Bab 15

Widi terlihat sudah selesai mengerjakan laporan yang harus ia serahkan besuk.

"Bro, gue cabut duluan!" Widi menoleh kesalah satu rekan kerjanya.

"Main cabut aja, sudah selesai lu?"

Widi hanya menjawab Oke dengan kode jari sambil berlalu. Ia ingin sekali menjemput Puri pulang kerja, tapi Ia tidak siap mendapat penolakan. "Ada saja alasannya", Batin widi.

Widi memutari kota dengan kendaraannya secara pelan. Kendaraan yang sudah menemaninya hampir 2th lebih, mobil dengan warna putih dan sedikit modifikasi dibagian luar. kursi dan beberapa aksen didalamnya pun berwarna putih. sebenarnya Ia tidak terlalu menyukai warna putih, hanya karena Puri menyukai warna putih ia pun berusaha mengikuti seleranya.

Widi melihat jam yang melingkar ditangannya. "Tepat! jam setengah 3." dengan senyum sumringah Widi segera melajukan kendaraannya. Terbesit ide untuk menghampiri Wulan dan Yoana untuk dijadikan alasan menjemput Puri. "Kalau ada mereka tidak mungkin puri akan menolak", batin Widi

***

Tinnnnnn....Tinnnnnnnn

bunyi klakson yang membuat Yoana dan Wulan terkejut.

"Itu Widi bukan sih?" Yoana menoleh kearah Wulan

"Iya sih kelihatannya. Tapi ngapain dia kemari?"

"Aku juga tidak tahu."

Widi mengampiri mereka berdua, ia berjalan dengan tegap dan langkah pasti, dengan kacamata biru dan potongan rambut yang berbeda membuatnya semakin tampan. "Kenapa dia terlihat berbeda hari ini, dengan potongan rambut seperti itu kenapa dia terlihat semakin tampan?" batin Yoana.

"Ngapain kamu kesini?" tanya Wulan penuh selidik

"Tadi aku ada keperluan didaerah sini, sekalianlah jemput kalian!"

"Jemput?" tanya Yoana dengan mata berbinar

"Iya. sekalian ngajakin kalian makan" Widi menoleh kearah Yoana dan Wulan secara bergantian, "Apa kalian ada janji?" sambungnya

"Kebetulan sekali. Kita mau kekantor Puri, lama nih gak ketemu dia" jawab Wulan,

"Kebetulan sekali, tadi kita hampir memesan taxi online. Eh gak taunya kamu nongol disini."

Widi mengulas senyum, "Kebetulan sekali, tanpa aku meminta kalian yang sudah menawarkan" batin widi.

Mereka bertiga masuk mobil, obrolan ringan sepanjang jalan yang membuat mereka tidak terasa sudah memasuki area halaman tempat kantor puri bekerja.

"Eh, itu Puri bukan?" tanya Yoana

"Iya betul, itu yang disebelahnya Edo bukan?" Wulan memincingkan matanya. Karena jarak mereka yang masih jauh

Widi hanya diam, ia mengamati dari jauh. Terlihat mereka yang sangat akrab membuatnya tidak suka.

Wulan dan Yoana turun dari mobil dengan segara tanpa mengajak Widi.

"Haiiiii ! " Wulan dan Yoana melambaikan tangan kearah Puri dan Edo

Puri terlihat bahagia melihat mereka, iapun membalas lambaian tangan mereka dan berjalan dengan cepat menghampiri mereka.

"Kangen!" Mereka berhamburan saling memeluk dan cipika cipiki

Edo yang menyusul hanya geleng-geleng kepala, "Emang ya kalau wanita pada ngumpul, selain berisik pada lebai" kedua tangan Edo dilipat kearah dada.

"Yeeee, syirik aja deh. Sana hus hus pergi, mengganggu saja." Puri memanyunkan bibirnya dan sebuah gerakan tangan seperti mengusir

"Iya nih, gak liat orang senang deh" timpal Yoana

"Sudah jangan pada berisik" wulan menunjuk kerah mobil Widi, "Gak liat tu masih ada 1 orang"

"Widi? dia ikut juga? kok bisa kalian sama dia?" tanya Puri penuh selidik

"Iya. Kebetulan Widi ada kerjaan satu arah dengan kantor kita. Kebetulannya juga waktu kita pulang, ehh dia nongol. Mau jemput dan traktir kita katanya" jawab Yoana dengan mata berbinar. "Lu, ikut sekalian deh Do,!" Seru Yoana

Belum sempat dijawabnya. Widi sudah menghampiri mereka, "Hallo do!" Widi menyapa dengan salam persahabatan.

"Yoi Bro, Lu sendiri gimana?" jawab Edo dengan senyum ramah,

"Yaaa seperti kamu lihat ini, sehat dan tentunya makin tampan" Widi membanggakan dirinya sendiri

"Sejak kapan mereka saling mengenal? atau mereka teman lam?. Batin Puri

Yoana dan Wulan memicingkan matanya dengan senyum remeh.

"Lu belum makan, makanya omongan lu ngawur!" Wulan menepok jidatnya.

"Kalau lu tampan gak mungkin lu kelamaan jomblo", Yoana mendengus kesal

"Jomblo bukan berarti gak laku, hanya sedang memilih. Bedakan dong jomblo kece gini dengan jomblo yang gak laku! bener gak Do,?"

Edo hanya menaikkan bahunya sebagai jawabannya.

"Jangan pada berisik, jadi gak kita makan?" tanya Puri

"Jadi dong?" Wulan menoleh kearah widi, "dia mau nraktir kok."

Puri melihat kearah Edo, "Ikut sekalian yuk! biar makin rame."

Sebaliknya, edo melihat kearah Widi untuk meminta persetujuan, Ia yang bisa melihat kode Edo hanya mengganggukan kepala sebagai jawaban.

Mereka masuk bersama. Edo dan Widi duduk didepan, Puri, Wulan dan Yoana duduk dibelakang yang sedari tadi tidak berhenti berbicara karena ada saja obrolan yang yang dibicarakan. Dari abang siomay yang tampan, penjual rujak yang galak dan masih banyak lagi.

***

Cafe.

Mereka duduk berlima dan memesan menu masing-masing. Selang 30 menit menu yang dipesan sudah datang. Ada nasi, karedok, udang, brokoli goreng, ca kangkung, mendoan, dan gurami.

"Tadi kita janjian gak sih?" Wulan menatap satu persatu gelas

"Apanya?" Widi menoleh , yang tidak mengerti apa yang dimaksut. disertai tatapan yang lain kearah Wulan seakan sepemikiran dengan Widi.

"Lihat deh gelas kalian! ternyata kita memesan dengan minuman yang sama!"

Mereka melihat jus yang berada dihadapannya lalu tertawa bersama.

Mereka makan dengan santai dan penuh keakraban, Widi sengaja duduk didepan Puri agar Ia bisa menatap Puri dengan jelas, terlihat ada kerinduan diwajahnya.

Saat mereka asyik makan dan ngobrol terdengar suara ponsel dari arah dalam tas Puri. Ia segera mengeluarkan ponselnya, terlihat nama Yosi dilayar depan ponselnya.

"Keluar sebentar ya, ada telfon!" Puri berbicara samar dan menunjuk arah luar.

Setelah diangkat terdengar suara yang sangat Ia rindukan.

"Sayang, kamu dimana? aku tadi jemput dikantormu, tp kamu sudah gak ada. Aku didepan rumah kamu, ini juga tidak ada."

Walaupun Yosi sudah sering sekali berbicara dengan kata Sayang, tapi Puri selalu merasakan degupan jantungnya terasa cepat dan mengulas senyum.

"Maaf. Tadi kamu tidak memberitahuku kalau mau menjemputku. Ini aku baru keluar makan sama Wulan, Yoana, Edo dan Widi."

"Widi?!"

"Iya. Apa kamu mau menyusul kesini? Kita baru diCafe biasa." dalam hati Puri tidak menginginkan Yosi datang. Karena dia tidak enak dengan Widi dan Edo, sepertinya Edo tidak menyukainya. Atau hanya perasaannha saja.

"Oke aku kesana!" jawab Yosi singkat dan mematikan ponselnya

deg...Deg....

Aduh gimana ni, bodohnya aku. kenapa mengajak Yosi untuk menyusul kesini, aku merasa tidak enak hati dengan Widi dan Edo, gumam puri. Ia terlihat mondar mandir beberapa kali.

"Ayo masuk!" Yoana menepuk bahu Puri dan terlihat Ia cukup kaget, lalu mengajak Puri masuk. Dengan langkah gontai Puri mengekor Yoana.

Puri duduk kembali dengan ekspresi yang senetral mungkin, Ia melanjutkan makannya dengan santai. Sesekali ia melirik Edo dan Widi secara bergantian. "pasti ada sesuatu yang tidak beres antara Edo dan Yosi, karena terlihat dari Edo yang tidak bersahabat. Tapi kenapa tatapan tatapan Yosi terlihat biasa" Puri terlihat berpikir sejenak, "Padahal Edo dan Widi terlihat sangat akrab begitu" batin Puri

Lamunan Puri terhenti setelah ada seseorang yang memanggilnya dan mereka kompak menoleh kearah sumber suara. Edo menatap dengan rasa tidak sukanya.

.

.

.

Bersambung

.

.

.

Terimkasih buat kunjungan kenovel pertama saya.

Jangan lupa untuk like, coment, vote kalau punya poin lebih dan bintang 5 nya ya.

Salam ketcup manjah 😘😘😘

Terpopuler

Comments

rasna mane

rasna mane

siip

2020-09-23

1

Asrya Rya

Asrya Rya

terlalu banyak yg suka sma puri!!! tapi gapapa semangat terus ya thor

2020-09-18

1

Hana Aulia Sifta Rahmadani

Hana Aulia Sifta Rahmadani

Edo kalau suka ngomong donk...

2020-09-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!