Carlson terkejut dengan pertanyaan Ellina. Dia juga tidak tahu kenapa. Padahal malam kemarin Carlson sangat tidak suka dengan sang istri muda yang dia anggap sudah merusak pernikahannya dengan Amanda.
Namun, melihat sorot mata Ellina ketika membalas pertanyaannya malah membuat Carlson iba dan sadar bahwa bukan hanya dia yang terluka. Melainkan ibu satu anak itu juga terluka.
"Aku ... hanya ingin mengembalikan senyum Kevin yang dulu," balasnya singkat tanpa memberitahukan isi hati yang sebenarnya.
"Terima kasih karena sudah baik pada anakku. Aku memang tidak bisa membalas kebaikanmu. Tapi aku selalu berdo'a semoga Tuhan berkenan untuk menitipkan malaikat kecilnya di pernikahanmu dan Amanda," balas Ellina dengan senyuman hangatnya.
"Terima kasih atas do'mu," balas Carlson dengan senyum.
Mereka hanya diam dan saling bertatapan selama beberapa saat. Tak berkedip dan tak bergerak. Sepasang mata mereka seperti terhipnotis satu sama lain. Hingga Ellina yang pertama kali menyadari dan tiba-tiba suasana di sekitar mereka menjadi canggung.
"Emh ... Kevin sedang apa, Nak?" tanya Ellina untuk mengusir kegugupannya. Dia langsung beralih pada putranya yang sedang bermain pasir di depan mereka.
"Kepin tedang membuat ittana patiy, Ibu," balas sang putra dengan tangan yang masih sibuk membuat istana pasir.
"Kamu hebat, Ellina," ucap Carlson tiba-tiba.
"Hebat kenapa?" tanya Ellina terheran.
"Di saat anak-anak seusia Kevin ketika sedang bermain akan susah untuk ditanya, tapi kamu berhasil mendidik Kevin untuk tetap menjawab sekalipun dia sedang asik bermain," ungkap Carlson dengan kagum.
Sebab hal itu juga yang membuat Carlson merasa bahwa dia ingin suatu saat anaknya dididik oleh Ellina. Melihat betapa pintarnya Kevin, Carlson juga ingin anaknya di masa depan seperti itu.
"Setiap anak itu unik. Mereka tidak sama dan jelas berbeda. Mereka punya kelebihannya dan kekurangannya masing-masing. Jadi, kita tidak bisa membandingkan satu anak dengan yang lain," papar Ellina.
Beberapa menit kemudian matahari benar-benar tenggelam lalu digantikan dengan rembulan. Dan itu menjadi sebuah pertanda bahwa mereka harus menyudahi kegiatan bersenang-senang hari ini.
Carlson mengajak anak dan istrinya untuk kembali. Untung saja Kevin juga tidak terlalu sulit untuk diajak pulang. Anak kecil itu juga sepertinya sudah lelah. Terbukti dengan dia yang langsung tertidur dalam pelukan sang ibu.
Carlson membuka pintu belakang dan mempersiapkan sebuah kasur untuk ditiduri oleh Kevin. "Silahkan," ucapnya pada Ellina.
"Kalau kamu lelah, kamu juga boleh tidur di belakang," ucap Carlson lagi ketika Ellina melakukan peregangan setelah membaringkan Kevin.
"Tidak, aku tidak lelah. Lagipula aku bisa tidur di rumah nanti," balas Ellina menolak.
"Oke, tapi tidak usah sungkan jika kamu memang ingin tertidur, ya."
Setelah mengucapkan kalimat itu, Carlson langsung mengendarai mobilnya meninggalkan tempat wisata itu. Menembus jalanan ibu kota yang padat oleh banyaknya penduduk. Mengendarai dengan tenang dan santai. Namun, hal itu yang justru membuat suasana menjadi semakin canggung.
Ellina berulang kali menghela napas ketika laju kendaraan Carlson bergerak lambat. Wanita itu sampai berpikir bahwa seharusnya tadi dia menerima saja tawaran Carlson untuk beristirahat bersama Kevin. Setidaknya dalam perjalanan pulang Ellina tidak akan merasa canggung seperti ini.
Terlebih sudah berulang kali dia memergoki Carlson yang menatapi dirinya secara diam-diam. Membuat Ellina menjadi salah tingkah dan berpikir yang macam-macam.
"Ekhem .... tolong, perhatikan jalan! Aku tidak ingin kita sampai menabrak," ucapan Ellina membuat Carlson terkejut dan kembali fokus menatap jalanan.
Setelah itu hanya keheningan yang menemani mereka. Carlson sibuk dengan pikirannya, pun begitu dengan Ellina. Sibuk dengan pikirannya yang selalu memikirkan tentang hidup bahagia bersama dengan sang putra.
Sekitar 30 menit kemudian mereka sudah sampai di pekarangan rumah. Di sana sudah terdapat seorang assisten rumah tangga yang menunggu mereka.
Setelah Carlson mematikan mesin mobilnya, dia langsung keluar dan menggendong Kevin untuk dibawa ke dalam kamar.
"Tidak usah! Biar aku saja," ucap Ellina seraya menyodorkan kedua tangan.
"Tolong bukakan pintu saja. Biar aku yang menidurkan Kevin," balas Carlson sembari berjalan mendahului Ellina.
Ellina menurut, dia membuka pintu dan mereka langsung di sambut dengan Elisabeth, Robert juga Amanda yang seakan memang sudah menunggu kedatangan mereka.
"Saya menidurkan Kevin dulu," ucap Carlson seolah tahu bahwa ketiga orang tersebut ingin berbicara dengan mereka.
"Ayo, Ellina!" Carlson langsung menarik tangan Ellina dengan sebelah tangannya yang bebas. Seakan tidak melihat Amanda yang sejak tadi sudah memerhatikan gerak-geriknya.
Ellina merasakan tatapan itu. Dia berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan tetapi apalah tenaganya yang tidak sebanding dengan tenaga suaminya.
"Carlson, lepaskan tanganku!" Ellina mengempaskan tangan Carlson ketika mereka sudah sampai di kamar. Mengusap pergelangan tangannya yang terasa sakit akibat genggaman Carlson yang terlalu kuat.
Setelah membaringkan Kevin yang sedang tertidur pulas, Carlson langsung menghampiri sang istri dan melihatnya mengusap pergelangan tangan. Tiba-tiba perasaan bersalah menghinggapi hatinya.
"Maaf, aku tidak bermaksud menyakitimu," ucap Carlson jujur.
"Kamu ini kenapa? Jika memang mereka ingin bicara pada kita, kamu tidak harus sampai menarik ku seperti tadi! K6au bisa langsung naik ke atas seorang diri lalu membiarkanku untuk tetap di bawah," Ellina berujar dengan kesal. Kini sudah muncul tanda kemerahan di pergelangan tangannya.
"Maaf, aku hanya tidak ingin ibu berbuat sesuatu padamu," Carly berucap menenangkan. Namun, hal itu tak cukup membuat Ellina mengerti maksud dari perkataannya.
Carlson tahu bahwa Elisabeth dan Amanda pasti akan mencari-cari kesalahan di antara mereka dan menimpakannya hanya pada Ellina. Karena sebab itulah yang membuat dia tidak ingin sang istri muda berada di sana tanpa dirinya.
"Paling ibu hanya akan menanyai dari mana dan kenapa kita baru pulang. Jadi, tidak perlu terlalu dipusingkan," balas Ellina dengan emosi yang masih menggebu-gebu.
"Maaf ... aku—"
"Sudah, lebih baik sekarang kita turun saja. Takutnya mereka semakin lama menunggu," ucap Ellina menyudahi perdebatan kecil mereka.
Ellina langsung berjalan melewati Carlson. Mendahului pria itu agar cepat sampai ke ruang keluarga. Tempat dimana para anggota keluarga yang lain hendak menginterogasi mereka.
Namun, langkah kakinya di hentikan dengan tangan Carlson yang lagi-lagi menggenggam tangannya. Tersenyum menenangkan lalu berjalan lebih dulu. Seakan memasang badan di depan diri Ellina.
Ketika mereka akan sampai di ruang keluarga, tiba-tiba langkah Carlson terhenti. Membuat Ellina —yang sedang menunduk fokus pada anak tangga— bertabrakan dengan punggung Carlson dan hampir saja terjatuh jika suaminya itu tidak sigap berbalik dan menangkap tubuhnya.
Kedua mata mereka bertemu. Tatapan keduanya seakan terkunci hingga tidak bisa menatap yang lain. Seperti merasakan getaran lain di hati, Ellina yakin bahwa di hatinya sudah tumbuh sebuah perasaan yang seharusnya tidak boleh untuk bertumbuh.
***
Bersambung~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Meggy Wuntu
Next Thor,,🙏
2024-05-31
1
Reni Anjarwani
doubel up trs thor
2024-05-30
1
Reni Anjarwani
doubel up thor
2024-05-30
1