“Maafkan kami, Olivia! Hiks … Maafkan aku yang tidak bisa melindungi, hingga hidupmu hancur seperti ini …”
Pada akhirnya Ryuga tak kuasa menahan isak tangisnya, kesedihannya dan perasaan bersalahnya. Tubuhnya ambruk, bersimpuh tepat disamping ranjang tempat Olivia masih terbaring lemah penuh luka. Tubuhnya bergetar hebat disertai isak tangisnya yang semakin memilukan melihat sang pujaan hatinya yang hidupnya hancur karena terseret masalah keluarganya.
“Tidak apa-apa, jika kau tidak bisa memaafkan keluarga Xavier. Akan tetapi, kami pastikan akan tetap membalaskan dendam untukmu juga. Hiks … Akan aku buat para bajingan yang membuatmu seperti ini mati dengan cara yang paling menyakitkan,” ujar Ryuga seraya mencoba meraih tangan Olivia dan kemudian menggenggamnya lembut.
“Setelah itu, aku akan bertanggung jawab penuh atas hidupmu. Namun, percayalah semua itu aku lakukan bukan karena sebuah tanggung jawab, tetapi karena sejak awal pertemuan kita kau telah berhasil membuatku jatuh cinta padamu. Bagaimana pun dirimu, aku akan selalu mencintai dan menginginkan dirimu sebagai wanita yang mendampingiku hingga maut yang bisa memisahkan.” Ungkap Ryuga meski dia tahu Olivia tidak mungkin akan mendengar perkataannya.
“Aku sungguh mencintaimu, Olivia! Hanya kau satu-satunya wanita yang aku inginkan di dunia ini. Jadi, jangan menyerah untuk tetap melanjutkan hidupmu karena kau adalah duniaku dan juga napasku,” sambungnya.
Ryuga lalu meletakkan beberapa tangkai bunga hydrangea yang berbeda warna dari yang berwarna putih, biru dan ungu yang dia petik di taman rumah sakit. Setelahnya Ryuga mengambil selembar kertas dan alat tulis yang terdapat di laci. Kemudian dia mulai menuliskan sebuah surat untuk sang pujaan hatinya, karena setelah ini mungkin dia tidak memiliki banyak waktu untuk diam-diam menemui Olivia seperti ini.
“Maaf, aku harus pergi sekarang tapi aku akan segera kembali untuk memberitahumu bahwa para bajingan itu sudah mati dengan cara yang sangat menyakitkan,” pamit Ryuga sebelum benar-benar pergi dari ruangan tersebut.
Ryuga sempat mengelus lembut kening Olivia yang terdapat bekas luka benturan. Dia pun segera menarik tangannya saat melihat ada pergerakan dari sang pujaan hati. Dengan cepat dia segera meninggalkan ruangan itu sebelum Olivia benar-benar terbangun.
“Si-siapa? Hiks … Siapa yang telah menyentuhku!” teriak Olivia yang seketika histeris ketakutan begitu dia membuka matanya.
“Argghh … Jangan sentuh aku! Aku mohon jangan sentuh aku … Hiks … Hiks ….”
Olivia semakin berteriak dan menangis histeris, dia bahkan melepaskan jarum infus dari tangannya dan mencoba berlari keluar tanpa memperdulikan rasa sakit di seluruh tubuhnya.
Ryuga yang melihat kejadian itu dari kejauhan, sontak saja sangat terkejut dan juga panik dengan aksi nekat Olivia. Ingin sekali rasanya dia muncul dan segera menenangkannya, memeluk tubuh rapuh itu memberikan kenyamanan.
Tapi belum sempat Ryuga keluar dari tempat persembunyiannya, Oliver dan kedua orang tuanya datang tepat waktu. Mereka segera menenangkan Olivia dan membawanya kembali masuk ke dalam ruangan rawat.
“Olivia, tenanglah! Ini Kakak, Papah dan Mamah! Kau sudah aman sekarang, tidak ada yang akan menyentuhmu ataupun menyakitimu lagi,” ucap Oliver yang membawa tubuh bergetar adiknya dalam pelukannya dengan terus berusaha menenangkannya.
“Via … Hiks!” Aria lagi-lagi tak dapat membendung kesedihannya melihat putrinya yang seperti ini, “Ini Mamah, Sayang! Kau sudah baik-baik saja dalam pelukan Mamah, hmm?” bisiknya pada sang putri tercinta dengan suara bergetar menahan tangis.
“Mamah, Hiks! Via sangat takut … Mereka semua melakukan hal buruk pada Via, Mah! Huhuuu …” rintih Olivia yang perlahan berhasil ditenangkan.
Sedangkan sang ayah hanya bisa memalingkan wajahnya dengan air mata yang sudah tak terbendung lagi. Bahkan untuk mengatakan sesuatu yang dapat menenangkan putrinya dia sudah tidak sanggup. Sudah dikatakan berulang kali, orang tua mana yang akan tega melihat anaknya mengalami apa yang terjadi pada Olivia.
Jangankan orang tua, Ryuga sendiri pun kembali menangis terisak melihat trauma mendalam yang di alami oleh sang pujaan hatinya. Kedua tangan Ryuga kini mengepal kuat seraya menggeram marah dan berkata, “Akan aku pastikan kalian semua pergi ke neraka dengan cara yang paling menyakitkan dan akan aku buat kalian mati secara perlahan agar kalian juga merasakan rasa sakit yang Olivia rasakan.
“Oliver, bawa adikmu masuk,” ucap Sang Ayah begitu bisa sedikit menenangkan dirinya.
“Baik, Pah!” sahut Oliver yang segera menggendong Olivia masuk ke dalam ruang rawatnya.
Setelah memastikan Olivia aman dengan keluarga, Ryuga pun bergegas kembali ke markas untuk mempersiapkan pertarungan yang akan terjadi.
...****************...
Sementara di dalam ruang rawat, Oliver kembali memasangkan selang infus yang baru dengan posisi Olivia yang mash berada dalam dekapan sang ibu. Hingga Sang Ayah menemukan beberapa bunga di samping ranjang putrinya dengan sebuah surat.
“Oliver, apakah memang benar ada yang datang ke ruangan ini selama kita tidak ada?” tanya Sang Ayah pada putranya, sebab tidak mungkin dia akan mendapatkan jawaban dari putrinya.
“Papah menemukan beberapa bunga dan surat ini di sana,” lanjutnya sembari menunjukan bunga dan surat tersebut pada Oliver.
“Sepertinya bunga dan surat ini dari temannya Olivia, Pah! Karena tidak ada ancaman ataupun kata-kata yang buruk, melainkan kata-kata penyemangat untuknya,” ujar Oliver yang membaca surat tersebut untuk memastikan saja.
“Kalau begitu berikan saja pada adikmu. Mungkin dengan membaca surat dan bunga itu Olivia bisa merasa lebih baik dan mulai sekarang kita tidak boleh meninggalkan dia sendirian seperti tadi,” ujar Sang Ayah tidak ingin melihat putrinya berlari ketakutan lagi seperti tadi.
“Iya, Pah!” sahut Oliver.
Kemudian kembali menghampiri adiknya dan memberikan bunga serta surat itu seraya berkata, “Via, lihatlah! Yang datang bukan orang jahat seperti yang kau kira tadi, tapi salah satu temanmu yang ingin memberikanmu bunga dan surat ini. Melihatmu yang menangis ketakutan, sepertinya dia ragu untuk memberikannya langsung padamu hingga dia meninggalkannya begitu saja.”
Olivia pun hanya diam menatap bunga dan surat yang di arahkan agar dia menerimanya. Melihat senyum sang Kakak dan kedua orang tuanya, Olivia pun memberanikan diri untuk menerima bunga dan surat tersebut. Namun, kini Olivia ragu untuk membaca surat itu. Sungguh Olivia sangat takut jika surat itu berisi ancaman atau sebagainya.
“Tidak apa-apa, baca saja karena surat itu tidak berisi tulisan yang berbahaya ataupun menyakiti hatimu,” ujar Oliver yang menyadari keraguan di wajah sang adiknya. Tapi Olivia lagi-lagi menatap kedua orang tuanya seolah dia meminta keyakinan lebih dari Papah dan Mamahnya. Eric dan Aria pun serentak menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
“Baca saja, Sayang! Mamah juga ingin mendengarnya apa yang ingin temanmu sampaikan untukmu,” bujuk Aria seraya tersenyum manis.
Ilustrasi Bunga dan suratnya, ....
Bersambung, .....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
𝐀⃝🥀senjaHIATᴳ𝐑᭄⒋ⷨ͢⚤🤎🍉
Ryuga harus bisa jadi penyemangat buat Olivia, sembuhkan Olivia ...
2024-07-14
0
𝐀⃝🥀senjaHIATᴳ𝐑᭄⒋ⷨ͢⚤🤎🍉
ternyata Ryuga masih berniat untuk bersama Olivia, syukurlah
2024-07-14
0
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
semangat sehat ya Olivia
2024-07-07
0