Hembusan napas yang terasa berat dan muka yang sendu Ia semakin mempererat genggaman tangannya. "Puri! sebenarnya..-" Yosi menghentikan kalimatnya karena seperti ada yang tertahan dikerongkongan untuk melanjutkan perkataannya.
"Sebenarnya apa?" Puri tidak sabar dengan perkataan Yosi yang terputus.
Dag...Diggg...Dug.....
"Sebelumnya aku minta maaf kepadamu. Sebenarnya..-" sekali lagi yosi menarik napas dalam dan menghembuskannya secara perlahan. "Sebenarnya aku sudah menikah dan mempunyai seorang Putra!" Yosi melanjutkan kalimatnya dan tertunduk lesu. Tidak ada lagi rona kebahagiaan yang terpancar diwajahnya, seperti waktu Ia akan menjemput dan bertemu Puri tadi.
Deg...
Deg...
Deg...
Mendengarkan pengakuan Yosi membuat hatinya bagaikan tersambar petir. Hatinya benar-benar hancur, ia langsung menundukkan kepala dan melepas genggaman tangan Yosi dengan kasar. Tanpa sadar buliran air mata mulai turun perlahan dipipi, walaupun Ia ingin menahan.
Kenapa ketika ia bisa merasakan jatuh cinta kepada seorang pria, seseorang tersebut sudah mempunyai istri dan putra. Hanya sekedar membayangkan saja, dia tidak pernah.
"Purii!! Tolong maafkan aku! Aku bisa menjelaskan semuanya!" Yosi berusaha meraih tangan Puri tapi ditolaknya. Tidak ada ucapan sedikitpun dari Puri kecuali buliran air mata yang selalu jatuh, yang semakin lama semakin deras membanjiri pipinya.
Perlahan Puri mendorong kursi belakang, menghapus air mata dan sekuat tenaga untuk berdiri.
"Yosi. Aku harus pulang dulu!" Itulah kalimat pertama yang Ia ucapkan setelah mendengar pernyataan Yosi. Hatinya hancur, tatapannya kosong dan ia tidak tahu harus bagaimana.
Yosi berusaha kembali menggenggam tangan Puri. Tapi ditolaknya dengan kasar.
"Kamu tidak perlu mengantarkan aku pulang! Aku bisa pulang sendiri dan untuk sementara waktu jangan menghubungiku dulu!" Puri berbicara dengan perlahan dan memalingkan wajahnya. Karena Ia tidak kuat untuk menatap Yosi, karena akan membuat hatinya semakin hancur.
"Biar aku antar!Aku tidak mau melihat kamu pulang sendiri dengan keadaan seperti ini. Aku bersalah! Maafkan aku!" tatapan Yosi yang sangat sendu, merasa bersalah karena dari awal tidak jujur tentang dirinya.
"Tidak perlu. Aku bisa naik taxi. Terimkasih untuk dan semuanya dan..-" sejenak Puri menarik nafas pelan, "Lupakan semua tentang kita!" kata Puri sambil berlalu tanpa melihat kearah Yosi. Ia berjalan dengan langkah gontai dengan pikiran kacau.
Puri berjalan pelan dan menghampiri taxi. Dia masuk taxi dan berbicara kepada sopir untuk mengantarkan kealamat rumah yang sudah diberitahunya.
Sepanjang perjalanan Puri hanya melamun, memandangi jalan dari kaca mobil.
"kenapa hidupku seperti ini, kenapa ketika aku mulai merasakan jatuh cinta kepada seorang lelaki, kenapa dia harus milik oranglain. kenapa aku bodoh sekali....apakah aku tidak pantas bahagia?" puri hanya bisa berbicara dalam hatinya saja.
Tanpa terasa buliran air mata jatuh kembali dan semakin deras. Ia berusaha menyeka air mata dengan jari secara kasar.
Pak sopir yang mendengar suara tangisan dan melihatnya dari arah spion, dengan sigap memberikan kotak tisu.
"Neng..Neng gak apa-apa? Maaf Neng, ini tissunya"
Puri mengambil tisue tersebut tanpa melihat kearah sopir taxi.
***
Sesampainya dirumah, Puri langsung mengunci pintu dan duduk lemas dilantai dengan lutut ditekuk dan kepala menunduk. Tangisannya semakin pecah.
"Ibuk! Puri kangen. Kenapa kisah cintaku seperti ini. Salahku apa buk. Maafkan aku!" Puri berbicara pelan dengan tangis sesenggukan. Saat ini Puri merindukan Ibunya. Karena Pelukan seorang Ibu membuat dirinya nyaman, tenang dan bisa melupakan masalah yang dihadapinya. Tapi melihat kondisinya yang seperti ini, sangat tidak mungkin Ia menghubungi Ibunya.
Sejam-duajam berlalu. Dia bangkit dari duduknya dengan berpegangan tembok, karena kepalanya terasa pusing. Dia berjalan pelan kearah kursi, duduk dan mengambil air putih diatas meja lalu meminumnya dengan pelan.
Setelah merasa cukup tenang, Puri mencari ponselnya untuk menghubungi Edo kalau besuk dia tidak bisa berangkat kerja dengan alasan sakit. Sebelum menghubunginya, layar depan ponselnya terlihat ada 30kali panggilan tak terjawab dari Yosi.
"Maafkan ak yos!" Puri berbicara lirih dan segera mungkin dia mencari kontak edo.
Trttth...Trth....sambungan terhubung,
"Hallo Edo"
"Ya Hallo, Kenapa?"
"Besuk gue ijin gak masuk dulu. Badanku meriang semua nih!"
"Bentar-bentar!" Edo merasa ada yang berbeda dari suara sebarang telfon sana. "Ada apa dengan suara kamu? kamu habis nangis?"
"Nangis? Nangisin elu?" Puri nampak tersenyum tipis, agar Edo tidak curiga. "Gue flu saja, tadi dikantin banyakan minum es!"
Dari seberang sana Edo curiga, tidak mungkin kalau karena es. Sewaktu istirahat Puri hanya meminum sedikit sekali es, padahal setiap hari Ia minum es lebih banyak dari hari ini tetapi tidak kenapa-kenapa.
Alasan yang nampak mengada-ngada.
"Kamu tidak cukup pintar untuk membohongiku Puri" gumam Edo.
Karena Edo tidak terlalu mau ikut campur masalah Puri, akhirnya edo mengiyakan permintaan tolong Puri buat ijin kerja besuk. Seketika telefonnya pun terputus.
Dengan sekuat tenaga Puri menuju kamar mandi untuk membersihkan wajahnya. Setelah itu dia rebahan dan akan mengompres matanya dengan mentimun dingin, karena dia tidak ingin siapapun melihat kesedihannya.
"Puri, kamu lagi apa? aku sama wulan mau ketempamu! -Yoana
sebelum Puri mengompres matanya dengan mentimun. Terlebih dahulu Ia membuka ponselnya untuk ngeBLOCK nomor Yosi. Karena untuk saat ini puri belum mau menerima penjelasan apapun dari Yosi, karena hatinya masih terasa pilu. Puluhan pesan masuk dari Yosi ia abaikan, tak satupun pesan yang ia balas.
Dari sekian pesan, ada pesan dari yoana yang belum terbaca.
"besuk aja ya kamu kesininya! aku baru lembur kerja sama Edo" -puri
Puri berbohong, karena dia tidak mau kalau Wulan dan Yoana melihat kondisinya seperti ini.
"Baiklah. Kalau butuh bantuan hubungi kita!" -Yoana
Setelah membaca pesan terakhir dari Yoana, Ia mengompres matanya dengan mentimun dingin. Selang 30 menitan. Terdengar ada bunyi ketukan pintu berulang kali yang membuatnya terheran. "Siapa sih, ganggu saja!" Gumamnya.
Sebelum Puri membuka pintu, ia menuju meja untuk minum air putih hangat terlebih dahulu dan membasuh wajahnya.
Puri takut, kalau yang datang saat ini Yoana dan Wulan atau Edo. Ia tidak mau terlihat menyedihkan dihadapan orang lain.
Puri berjalan kearah pintu dengan langkah gontai. Sampailah Ia didepan pintu, handle pintu dibuka secara perlahan. Betapa terkejutnya melihat siapa yang datang saat ini. Puri nampak menatap malas.
" Ngapain kamu kesini...?"
.
.
.
.
.
Bersambung
.
.
.
tebaaaak siapa yang dateng 😁
Jangan lupa like coment dan votenya yaaaah.....
Salam ketcup mantjaaaaah 😘😘😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Ira RR
bagus thor
2020-09-25
1
rasna mane
asyik, seru. lanjut
2020-09-23
1
Asrya Rya
lanjut thor
2020-09-18
1