wajah kesal, merasa Farra mengacaukan pendekatannya dengan Steven.
Steven maupun Aliesha mengalihkan pandangan sekilas kearah Farra dan kembali pada kegiatan masing-masing.
"Terima kasih untuk tawarannya. Kami tidak bisa karena masih ada urusan lain. Mungkin lain waktu!!"
Kembali menatap Steven Callie mencoba memberi penjelasan pada Steven dengan senyum yang dibuat semanis mungkin.
"Tidak masalah."
Kata Steven dengan singkat, nyatanya Steven memang hanya sebatas basa-basi tidak benar-benar meminta kedua gadis itu untuk bergabung bersama.
"Ayo."
"Sebentar."
"Emhh. Kita belum berkenalan. Aku Callie."
Callie mengulurkan tangan kanannya dan Steven menerimanya dengan sedikit malas, keduanya saling berjabat tangan.
"Steven."
"Boleh aku bertanya sesuatu?"
Callie melirik sekilas pada Aliesha yang masih sibuk dengan ponsel.
"Sure."
"Apa Aliesha kekasihmu?"
Steven mengernyit heran. Saat mendengarnya Aliesha terdiam untuk sesaat, setelahnya bersikap biasa saja. Farra yang berdiri di samping Callie tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, berpikir jika temannya sungguh sangat berani.
"Sebenarnya Aliesha sudah menjelaskan. Tapi...!"
Menatap Aliesha dengan ekor mata Steven memperhatikan reaksi Aliesha yang terlihat biasa saja.
"Kita hanya berteman."
Kata Steven pada akhirnya, Steven tahu jika hal itu juga yang Aliesha jelaskan pada Callie.
"Jadi begitu. Ya sudah kita pergi dulu. Mungkin lain waktu Kamu bisa mentraktirku."
Callie tidak bisa menyembunyikan raut wajahnya yang terlihat bahagia, terbukti dari senyumnya yang semakin mengembang. Steven sendiri hanya mengangguk sekilas.
"Kita pergi dulu Aliesha."
Kata Farra menatap Aliesha. Mengangkat pandangan Aliesha hanya tersenyum tipis membalas Farra.
"See you!"
Callie melambai pada Steven sebelum dirinya ditarik paksa oleh Farra.
"Kenapa Kamu sangat berani bertanya langsung pada Steven. Ada Aliesha juga!!"
Farra menarik Callie untuk lebih mendekat padanya, berbicara dengan suara pelan. Keduanya sudah cukup jauh dari meja Steven dan Aliesha.
"Memangnya kenapa? Aku hanya memastikan."
Senyum Callie tidak pernah pudar menghiasi wajahnya.
"Jika Aliesha bukan kekasih Steven. Pasti Steven juga punya kekasih lain."
"Aku bisa mencari tahu lewat Aliesha."
"Kamu lupa dengan sikapmu tadi pagi. Tidak lihat sikap Aliesha yang hanya diam mengacuhkan kita!!"
Farra rasanya ingin marah pada Callie, kenapa temannya sangat menjengkelkan. Rasa sukanya seperti membuat Callie menjadi bebal tidak tahu situasi.
"Sudahlah itu urusanku. Ayo."
Keduanya melangkah pergi meninggalkan Cafe dengan Farra yang ditarik oleh Callie.
.......
"Kalian berteman?"
Bertanya pada Aliesha yang hanya diam bermain ponsel Steven mencoba memecah kesunyian setelah kepergian Farra dan Callie.
"Tidak. Hanya saling mengenal."
"Hm."
Mengangguk sekilas Steven tidak bertanya lebih lanjut. Tidak ingin situasi antara dirinya dan Aliesha menjadi rumit.
"Aku akan pulang."
"Tunggu...!"
Aliesha beranjak berdiri mengambil tas ransel yang diletakkan di kursi sampingnya. Steven juga beranjak berdiri mencoba menghentikan Aliesha.
"Maaf menunggu lama!"
Perkataan seseorang berhasil membuat keduanya menghentikan gerakan, bersamaan menatap kearah sumber suara. Seorang pria berpenampilan casual musim dingin yang terlihat trendi melangkah mendekat.
"Kau sangat lama. Sampai membuat Princess kita sedari tadi mengeluh!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Anunk Lasmana
ceritanya bagus
2024-08-15
1