"Kau sangat lama. Sampai membuat Princess kita sedari tadi mengeluh!"
Steven melirik sekilas kearah Aliesha, menyambut pria dengan rambut dark brown yang sedikit berantakan menambah kesan keren pada penampilannya. Keduanya saling beradu jabat tangan dan berpelukan sekilas.
Dalziel Alden Thompson sahabat kecil Aliesha, bisa dikatakan juga Steven dan Dalziel bersahabat dari keduanya memasuki Senior High School. Dari Dalziel juga Steven bisa mengenal Aliesha. Semenjak itu ketiganya berteman baik sampai sekarang atau lebih tepatnya bersahabat.
Dalziel, seorang pria menawan dengan wajah tampannya. Iris honey yang menyorot hangat tapi terkesan misterius. Visualnya memang sudah tidak diragukan lagi, keren dan menawan.
"Maaf manis. Aku mampir ke toko sebentar untuk membeli keperluan projek ku."
Dalziel menatap Aliesha setelah selesai berpelukan dengan Steven. Beralih mengacak pelan rambut Aliesha.
"Hm."
Menepis dengan pelan Aliesha menyingkirkan tangan Dalziel, dirinya kembali duduk dengan raut wajah kesal.
"What's wrong!"
"Kau membuatnya kesal karena harus menunggu terlalu lama."
Steven dan Dalziel duduk berdampingan sedangkan Aliesha duduk di seberang tepat berhadapan dengan Dalziel.
"Hi. ada apa?"
Suara yang terdengar lembut Dalziel menatap teduh pada Aliesha yang ada dihadapannya.
Dalziel dan Steven memang berbeda saat bersama Aliesha. Jika Steven selalu mengganggu dan suka menggoda Aliesha, Dalziel lebih peka dan pengertian terhadap sahabat kecilnya.
"Tidak apa-apa."
"Sepertinya bimbingannya gagal lagi!"
Steven menatap Aliesha dengan senyum simpul yang dibalas Aliesha dengan menatap kesal kearahnya.
"Lagi!!"
Kata Dalziel dengan raut wajah heran menatap Steven sekilas dan kembali menatap Aliesha lekat.
"Semua itu gara-gara Steven."
Kesal Aliesha pada akhirnya menatap Steven marah, Steven sendiri terlihat santai dan bersikap biasa saja.
"Apa salahku? Katamu Miss Briela sudah tidak menjadi Dosen pembimbingmu!"
"Tadi pagi Kamu mengatakan 'semoga gagal bimbingannya' begitu. Dan lihat sekarang!"
"Oh astaga. Hahaha."
Tawa Steven kembali menggema, tidak habis pikir dengan Aliesha yang menganggap serius candaannya pagi tadi.
"Tertawa saja terus."
Aliesha memalingkan wajah dengan raut kesal kearah lain, melipat kedua tangan di depan dada.
"Kenapa bisa gagal?"
Dalziel menatap Aliesha dengan raut wajah serius.
"Hhhh. Ketahuan skripsiku bukan Aku sendiri yang mengerjakan."
Aliesha terkulai lemas dalam duduknya. Menenggelamkan wajah pada lipatan tangan di atas meja.
Steven dan Dalziel saling melempar tatapan dengan kening mengernyit bingung dan kembali menatap Aliesha.
"Maaf, pesanannya!"
Kata seorang pelayan pria dengan nampan di tangannya berdiri di sisi meja.
"Ya letakkan saja."
Kata Dalziel pada pelayan yang terlihat kebingungan meletakkan pesanan karena sebagian sisi meja terhalang oleh Aliesha. Sebelum pelayan pergi Dalziel sudah lebih dulu memesan menu tambahan untuk dirinya.
"Sebaiknya Kamu makan dulu. Membahas skripsimu nanti setelah makan!!"
Kata Steven mencoba membujuk Aliesha yang enggan beranjak dari posisinya.
"Ada ice cream dan cake kesukaanmu juga!"
Dalziel juga mencoba membujuk Aliesha. Tapi hanya keheningan yang keduanya dapatkan karena Aliesha masih setia berada diposisi mengabaikan keduanya.
Dalziel dan Steven sangat tahu masalah Aliesha, dua kali mengerjakan tugas skripsi yang berbeda tema tapi berakhir tidak diterima tidak tahu karena alasan apa. Yang jelas Miss Briela selalu menolak tugas Aliesha di bab bagian akhir saat skripsinya sudah hampir selesai yang dibuat Aliesha sendiri dengan berbagai usaha.
Mungkin karena sudah lelah dengan situasi yang ada akhirnya Aliesha meminta bantuan Xavier untuk membuatkan tugas yang ketiga kali bagi Aliesha mengerjakan ulang tugas skripsinya dan berakhir tidak diterima lagi.
...***...
Terlihat perempuan muda dengan makeup tebal berjalan dengan berlenggak lenggok membuat tubuh idealnya meliuk-liuk sempurna mengiringi setiap langkah dari high heels yang beradu dengan lantai marmer. Berjalan seperti seorang model profesional menyusuri koridor dalam sebuah gedung.
Tok! Tok! Tok!
CKLEK!
Meraih kenop pintu dengan jemari lentiknya yang berhiaskan kuteks merah pada setiap kukunya. Mendorong secara perlahan sampai pintu terbuka menampilkan sebuah ruangan yang sangat besar. Melangkah untuk menghampiri meja kerja yang berada di ujung ruangan dengan dinding kaca besar disetiap sisi bangunan yang mengarah keluar menampilkan pemandangan indah Kota London.
"Ekhm!"
"Aku sudah datang."
Suara yang terdengar manja mengusik keheningan yang menyelimuti dalam ruangan. Wanita itu berdiri tepat didepan meja yang terdapat kursi yang membelakanginya.
Detik berikutnya kursi berputar menampilkan pria paruh baya dengan setelan jas kantornya, dengan wajah yang bisa di katakan cukup tampan. Duduk dengan angkuh pada kursi kebesarannya dengan senyum menggoda menatap perempuan yang ada di hadapan hanya terhalang oleh meja.
"Come here baby!"
Puk! Puk!
Pria paruh baya itu menepuk pahanya sendiri, meminta wanita itu untuk mendekat padanya. Dengan senyum menggoda wanita itu mulai melangkahkan kaki, dengan sengaja meliuk-liukkan tubuh sambil kedua tangan melepas mantel yang dikenakan dan menjatuhkannya begitu saja di lantai. Menampilkan tubuh seksi yang dibalut dengan pakaian ketat yang membuat setiap lekuk tubuhnya terlihat.
GREP!!
"KYAA-Emhhpp!!"
Dengan cepat pria itu menarik tangan sang wanita saat sudah berdiri di hadapan. Menyambar dengan terburu bibir tebal sang perempuan yang terlihat merah menyala karena lipstik. Melumat dengan rakus untuk mencari kenikmatan, merapatkan diri untuk saling merengkuh untuk memperdalam ciuman. Cukup lama mereka hanyut dalam ciuman keduanya yang agresif.
Sang pria dengan sigap mengangkat sang perempuan dalam gendongan. Kembali melakukan ciuman panas yang keduanya lakukan dalam setiap langkah kaki pria itu menuju sofa panjang yang ada di sudut ruangan. Beralih mencumbu leher sang wanita membuatnya semakin erat mengalungkan tangan pada leher sang pria, semakin mendongak memberi kemudahan pada sang pria untuk melancarkan kegiatannya.
"Aah. Louis!!"
"Pintunya belum di kunci!"
"Tenang saja. Aku sudah menguncinya secara otomatis."
Louis duduk di sofa dengan sang wanita yang duduk di atas pangkuannya. Tangannya dengan lihai meremas buah dada sang wanita. Membuat desahan manja mengalun dengan sempurna memenuhi ruang kerja Louis.
"Aahhh. Ughh!!"
"Suaramu sangat indah Jessica."
Keduanya kembali beradu ciuman panas sampai terbaring di sofa tanpa melepaskan tautan bibir. Menghabiskan waktu siang hari di musim dingin dengan kegiatan panas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments