Marvin pun berdiri dari duduknya kemudian menghampiri Malena. Karena sang guru sedang duduk ia pun bersimpuh di hadapan wanita itu kemudian meraih tangannya tapi cepat ingin ditolak oleh Malena.
"Gak usah Marvin. Gak perlu salim," ucap Malena gugup.
"Gak apa-apa Miss. Anak itu memang harus minta berkah dan karomah dari gurunya supaya ilmu bisa lancar masuk ke kepalanya," sahut Indira.
Malena semakin gugup, karena selama ini ia tidak pernah bersentuhan dengan pria lain selain ayahnya, dan untuk bersalaman saja ia tak pernah meskipun itu dengan siswanya sendiri.
Marvin langsung tersenyum miring, entah kenapa ia sangat ingin mengerjai gurunya yang berhijab itu. Ia pun meraih tangan Malena dan mencium punggung tangan wanita itu ala-ala romantis seorang kekasih, sampai membuat tubuh sang guru menegang.
Deg
Malena merasakan kejut listrik pada kulitnya dan langsung membuat dadanya berdebar tak karuan. Ini adalah kali kedua mereka bersentuhan setelah mereka sah menjadi suami istri.
"Vin, Oey! Sadar!" tegur Indira karena sang putra justru tak melepaskan ciumannya pada punggung tangan sang guru.
Marvin tersenyum dengan penuh makna kemudian melepaskan tangan wanita berhijab yang telah ia nikahi itu.
"Aku lapar, pengen makan dulu Miss. Kalau mau nunggu, di kamar aku saja ya" ucap Marvin santai dan langsung mendapatkan pelototan tajam dari dua orang wanita di dalam ruangan itu.
"Marvin! Ya Allah, jaga mulutmu!" teriak Indira kesal. Marvin tak perduli tapi malah melenggang santai ke arah ruang makan.
Indira langsung menatap Malena dengan perasaan tak nyaman lalu berucap, "Maafkan Marvin ya Miss, anaknya emang kayak gitu, badung banget. Aduh kami jadi malu."
"Gak apa-apa bu. Saya maklum kok," balas Malena tersenyum dengan dada yang masih berdebar tak karuan. Sudah dua kali suami brondongnya itu membuatnya terkena kejut jantung dan ia jadi takut kalau penyakit ayahnya malah berpindah kepadanya.
"Maaf Bu, bisakah saya lihat tempat belajarnya, supaya saya bisa siapkan sebelum Marvin datang," ucap Malena mengalihkan pembicaraan.
"Ah ya, mari Miss, saya antar. Ruangannya ada di bagian sana. Dekat kamar Marvin," ucap Indira seraya berdiri dari posisinya. Malena juga ikut berdiri dan mengikuti langkah sang nyonya rumah.
"Nah tempatnya di sini Miss, sengaja dibuat untuk Marvin belajar, dulunya ini kamar bermain anak itu sewaktu masih kecil tapi kemudian disulap menjadi kamar belajar bersama dengan abangnya."
"Oh, bagus banget bu konsepnya," puji Malena seraya memasuki ruangan itu yang penuh dengan buku-buku layaknya sebuah perpustakaan mini. Di dalamnya ada komputer dan juga perlengkapan belajar lainnya.
Jendelanya besar dan menghadap ke sebuah kebun bunga yang sangat cantik. Rasanya pasti sangat menyenangkan jika belajar di tempat yang sangat indah seperti itu.
"Gak apa-apa Miss tunggu di sini ya, saya akan panggil Marvin. Jangan sampai anak itu malah gak ingat kalau harus belajar, hehehe," kekeh Indira.
"Ah iya Bu, silahkan," ucap Malena tersenyum. Indira pun pergi dari tempat itu untuk mengecek keadaan sang putra yang kadang sengaja mengulur waktu untuk belajar.
Malena pun membuka jendela besar itu untuk melihat kebun bunga yang memiliki banyak ragam bunga di dalamnya. Setelah cukup puas ia pun mengaktifkan komputer dan mulai mempersiapkan bahan yang akan ia ajarkan.
Saking seriusnya, Ia sampai tidak sadar kalau Marvin sudah berada di dalam ruangan itu dan memperhatikannya dengan bibir berkedut senang. Entahlah, pria itu tak sadar sibuk memindai semua kegiatan yang dilakukan oleh Malena. Dan ia sangat suka itu.
Malena mengangkat wajahnya dan tak sengaja beradu tatap dengan Marvin. Ia kembali gugup begitu pun dengan Marvin tapi keduanya cepat-cepat bisa menguasai perasaan mereka masing-masing.
"Duduklah, kita akan segera belajar untuk persiapan remedial yang pernah Miss jadwalkan," ucap Malena seraya memperbaiki letak kacamatanya.
Marvin hanya tersenyum tipis, entah kenapa ia begitu ingin menggoda wanita yang sudah sah menjadi istrinya itu.
"Aku gak tahu kenapa Miss bela-belain datang kemari, padahal aku bisa kok belajar sendiri," ucap Marvin santai.
"Apakah ada maksud tersembunyi dari kedatangan anda Miss?" lanjutnya dengan tatapan lurus ke dalam netra indah Malena. Netra bulat dan bening yang sangat ia sukai.
"Ayo jawab Miss!" tantang Marvin dengan gayanya yang sangat angkuh.
Deg
Malena langsung merasakan kupingnya tidak nyaman dengan perkataan siswanya itu. Tapi sekali lagi ia berusaha untuk menyadarkan dirinya kalau ia datang kemari karena permintaan orangtua Marvin.
"Apakah ini hanya kedok saja untuk bisa menemui papa mama dan menceritakan kalau kita sudah menikah?" tanya Marvin sarkas. Malena masih diam dengan dada naik turun karena menahan emosi.
"Apa Miss sudah sangat tak sabar untuk menjadi menantu di rumah ini?" lanjut Marvin dengan ujung bibir terangkat.
"Ah ya, terang saja Miss mau menikah denganku karena aku ini siswa terpopuler di sekolah, dan juga siswa yang sangat kaya raya, anda tak ingin rugi dengan kesalah pahaman itu bukan?" sarkas Marvin lagi dan berhasil membuat Malena sangat tersinggung.
"Kamu sudah selesai bicaranya?" tanya Malena seraya mendekat ke arah Marvin.
"Asal kamu tahu ya, meskipun aku seperti ini, aku juga tidak ingin sembarang menikah, apalagi dengan anak ingusan seperti kamu!" tunjuk Malena emosi. Ia sudah mengganti kata Miss di depan semua perkataannya karena sudah tidak bisa lagi menahan dirinya.
"Aku datang kemari karena permintaan Ibu dan bapak ketua. Jadi jangan pernah berpikir kalau aku datang kesini karena urusan pribadi!" balas Malena dengan tatapan tajamnya.
Marvin tersenyum miring kemudian menghampiri Malena hingga jarak mereka begitu sangat dekat.
"Ada banyak gadis-gadis cantik yang ingin sekali ke rumah ini untuk bertemu dengan papa mama dengan alasan yang dibuat-buat. Dan kurasa ini juga adalah alasan yang cukup masuk akal sih."
"Hey! Dengarkan aku baik-baik. Aku datang kesini karena tugas. Jadi buang jauh-jauh pikiran kotormu itu. Aku tak akan pernah mengatakan kalau kita pernah menikah kalau kamu tak menginginkannya!" geram Malena.
Marvin sekali lagi tersenyum miring. Entah kenapa ia sangat suka melihat Malena marah seperti itu.
"Dan satu hal lagi Marvin! Jangan terlalu percaya diri karena bagiku, kamu tak lebih dari seorang anak kecil yang tidak pantas untuk aku!" lanjut Malena seraya menunjuk dada bidang Marvin.
"Oh ya?" Marvin tersenyum miring kemudian meraih pinggang Malena dan merengkuhnya posesif.
"Jangan bilang aku anak kecil Miss? Atau aku akan membuktikan kalau aku bisa menghamili anda hum?"
🌻
*Like dan ketik komentar agar author semangat updatenya oke?*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Nur Syamsi
Marvin klaw Bu bisa beri tau ortumu ttg pernikahanmu yg secara mendadak dg missmu spya ortumu Tdk salah faham
2024-12-20
0
Neulis Saja
ehm si borokokok tambah berani yah
2024-10-15
0
Bang Ipul
🤣🤣🤣😍
2024-10-06
0