Jangan lupakan, Zhea yang akhirnya bisa menghubungi ketiga iblis terkuat keluarga Xavier. Siapa lagi kalau bukan Rayden, Levi dan Lucia. Zhea yang memang genius dalam bidang IT langsung menghubungkan ketiga panggilan itu sekaligus. Dan tak lama panggilan itu terhubung, Zhea langsung mengarahkan kamera pada pertarungan yang tengah berlangsung.
“Grandpa! Daddy! Mommy!”
“Cepat ke ruang rawat Dokter cantik, pelaku muncul lagi untuk menyakiti Dokter cantik! Cepatlah ke sini!” ujar Zhea dengan nada bicaranya yang terdengar sangat panik.
“BAJINGAN SAMPAH INI!” umpat ketiga iblis terkuat itu serentak, bahkan membuat mereka yang tengah bertarung ikut mendengarnya.
Sekarang bukan panik lagi yang Arshan rasakan, melainkan ketakutan yang sangat luar biasanya. Trio bocil ini benar-benar mematikan untuk dirinya, kini dia sangat menyesal karena meremehkan mereka. Kini Arshan menyadari bahwa gen keturunan keluarga Xavier memang tidak boleh diremehkan sedikitpun. Karena merasa sudah sangat terpojok, Arshan pun mengeluarkan bola asap gas obat biusnya agar bisa melarikan diri dari ruangan itu.
“Kay, tutup hidungmu! Jangan sampai kau mencium asap itu!” teriak Shea mengingatkan, karena takutnya asap itu berisi racun atau sebagainya.
Karena asap menghindari asap itu, Shea dan Kay terpaksa menghentikan serangan mereka yang langsung dimanfaatkan oleh Arshan untuk melarikan diri dari ruangan itu. Namun, sepertinya Arshan lupa bahwa ada satu keturunan keluarga Xavier yang jauh dari jangkauan asap gas obat bius tersebut.
“Shea, lemparkan belatimu padaku!”
Zhea yang melihat pelakunya berniat kabur, langsung saja meminta Shea memberikan belati terakhirnya. Tanpa pikir panjang, Shea langsung melemparkan ke arah sumber suara Zhea yang ditangkapnya dengan sempurna. Lalu Zhea kembali melemparkan belati itu ke arah sang pria bertopeng dengan sekuat tenaganya.
Jleb ….
“Argh … Dasar bocah sialan!” umpat Arshan seraya merintih kesakitan saat belati itu tepat menancap di bahu sebelah kanannya.
Dia hanya bisa menatap tajam ketiga bocah mematikan itu, hingga sorot matanya melihat kedatangan ketiga iblis terkuat keluarga Xavier yang tengah berlari untuk menangkapnya.
“Sial! Kenapa mereka datang cepat sekali.”
Lagi-lagi Arshan mengumpat penuh amarah, dia mencabut belati itu begitu saja tanpa memperdulikan rasa sakitnya. Melihat Rayden, Levi dan Lucia yang semakin mendekat, Arshan pun memutuskan untuk segera kabur terlebih dahulu dari kejaran mereka.
“Yakh, mau lari kemana lagi kau bajingan sialan! Walau sampai keujung neraka, aku pasti akan mengejarmu, bajingan!” teriak Lucia yang berisi umpatan saat melihat pelakunya kabur saat melihat mereka.
“Lucia, pastikan saja Dr. Olivia dan anak-anak tidak terluka! Biar Papah dan Levi yang mengejarnya,” perintah Rayden pada putrinya.
Tanpa mendengar jawaban dari Lucia, Rayden dan Levi kembali berlari semakin kencang agar tidak kehilangan jejak pelakunya. Sedangkan Lucia langsung memasuki ruang rawat Olivia untuk memastikan tidak ada yang terluka, baik Olivia maupun anak-anaknya. Betapa leganya Lucia saat melihat kedua putrinya baik-baik saja, begitu juga dengan Dr. Olivia dan keponakannya.
“Syukurlah, kalian baik—baik saja!” ucap Lucia dengan perasaan lega.
“Kami baik-baik saja, tapi Dokter Cantik ….” ujar Shea yang menatap Dokter cantiknya yang masih berada dalam pelukan Zhea.
Lucia pun langsung mengerti maksud perkataan putrinya, dia akan menanyakan detail kejadiannya nanti yang terpenting saat ini adalah menenangkan Olivia yang masih saja ketakutan. Lucia pun memberikan isyarat kepada putrinya untuk melepaskan pelukan Olivia dan menyerahkan sisanya kepadanya.
“Olivia, sekarang sudah tidak apa-apa! Tenanglah, kami sudah berada di sini untuk melindungi mu!” ucap Lucia sembari menyentuh bahu Olivia yang bergetar. Belum sempat Olivia memberikan respon, tiba-tiba pintu ruangan itu kembali terbuka dan memperlihatkan kedatangan Zhia, Oliver dan kedua orang tua Olivia.
“Luci, apa yang telah terjadi?” tanya Mamah Zhia dengan raut wajah yang terlihat sangat khawatir, “Astaga, putriku Olivia! Apa yang terjadi, apakah bajingan itu menyakitimu lagi?” sambungnya saat melihat keadaan Olivia yang jauh dari kata baik-baik saja.
Zhia pun segera memeluk Olivia, begitu juga Aria yang langsung memeluk putrinya dengan erat. Kedua ibu itu semakin memeluk Olivia, berusaha memberikan ketenangan dan rasa aman untuk putri tercinta mereka. Meski diam-diam kedua ibu itu menangis pilu melihat keadaan Olivia yang seperti kembali ke awal sama seperti setelah kejadian malam itu.
“D-dia kembali lagi, Mah! Hiks … Dia kembali lagi untuk menyakitiku … Hiks …” lirih Olivia disela isak tangis dan rasa ketakutannya yang begitu luar biasa.
“Olivia …”
Tiba-tiba pintu ruangan kembali terbuka karena kedatangan Ryuga dan yang lainnya. Sontak kedatangan Ryuga bersama dengan Luca serta yang lainnya membuat Olivia semakin ketakutan. Detik itu juga Olivia kembali berteriak histeris dan menyuruh mereka semua keluar.
“PERGI! Hiks … Jangan sentuh aku, pergi dari sini!” teriak Olivia sembari memberontak ingin melarikan diri dari ruangan itu.
“Keluar! Cepat kalian keluar dulu dari sini,” bentak Lucia pada Ryuga dan yang lainnya yang malah hanya diam mematung.
Mendengar bentakan Lucia, Ryuga pun membawa yang lainnya untuk keluar lebih dulu. Sedangkan Lucia dan Oliver segera menangani kondisi Olivia yang tidak bisa ditenangkan, sehingga dengan terpaksa Lucia harus menyuntikkan obat penenang agar Olivia berhenti histeris. Dan setelah beberapa saat efek obat penenang itu mulai bereaksi, Olivia perlahan bisa lebih tenang dan bahkan kini bisa tertidur.
“Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kalian bisa sampai kecolongan lagi seperti ini?” cecar Zhia pada putrinya, sebab dia tahu keluarganya memang sedang berusaha menangkap pelaku yang berhasil bebas diluar sana.
“Oliver, bukankah Mamah sudah katakan untuk tetap bersamanya karena Papah dan Mamah terjebak macet di jalan. Lalu kenapa kau meninggalkan adikmu sendirian, hingga bajingan itu bisa kembali menemuinya seperti ini?” bentak Mamah Aria pada putra sulungnya, bagaimana juga dia memang sudah menyuruh Oliver agar tetap bersama Olivia sampai dia tiba di rumah sakit.
“Kalian ini benar-benar,” ucap Mamah Zhia dan Mamah Aria serentak.
“Luci juga tidak tahu apa yang terjadi, Mah! Shea, Zhea dan Kay yang menemukan keberadaan orang itu tepat waktu, sehingga bajingan itu tidak sempat melakukan sesuatu, ....” Lucia pun tidak mengetahui kejadian pastinya, “Tapi sepertinya bukan itu yang terpenting untuk sekarang melainkan kondisi Olivia sendiri,” imbuhnya yang ragu untuk mengatakannya.
“Sebaiknya kita melakukan pemeriksaan secara menyeluruh pada Olivia, karena aku menduga kalau saat ini …” Lucia lagi-lagi menggantung ucapannya karena dia sendiri pun ragu dengan dugaannya itu, “Kalau saat ini Olivia tengah mengandung.” Lanjutnya yang sontak membuat semua orang sangat terkejut.
“APA!” seru semua orang di dalam ruangan yang tersebut yang sudah pasti sanga terkejut mendengar kabar yang semakin membuat Olivia terpuruk nantinya.
Bersambung, ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
🅴🆉🆁🅰
kenapa sewaktu di obati setengah pemerkaosan tidak dikasih obat biar gak hamil sih udah tau itu busa berakibat bikin nambah kestresan olivia knp juga harus dibikin hamil
2024-11-17
0
Alexandra Juliana
Dasar pengecut kau Arshan, sdh memakai topeng utk menyembunyikan wajah iblismu, merubah suara eehhh saat terdesak malah mau kabuurr
2024-07-31
1
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
lhah!?.. seandainya kemarin setelah kejadian langsung dikasih obat anti hamil, mungkin Olivia gak bakal hamil. kasian banget. pasti bingung nentuin bapaknya yg mana?
2024-07-10
1