Malena tak sadar menggenggam handphonenya dengan sangat kuat. Entah kenapa hatinya sangat tak nyaman dan bahkan cemburu melihat foto-foto yang baru saja dikirim oleh Elsa di grup WhatsApp kelas. Akan tetapi ia berusaha untuk tenang. Ia tak boleh terpancing dan berakibat fatal untuk statusnya sebagai seorang guru.
Dengan cepat ia mengetik kisi-kisi materi ujian yang akan ia berikan pada hari senin pekan depan, sesuai yang ia jadwalkan. Kemudian setelah itu ia menambahkan sebuah pesan singkat untuk membalas beberapa gambar yang cukup romantis antara Elsa dan juga Marvin, suaminya.
[Grup ini adalah grup belajar. Jadi Miss harap, tak ada pesan tulisan atau pesan gambar yang tak sopan yang dikirim ke grup ini.]
[Mohon maaf, Miss hapus gambar-gambarnya 🙏]
Setelah mengetik pesan peringatan itu, ia pun segera menghapus gambar-gambar tak sopan itu karena ia adalah salah satu admin grup, dan juga adalah istri dari tokoh utama dalam gambar itu.
Mencari nomor Marvin, ia juga mengirim pesan kalau anak itu harus siap belajar karena ia akan segera menuju ke rumahnya.
Tak ada jawaban dari Marvin, meskipun sudah bercentang dua. Akan tetapi ia tak perduli. Ia yakin Pak Andrian dan istrinya pasti sudah memberi tahu sang anak untuk siap belajar.
Masih dengan perasaan kesal, ia segera berpakaian dan bersiap untuk berangkat ke rumah Andrian, orang tua Marvin. Tanggung jawabnya harus ia tunaikan meskipun semangatnya untuk mengajar sudah berkurang 50 persen.
Kamu hanya istri dadakan yang seharusnya tahu diri Len, buang perasaan memilikimu yang terlalu banyak itu, atau kamu akan kecewa, ucapnya dalam hati untuk memberikan semangat pada dirinya sendiri.
Menggunakan taksi, ia pun sampai di rumah besar dan mewah itu dalam hitungan menit saja. Maklumlah, tak ada kemacetan yang berarti di dalam perjalanannya ke tempat itu.
Seorang pelayan langsung menyambutnya saat ia memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuannya untuk datang.
"Silahkan masuk Miss, ibu sudah lama menunggu," ucap sang pelayan dengan sopan.
"Terimakasih banyak," balas Malena kemudian mengikuti langkah sang pelayan ke dalam rumah yang sangat besar dan luas itu.
Malena yang pernah sekali ke rumah itu untuk acara yayasan tak menyangka kalau di bagian dalam rumah itu, ternyata begitu mewah dan juga sangat luas.
Malena terus berjalan ke bagian dalam rumah melalui ruangan demi ruangan sampai kelelahan sendiri. Rasanya ia ingin memakai skuter saja kalau ia masih harus melewati sebuah kolam renang di tengah bangunan berlantai 3 itu.
Langkahnya terhenti sejenak saat melihat seorang pria yang ia kenal sedang berenang dengan gaya yang sangat indah di dalam kolam.
"Astaghfirullah," ucapnya terpekik kaget saat Marvin keluar dari kolam renang dengan hanya menggunakan celana renang yang hanya bisa menutupi alat reproduksinya.
"Ya Allah, anak itu masih SMA, tapi tubuhnya seperti anak usia 25 tahun." Dada Malena berdebar tak karuan melihat penampilan Marvin yang sangat luar biasa itu.
Ia pun menutup wajahnya berpura-pura tak melihat kemudian segera berlari mengikuti pelayan yang sudah berjalan terlebih dahulu.
Tak lama kemudian ia pun tiba di sebuah ruangan yang sepertinya merupakan ruangan keluarga, dimana Indira sudah menunggu dengan suka cita.
Wanita paruh baya itu langsung memeluk Malena dengan penuh kasih sayang sampai Malena jadi risih sendiri.
"Saya sudah lama menunggu Miss, mau makan dulu gak? Supaya ngajarnya semangat?"
Malena tidak langsung menjawab. Sungguh dadanya masih berdebar melihat tubuh Marvin, yang notabene adalah suaminya sendiri.
"Miss? Ada apa?" tanya Indira bingung.
"Ah gak Bu. Saya hanya gak fokus saja, maaf hehehe," jawab Malena terkekeh kecil untuk menutupi rasa malunya memikirkan Marvin.
"Jadi kita makan dulu nih?" lanjut Indira menawarkan.
"Ah gak usah Bu maaf. Takutnya kalau kekenyangan saya jadi ngantuk dan malah tertidur di sini, hehehe," kekeh Malena lagi.
"Ah gak seru lah, masak datang langsung ngajar. Kita ngobrol-ngobrol dulu lah Miss. Waktu masih panjang juga," ucap Indira dengan senyum bahagianya. Entah kenapa ia sangat suka dengan gadis yang menjadi guru di yayasan milik keluarganya itu.
"Duh Ibu, saya sudah dibayar mahal lho, masak saya tidak tahu diri dan langsung makan," balas Malena dengan perasaan tak nyaman. Ia tipe orang yang disiplin dan ia hanya punya waktu sekitar 2 jam di rumah itu sebelum pergi ke rumah sakit lagi.
Indira menghela nafasnya, ia merasa kecewa tapi ia juga sadar kalau Marvin lebih membutuhkan guru ini untuk belajar, atau cita-citanya menjadi dokter seperti kakaknya akan batal.
"Ah iya deh, tapi minum-minum boleh dong Miss, sembari menunggu Marvin selesai di kamarnya," ucap Indira mengalah. Malena pun setuju, minum secangkir teh hangat mungkin bisa membuatnya lebih relaks karena harus bertemu dengan Marvin yang notabene adalah suaminya sendiri.
Malena pun mulai menikmati suguhan minuman dari sang tuan rumah dengan santai sembari menjawab beberapa pertanyaan-pertanyaan ringan dari sang ibu mertua.
Marvin keluar dari kamar mandi dalam keadaan yang sudah sangat segar. Setelah berenang tadi, ia kembali ke kamarnya untuk mandi lagi. Menyemprotkan parfum ke seluruh tubuhnya, setelah itu memakai kaos putih polos untuk menutupi tubuhnya yang sangat atletis karena rajin berolahraga.
Sebuah celana kargo pendek ia gunakan sebagai bawahannya. Menatap dirinya di depan kaca, ia pun berdecak kagum dengan ketampanannya yang paripurna.
Pantas saja banyak gadis yang rela menyerahkan dirinya secara gratis, karena aku memang sangat menarik, ucapnya dengan perasaan yang sangat bangga.
Tapi tiba-tiba ia jadi teringat pada Miss Malena, guru perawan tua yang ternyata sudah menjadi istrinya itu. Dadanya langsung berdebar tanpa ia komando.
"Hey! Ada apa denganku?" ucapnya kesal. "Kenapa aku harus mengingatnya padahal aku punya banyak pacar di luar sana," lanjutnya geram.
Untuk menghilangkan pikirannya yang tiba-tiba mengarah ke guru biologi yang mempunyai netra bulat dan Indah itu ia pun segera keluar dari kamarnya untuk menuju ke ruang makan. Ia sangat lapar setelah beberapa puluh menit berenang.
Di dalam ruang keluarga ia melihat mamanya dan langsung mendudukkan dirinya di samping wanita cantik itu.
"Mah, pengen makan," ucapnya manja tanpa melihat siapa yang sedang bersama wanita yang telah melahirkannya itu.
"Ish manja," gumam Malena tak sadar.
Marvin langsung mengangkat wajahnya dan begitu kagetnya ia, karena guru yang baru saja ia pikirkan ada di hadapannya.
"Kenapa Miss ada di sini?" tanyanya cepat-cepat untuk menutupi rasa malunya.
"Kamu gak baca wa kamu ya?!" balas Malena dengan tatapan tajam dari balik kacamatanya.
"Ya Allah Marvin. Kamu gak sopan sama guru kamu. Dasar kamu ya!" ucap Indira ikut menatap Marvin tajam.
"Salim sama Miss Malena!" titah wanita paruh baya itu dan langsung membuat Marvin menggaruk kepalanya yang tak gatal.
🌻
*Like Like Like. Komen Komen Komen!*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Lies Atikah
lena jangan terlalu pd lah bisa jaga perasaan
2025-01-17
0
Neulis Saja
kan Lenanya pakai hijab jadi dalamnya pakai isyarat saja kan gak boleh bersentuhan walau sdh jadi suami istri tapi kan orang tuamu tdk tahu
2024-10-15
0
🍒⃞⃟🦅Rivana84
oh ya thorrr emg ibu Lena blm tau ya kalo anaknya udh nikah?
2024-10-09
0