Hari sudah siang dan Ellina tidak benar-benar beristirahat saat itu. Entah kenapa dia menjadi tidak bisa tidur. Akhirnya dia memutuskan untuk turun dan menemui sang putra.
Ellina menuruni satu per satu anak tangga hingga sampailah dia di tangga terakhir yang harus dia turuni.
"Ibu!" teriak Kevin sembari berlari ke arahnya.
"Kevin, jalan saja, Sayang," ucapnya lembut. Hal itu berhasil membuat Kevin berhenti berlari dan berjalan ke arahnya.
Anak kecil itu terlihat bahagia karena melihat ibunya. Kevin memeluk leher Ellina begitu dia digendong oleh sang ibu.
"Wahh ... anak ibu senang sekali, ya, bertemu ibu?" tanya Ellina memulai dialog bersama sang putra.
"Kepin teneng, Ibu." Kevin memeluk lagi leher sang ibu dengan gemas. Membuat Ellina hanya bisa tertawa merasakan gemasnya sang putra.
"Hahaha ... Kevin gemas sama ibu?" tanya Ellina lagi.
"Kepin gemas!" serunya berteriak semangat.
Ellina tertawa dan memeluk tubuh mungil sang putra yang baru saja menginjak usia empat tahun.
Kata orang, Kevin termasuk anak yang pintar. Anak itu sudah pandai berbicara banyak hal. Bahkan Kevin juga mudah sekali untuk diajari sesuatu hal yang baru.
Kegiatan temu kangen ibu dan anak itu disaksikan oleh Amanda yang sebelumnya sedang bermain dengan Kevin. Dan juga Carlson yang duduk di sofa sembari bekerja. Carlson tersenyum melihat kedekatan ibu dan anak itu.
Namun, berbeda dengan Amanda yang terlihat tidak suka. Terlebih ketika dia melihat bahwa sang suami terlihat senang memerhatikan Ellina dan Kevin.
"Kevin, sudah makan belum?" tanya Ellina pada Kevin yang masih dalam gendongannya.
"Beyum," ucap si kecil Kevin seraya menggelengkan kepala.
"Ya sudah, Kevin mau makan siang dengan ibu?" tanya Ellina dan dibalas anggukan oleh sang putra. Kemudian ibu dan anak itu pergi menuju dapur. Meninggalkan kedua pasangan Carlson dan Amanda di ruang keluarga.
"Ekhem ...." Amanda berdekhem pelan ketika Carlson masih tetap memerhatikan Ellina yang sudah menghilang dari balik dinding.
Carlson sontak terkejut tetapi dengan cepat dia netralkan kembali perasaannya. Melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.
"Kamu tidak lapar?" tanya Amanda.
"Kamu sudah lapar?" Carlson berbalik tanya.
"Sedikit."
"Ya sudah, kita makan, yuk!" ajak Carlson menggandeng tangan sang istri.
Sesampainya di ruang makan, sudah ada Robert, Elisabeth dan Ellina yang tengah menyuapi Kevin sembari bercanda dengan anaknya itu. Carlson dibuat tertawa tiap kali Kevin melontarkan suatu kalimat yang tidak bisa dia mengerti.
"Beney, kan, Om?" tanya Kevin yang sebenarnya tidak dimengerti oleh Carlson anak itu sedang membicarakan perihal apa.
Carlson tertawa di sela makannya. Kemudian mengangguk sembari tersenyum hangat. Tatapan matanya tak lepas dari si imut Kevin.
"Tuh, kan, Bu. Om Carlson taja biyang ibu tantik," ucap Kevin dengan polosnya.
Blush!
Carlson memang tidak mengerti perkataan yang dilontarkan oleh Kevin. Namun, ia mengerti maksud anak kecil itu dari kata terakhir. Seketika wajahnya memerah.
Ellina hanya tersenyum menanggapi. Dia kembali menyuapi sang anak sembari sesekali mengobrol.
Hal itu juga tak luput dari perhatian Amanda. Istri pertama dari Carlson itu merasa cemburu dan tidak suka.
"Carlson, kamu ingin ayam ini tidak?" tanya Amanda untuk mengalihkan perhatian Carlson dari Ellina dan Kevin.
Carlson tak menjawab. Perhatiannya masih terfokus pada Kevin yang asyik bercerita.
"Ekhemm ...." Amanda berdehem pelan, namun pandangan Carlson masih setia pada Kevin.
Amanda menyenggol lengan Carlson yang duduk di sebelahnya. Membuat pria itu tersadar dan melihat dirinya.
"Ada apa?" tanya Carlson dengan wajah tak berdosa.
Amanda menghela napas panjang kemudian mencoba untuk tetap tersenyum hangat. "Kamu ingin ayam ini tidak?" tanya Amanda dan dibalas sebuah anggukan.
Dengan hati yang kesal, Amanda tetap melayani sang suami seperti biasanya.
Acara makan siang hari itu diisi dengan gelak tawa yang berasal dari si kecil Kevin. Suasana dingin karena kejadian tadi pagi juga perlahan menguap karena kepolosan yang ditampilkan oleh anak kecil itu.
"Nah, suapan terakhir untuk anak ibu yang pintar! Aaaa ...." seru Ellina dengan nada riang.
Kevin membuka mulut mungilnya mengikuti sang ibu. Satu suapan kecil pun masuk ke dalam rongga mulutnya. Pria kecil itu mengunyah dengan perlahan sampai makanan itu terasa halus lalu menelannya. Mengambil segelas air yang disodorkan oleh sang ibu dan meminumnya hingga habis tak bersisa.
"Sudah selesai," ujar Ellina dengan senyum ceria pada Kevin.
"Kepin au ain, Ibu," ucap Kevin.
"Silakan, Sayang. Nanti ibu menyusul, ya?" ujar Ellina mengusap kepala Kevin sebelum anaknya itu pergi dari ruang makan.
Setelah kepergian Kevin dari ruangan itu, tersisa lah Robert, Elisabeth, Amanda serta Carlson yang melanjutkan makannya. Ellina berdekhem pelan menetralisir kegugupan. Dia harus mengucapkan isi hatinya demi Kevin.
"Ehmm ... Pa," panggil Ellina. Robert menghentikan kegiatan makannya dan menatap sang menantu.
"Ada apa, Ellina?" tanya Robert dengan lembut seperti biasa. Di keluarga ini, selain Amanda, Robert juga seseorang yang sejak awal baik padanya. Pria itu tidak pernah membeda-bedakan menantu satu dengan yang lainnya. Bahkan Amanda dan Ellina sudah dianggapnya sebagai anak kandung.
"Ehmm ... bolehkah aku kembali bekerja di perusahaan?" tanya Ellina yang mendapat tatapan heran dari yang lain kecuali Elisabeth yang menatapnya tidak suka.
"Kamu ingin bekerja?" tanya Robert lagi.
"Iya, Pa. Ehm ... kalau Papa tidak mengijinkan aku untuk kembali ke perusahaan, aku bisa mencari kerja di tempat lain—"
"Bukan seperti itu, Ellina. Maksud papa adalah, kenapa kamu ingin bekerja? Apakah kamu sudah kehabisan uang? David memiliki saham tersendiri di perusahaan. Meskipun tidak banyak seperti Carlson, tapi papa rasa itu sudah sangat cukup untuk memenuhi kebutuhanmu," jelas Robert.
Ellina tersenyum hangat mendengar penjelasan sang ayah mertua. Menganggukkan kepala dan menegakkan punggungnya.
"Aku tahu. Tapi, aku merasa sekarang itu bukan lagi menjadi milikku. Kupikir uang itu akan aku gunakan nanti untuk biaya pendidikan Kevin sampai dia masuk universitas. Dan aku tidak punya apa-apa. Aku juga tidak ingin merepotkan papa atau Carlson untuk membiayai hidupku. Aku ingin berdiri di atas kakiku sendiri," jelas Ellina dengan penuh ketenangan. Nada suaranya tegas dan jelas terlihat kewibawaannya.
"Oke, jika kamu bekerja, siapa yang akan menjaga Kevin?" Kini gantian Elisabeth yang bertanya.
"Kevin akan bersekolah pada pukul 8.30 pagi, jam masuk kantor pukul 9.00 pagi, aku bisa mengantarkannya terlebih dahulu sebelum berangkat bekerja. Kevin pulang pada pukul 12.30 siang, aku selesai jam makan siang pukul 1.15 siang. Perjalanan pulang pergi dari kantor lalu ke sekolah setelah itu ke rumah dan kembali lagi ke kantor sekitar 30 menit. Jadi, aku masih memiliki waktu untuk kembali ke kantor tepat waktu," ujar Ellina menjelaskan. Membuat Robert terkesima mendengarnya.
"Lalu, selama kamu tidak ada di rumah, siapa yang akan menjaga Kevin? Apa kamu ingin menyuruhku menjaganya?" tanya Elisabeth lagi dengan nada sinis.
***
Bersambung~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments