The Mafia'S Obsession

The Mafia'S Obsession

Bagian 1

Di dalam sebuah gedung besar yang menjadi tempat berdirinya perusahaan bernama SKY BLUE, perusahaan yang menyediakan jasa pengawalan bagi para petinggi di dalam mau pun luar kota.

Sky Blue, nama yang sudah tidak asing lagi bagi para masyarakat dan juga orang-orang penting dari kalangan atas. Hampir semua perusahaan menggunakan jasa mereka, di balik gemilangnya nama Sky Blue tersimpan para orang-orang berharga yang memiliki keahlian bela diri tingkat tinggi.

Termasuk seorang gadis muda berusia 20 tahun, bernama Ava Claire. Ia menjadi salah satu dari sekian banyaknya anggota bodyguard milik perusahaan tersebut, Ava termasuk gadis yang cuek dan tenang. Ia jarang menunjukan amarahnya dan tidak perduli pada perkataan orang-orang yang sering mencemoohnya, karena ia menjadi anggota termuda sekaligus wanita pertama yang berhasil menduduki posisi pertama anggota terbaik milik Sky Blue.

Tak jarang pula ia mendapat tatapan sinis dari para rekan-rekan setim yang berada di bawah bimbingannya, mereka tidak terima mendapat ketua muda yang mampu melampaui kinerja mereka.

Seperti saat ini, Ava yang tengah duduk di kantin seketika terkejut saat meja di depannya terbalik. Ia melihat segerombolan pria tengah tertawa di depannya.

"Haha, kasihan jadi nggak bisa makan deh," ejek salah satu pria yang menjadi pemimpin gerombolan tersebut.

Ava tak ingin memancing keributan di sana, ia memilih berdiri dari kursi dan berniat pergi. Namun pria itu tak melepaskannya begitu saja, ia terus mencemooh dan mengejek Ava yang sudah yatim piatu sejak kecil.

"Tahan, Va! Kamu nggak boleh bikin masalah pagi-pagi di sini," gumam gadis itu mencoba mengabaikan para gerombolan tersebut.

Namun kali ini perkataan pria itu sudah sangat keterlaluan, mereka menuduh Ava sudah menyerahkan tubuhnya pada pemimpin perusahaan hingga ia bisa meraih predikat anggota terbaik selama tiga tahun berturut-turut.

"Dia pasti menjajakan tubuhnya yang murahan itu pada pemimpin, gadis biasa sepertinya nggak mungkin bisa meraih predikat itu kalau hanya mengandalkan fisik," ejek pria itu seraya menatap remeh ke arah Ava.

"Kau benar, pasti dia merasa bangga sudah berhasil menghasut pemimpin haha,"

Semakin di dengarkan maka perkataan itu tak kunjung usai, Ava melirik sekilas ke arah meja anggota yang lain. Mereka tampak ikut tertawa lirih, Ava sudah terbiasa melihat sikap tidak tahu malu dari mereka dan biasanya ia akan pergi begitu saja tanpa meladeni cemoohan itu, tapi sepertinya kali ini sedikit berbeda tanpa ada yang menduga Ava berbalik dan langsung menyerang pria tersebut.

BUUAGH.

BRAK.

Tubuh pria itu terpental hingga menabrak meja, semua orang yang menyaksikan hal itu tak bisa berkata-kata lagi. Mereka tiba-tiba merasa takut melihat raut dingin yang terpajang di wajah gadis itu.

"Kau bilang apa barusan? Aku menjajakan tubuhku, bukannya itu kau, Samuel! apa kau lupa dengan uang sogokan yang di berikan orang tuamu pada perusahaan ini hm,"

Sontak semua orang menunjukan raut terkejut, sedangkan Samuel? Ia terlihat mulai panik ketika melihat semua orang menatap curiga ke arahnya.

"Jaga mulutmu jala**! sebelum aku membunuhmu!" bentak Samuel menatap nyalang pada gadis itu.

"Kalau kau begitu takut rahasia mu terkuak, harusnya kau jaga mulut kotor mu itu! Aku nggak pernah mengusik mu, Sam. Kalau kau iri sebaiknya kau tingkatkan kinerjamu, bukan mencari ribut sana sini."

Setelah mengatakan itu, Ava pergi dari kantin meninggalkan bisik-bisik para anggota yang lain terhadap Samuel. Pria itu nampak sangat kesal di permalukan di depan umum, ia memang iri karena Ava begitu cerdas dan cepat tanggap dalam menjalani pekerjaannya.

...***...

Sehari berlalu, kini terlihat Ava sedang memilih senjata yang akan ia bawa. Hari ini ia mendapat tugas mengawal salah satu petinggi perusahaan yang sudah bekerja sama dengan Sky Blue, kunjungan rekan bisnis Sky Blue selalu menjadi agenda utama bagi Ava setiap sebulan sekali.

Pemiliki perusahaan Sky Blue sudah mempercayakan keselamatan rekan kerjanya pada gadis itu, bayaran yang di terima Ava bahkan sangat luar biasa besar. Tapi gadis itu tidak pernah menyombongkan diri mengenai status dan kekayaan yang ia miliki.

"Ava,"

Mendengar namanya di sebut, Ava pun menoleh. Ia menaikan satu alisnya saat melihat seorang pemuda berambut ikal serta bermata sipit sedang berlari ke arahnya sambil menenteng satu pistol di tangan kanan.

"Kenapa, Wil?" tanya Ava begitu pemuda itu sampai di depannya.

"Ini senjata cadangan untukmu, perasaanku sejak tadi tidak enak. Aku takut kamu kenapa-napa, Va," jelas William, sahabat Ava sekaligus orang yang paling Ava percaya.

Melihat kepanikan di wajah William, gadis itu pun menepuk lembut pundak William. Ia tersenyum tipis, Ava tak tahu mengapa ia sendiri pun merasakan hal yang sama. Namun Ava mencoba menepis perasaan tersebut, ia harus fokus pada tugasnya kali ini.

"Aku bakalan baik-baik aja, Wil. Kamu nggak perlu cemas," ucap Ava sama sekali tak melunturkan senyuman di bibir tipisnya.

"Kamu harus kembali dalam kondisi sehat, mengerti, Va!"

Ava mengangguk patuh, ia memasukan pistol ke dalam saku seragamnya. Setelah itu Ava meraih ponsel dan juga earphone, sekali lagi Ava kembali menatap William.

"Aku pasti kembali, Wil."

William memeluk tubuh gadis itu sangat erat, "Kalau saja aku nggak dapat tugas lain, aku pasti ikut denganmu, Va,"

"Sudahlah, jangan banyak menggerutu nanti aku traktir kamu kopi setelah tugas kita selesai,"

William mengangguk, mereka melepas pelukan secara bersamaan. Ava melambaikan tangan saat ia mulai menjauh dari ruangan tersebut.

...***...

Menit demi menit telah berlalu, tanpa terasa pengawalan pada rekan kerja Sky Blue telah usai. Kini Ava berniat kembali ke rumah, seluruh tubuhnya terasa sakit. Terlebih ia merasa lapar karena ia hanya makan sekali itu pun sebelum berangkat tadi pagi.

Ava mengendarai motor sport berwarna putih kesayangannya menyusuri jalan raya, motor itu merupakan motor pertama yang berhasil ia beli dengan kerja kerasnya. Meski sekarang ia bisa membeli lebih dari dua, namun Ava merasa sayang jika menghambur-hamburkan uang seperti itu.

Semilir angin malam mengenai wajah gadis itu yang tidak tertutup kaca helm, Ava menikmati suasana tenang tersebut sambil bernyanyi sesekali.

Hingga di tengah perjalanan, tiba-tiba Ava mendengar suara deru knalpot motor dari belakangnya. Gadis itu pun menoleh, ia melihat dua pengendara motor sedang mengejarnya.

"Sialan," umpat gadis itu.

Ia membawa motornya menepi, Ava melepas helm full face dari kepalanya. Tak berselang lama para motor yang mengejar tadi pun ikut berhenti, Ava mengernyit heran ketika melihat wajah mereka yang nampak tidak asing.

"Apa mau kalian?" tanya Ava dengan nada dingin.

Tanpa menjawab mereka langsung menyerang gadis itu, hingga perkelahian tak bisa di elakan.

Terpopuler

Comments

Ibuk'e Denia

Ibuk'e Denia

aq mampir thor semoga ceritanya bagus

2024-06-05

1

Hasna 💙

Hasna 💙

keren , paling suka sama cerita yg cewe badas begini 😃🤭

2024-05-29

0

Narimah Ahmad

Narimah Ahmad

mulai 😊

2024-05-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!