Cahaya yang bersinar terang membuat kedua matanya kembali terkatup. Ellina mengangkat sebelah tangan untuk menutupi mata dari sinar terang yang menganggu. Setelah itu, barulah dia bisa membuka kedua mata dengan mudah.
"Ellina? Kamu tidak apa-apa?"
Suara seorang pria membuat Ellina semakin tersadar. Menolehkan kepala ke kanan dan betapa terkejut dia ketika melihat Carlson dengan raut wajah khawatir tengah berdiri di samping tubuhnya.
"Carlson? Untuk apa kamu ke kamarku?" tanya Ellina terheran.
"Kamarmu? Kamu sekarang berada di rumah sakit, Ellina. Aku menemukanmu sudah pingsan di dalam bathup berisi air di kamar mandimu. Kata dokter, kamu beruntung karena baru pingsan beberapa saat sebelum aku menemukanmu. Jika tidak mungkin kamu bukan hanya berakhir di rumah sakit. Melainkan di alam lain," ucap Carlson dengan disertai gurauan singkat di akhir kalimatnya.
Carlson pikir ucapannya itu mampu membuat Ellina tersenyum. Namun, sang istri malah memasang wajah sedih.
"Seharusnya kamu membiarkan saja aku tenggelam," ujar Ellina bergumam yang ternyata didengar oleh Carlson. Seketika pria itu merasa kesal dengan ucapan frontal wanita itu.
"Kenapa kamu berbicara seperti itu, Ellina? Apa kamu sudah tidak ingin hidup lagi? Jika kamu tidak ada, bagaimana dengan Kevin?" tanya Carlson bertubi-tubi dengan dipenuhi api amarah.
Emosi dalam diri Carlson mendadak naik. Darahnya seakan mendidih hingga membuat seluruh wajah berubah merah. Dia sangat kesal dengan pemikiran Ellina yang ingin mengakhiri hidupnya.
"Kamu tidak boleh egois seperti ini! Jangan kira hanya kamu saja yang terluka di sini! Aku juga Ellina! Aku malah harus berhadapan dengan tiga wanita di hidupku! Aku juga harus menjaga perasaan istri pertamaku! Di sini dia juga sama terlukanya denganmu!"
Dada Carlson naik turun seiring dengan napasnya yang memburu. Pria itu seolah telah kehilangan akal karena sikap Ellina yang dinilai kekanakan.
"Kamu itu wanita, seharusnya kamu mengerti bagaimana perasaan Amanda. Kamu tahu bahwa tidak ada satu wanita pun di dunia ini yang rela berbagi suami. Tapi, lihat! Amanda tetap kuat meski hatinya terluka. Dia tetap tersenyum meski hatinya menangis. Dia ... tetap menjaga anakmu meski setengah mati hatinya merasa iri!"
Ellina hanya terdiam mendengarkan segala perkataan yang dilontarkan oleh Carlson. Akal sehatnya berkata bahwa yang diucapkan pria itu adalah kebenaran. Namun, hatinya sudah terlanjur sakit dan terluka hingga menolak ucapan sang suami.
Carlson meraih tangan Ellina yang terpasang selang infuse. Menggenggamnya dengan lembut seolah takut dia akan melukai istrinya itu.
"Maafkan aku karena tidak mampu menolak permintaan Mamaku. Maaf karena menjadilanmu korban keegoisannya. Maaf karena sudah membuatmu berada di situasi sulit seperti ini." Carlson mengecup punggung tangan Ellina. Membuat wanita itu terkejut dengan sikap yang dia berikan.
"Aku tidak akan memaksamu jika kamu memang tidak menginginkannya. Tapi, aku minta kamu untuk bersabar selama menjadi istriku. Aku tahu ini bukan hal yang mudah. Tapi, percayalah bahwa aku akan selalu bersamamu untuk bisa melewati segalanya," ucap Carlson dengan tulus serta kedua mata yang menatap Ellina.
Kedua mata Ellina terbuka lebar saking terkejut dengan yang dia dengar. Dia seakan tak percaya dengan indra pendengarannya.
"Mulai hari ini, jangan pernah berpikiran bahwa ka6u sendirian. Sekarang kamu memiliki aku sebagai suamimu. Kamu bisa meluapkan semuanya padaku. Jangan menanggung beban itu sendiri. Aku bersedia memberikan pundakku untuk kamu jadikan tempat bersandar. Oke?"
Ellina semakin bingung dengan ucapan Carlson. Namun, dia hanya diam dan tidak bertanya lebih jauh dengan maksud ucapan dari suaminya itu. Sebagai balasan, dia hanya mengangguk.
"Pintar," puji Carlson seraya mengusap puncak kepala Ellina. "Sekarang kamu harus beristirahat supaya bisa cepat pulih. Besok, baru kita kembali ke rumah."
"Kevin dimana?" tanya Ellina ketika suasana di sekitar mereka sedikit tenang.
"Kevin sedang bersama Amanda. Kamu tidak usah pikirkan itu. Lebih baik untukmu beristirahat sekarang. Masih pukul 12 malam. Masih panjang waktunya untuk istirahat," ucap Carlson seraya mengusap puncak kepala Ellina.
Ellina menganggukkan kepala lagi sebagai jawaban. Menuruti Carlson dan kembali masuk ke alam mimpi.
Carlson mengusap punggung tangan Ellina. Merasakan hembusan napas yang teratur, barulah dia melepaskan genggamannya. Berdiri lalu keluar dari ruangan itu.
"Ada apa?" tanya Carlson ketika dia sudah berada di luar ruangan. Sebenarnya sejak Ellina tersadar Carlson sudah melihat bayangan Amanda dari balik pintu yang terbuka sedikit. Namun, dia menahan diri supaya Ellina bisa beristirahat malam ini.
Amanda berjalan mendekati Carlson dan menyandarkan kepalanya di lengan kekar sang suami. Mengusapnya pelan dan bergelayut manja.
"Apa kamu akan menginap di rumah sakit?" tanya Amanda dengan nada manja yang biasa digunakannya ketika berbicara dengan Carlson.
"Sepertinya iya. Ellina tidak memiliki siapapun di sini. Jadi, aku kasihan jika meninggalkannya sendirian di rumah sakit," balas Carlson dengan jujur.
"Tapi ... bukankah sudah banyak dokter dan suster yang menjaga? Kamu 'kan bisa menyuruh seseorang untuk menemaninya. Kamu bisa pulang ke rumah bersamaku dan Kevin," ucap Amanda dengan memohon.
"Oh, iya!" Carlson seperti teringat sesuatu. Dia lalu melepaskan rangkulan Amanda dan berdiri berhadapan dengan istrinya itu. Dengan panik, dia bertanya, "Kenapa kamu ke sini? Bukankah aku sudah memintamu untuk di rumah saja menemani Kevin?"
"Kevin sudah tidur di kamar bersama Mama. Sedangkan aku sendirian di kamar. Makanya aku ke sini untuk memintamu pulang," balas Amanda kemudian kembali menyandarkan kepalanya di bahu Carlson.
"Amanda ...." Carlson memanggil Amanda dengan nada penekanan. Seolah dia sudah lelah dengan yang terjadi tadi. "Tolong, mengertilah! Hanya semalam saja dan besok aku akan pulang bersamamu. Aku akan meminta seseorang untuk menjemputmu," lanjutnya seraya menelfon seseorang untuk menjemput Amanda.
Meski kesal karena tak berhasil membujuk Carlson untuk pulang bersamanya, namun Amanda tetap menuruti Carlson untuk pulang ke rumah. Dalam hati kebenciannya pada Ellina semakin menjadi-jadi. Ia bersumpah akan merebut kembali apa yang sudah menjadi miliknya.
***
Setelah berbulan-bulan ditinggal oleh David, akhirnya Ellina bisa kembali merasakan nikmatnya tidur malam dengan pulas. Padahal biasanya dia akan sering terbangun pada malam hari karena tiba-tiba dia terpikir akan David.
Namun, malam ini berbeda. Sebuah tangan yang menggenggamnya erat memberikan ketenangan untuk hatinya. Membuat Ellina menjadi pulas dalam tidurnya.
Setelah membuka kedua mata, barulah dia tahu penyebab tidurnya menjadi tenang, yaitu sepasang tangan Carlson yang menggenggamnya. Ellina tersenyum ketika tahu apa nyang terjadi. Hatinya seakan tak percaya dengan yang dia lihat.
Carlson tertidur dengan berposisi duduk di samping ranjangnya. Menggenggam erat tangannya sepanjang malam hanya untuk membuat Ellina merasa nyaman.
Tangan Ellina terangkat hendak menyentuh puncak kepala Carlson. Namun, gerakannya terhenti ketika tiba-tiba sebuah suara hadir dan membuatnya tidak jadi mengusap kepala sang suami.
***
Bersambung~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Reni Anjarwani
doubel up
2024-05-31
1