Nau menghabiskan waktu bersama Neneknya, mereka masak bersama, makan bersama, Nau membantu membereskan pekerjaan rumah hingga membantu Neneknya berjualan sayuran di pasar. Dan semua itu dilakukan Nau tanpa tahu jika ponselnya ditinggalkan di rumah dalam keadaan menyala.
Ia menghabiskan waktu seharian bersama Neneknya dan ketika sore hari ia kembali ke rumah Neneknya, Jasmine membeku di tempat melihat Edward dan Bara berdiri di depan rumah Nek Asih.
Nek Asih pun ikut terkejut sebab tidak tahu mereka siapa, apalagi mereka berpenampilan rapih seperti petugas Bank. Ia jadi ingat Johan, mungkin dua pria ini datang untuk menagih uang Johan.
"K-kalian mau nagih utang?" tanya Nek Asih membuat Bara mengerutkan dahi, ia merasa tampan tapi malah disebut mau menagih utang.
"Saya ---"
"Nek, Nenek masuk dulu ya, mereka temen aku." Jasmine memotong ucapan Edward yang hendak berbicara. Ia takut Edward mengaku suaminya dan membuat Nenek jantungan karena menikah tanpa memberitahunya.
"Beneran, temen kamu?" Jasmine mengangguk lalu menatap Bara dan Edward, meminta kerja sama mereka. Mereka pun ikut menganggukan kepala.
"Oh yasudah, nanti kamu ajak mereka masuk ya, jangan ngobrol di luar terus," ucap Nek Asih pada Jasmine.
"Iya, Nek." Jasmine tersenyum.
Selepas Nek Asih masuk, tatapan Edward langsung berubah, dingin dan tajam menatapnya seolah tengah marah besar pada Jasmine.
"K-kalian, kenapa bisa tau aku ada di sini?"
Bara menempelkan ponsel di telinganya lalu terdengar suara dering ponsel Jasmine di dalam rumah membuat gadis itu terbelalak seketika. Seingatnya, ia sudah mematikan ponselnya.
"Cukup mudah melacak lokasimu ketika ponselmu menyala, Nona."
"T-tapi aku ---"
"Sengaja mematikan ponsel?" potong Edward membuat nyali Jasmine menciut seketika.
"Ikut denganku atau nasib Nenekmu sama seperti manusia yang aku buang di pantai kemarin."
Jasmine melebarkan matanya sempurna, itu artinya Edward tahu kalau kemarin dirinya berada di pantai yang sama dengan pria itu.
"K-kamu tau aku ada di sana kemarin?"
Edward melangkah maju dan Jasmine sontak mundur. "Ikut aku atau ---"
"Jangan sakiti Nenekku," mohon Jasmine. "A-aku akan ikut denganmu."
Melihat keberanian Edward sampai mencelakai seseorang kemarin membuat Jasmine memilih mengalah saja jika sudah ketahuan begini, ia tidak mau Neneknya dalam bahaya.
Mereka akhirnya pamitan pulang kepada Nek Asih, Nek Asih sempat sedih sebab waktu bersama cucunya hanya sebentar padahal Nau sudah bilang akan lebih lama di kampung Neneknya.
Saat di mobil, Edward mencengkram kuat tangan gadis itu seolah-olah takut gadis itu meloncat dari mobil dan kembali kabur.
Jasmine berakhir kembali di mansion Edward, ia sempat melirik wajah Pak Adnan di pos yang terlihat lega selepas kembalinya Jasmine.
"Aku pasti hampir membunuh Pak Adnan."
Edward keluar dari mobilnya dan menarik tangan Jasmine dengan kasar, ia menyeret gadis itu masuk ke mansion, Bara yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepala.
"Edward! Pelan-pelan! Edward!" teriak gadis itu.
Edward mendorong gadis itu ke ranjang, ia marah, benar-benar marah dengan sikap Jasmine yang berani kabur lagi darinya. Ia pikir, Jasmine tidak akan berani kabur lagi setelah kabur di hari pernikahan mereka.
"Jasmine, berani-beraninya kamu kabur lagi dariku!!"
"A-aku tidak mau berurusan dengan pria berbahaya sepertimu. Seseorang yang kamu buang di laut itu pasti Billy kan, kenapa kamu melakukannya, apa salah dia Edward!" teriak Jasmine.
"Aku sudah bilang padamu, lupakan apa yang kamu dengar dan lupakan juga apa yang kamu lihat!! BERSIKAPLAH SEOLAH TIDAK TAHU APA-APA SAMPAI AYAHMU DATANG MEMBAWAMU DARI SINI!!"
Jasmine terkesiap dengan teriakan Edward, jantungnya berdebar ketakutan melihat amarah pria itu. Tapi ia mencoba berani.
"KALAU BEGITU BIARKAN AKU BERHUBUNG DENGAN AYAHKU DAN MEMBANTUNYA MENCARI UANG AGAR AKU CEPAT PERGI DARI SINI!! KAU LAH YANG TIDAK MAU AKU PERGI BUKAN AYAHKU YANG KESULITAN MENCARI UANG!!!"
"Kamu adalah hukuman untuk Ayahmu yang korupsi itu!" kesal Edward.
"Berhentilah bersikap seolah-olah Ayahku malakukan kejahatan besar!! Ayahku bukan pembunuh sepertimu!!" entah nyali dari mana gadis itu akhirnya lantang mengatakan hal tersebut pada Edward. Mata Jasmine tak kalah menatap tajam mantan kekasihnya tersebut.
Edward mengepalkan tangan dengan dada naik turun, dari pada ia melampiaskan emosinya pada gadis itu, lebih baik ia keluar dari kamar. Jasmine melempar bantal dengan kesal ke arah pintu yang tertutup.
"Menyesal aku pernah menjadi pacarmu!!" gerutu Jasmine dengan menekuk wajahnya.
***
Jasmine hanya diam di kamar, hingga malam hari ketika ia merasa perutnya keroncongan barulah ia berani keluar dari kamar.
Di depan kamarnya tidak ada Bara yang suka menonton tv, entah kemana perginya sekretaris Edward tersebut. Bahkan Edward sendiri tidak terlihat batang hidungnya.
Jasmine turun ke bawah, pergi ke meja makan, ia melihat sudah ada hidangan di meja makan. Seketika ia menyapu bibir atas dengan lidahnya, semua hidangnya itu tampak mengunggah selera.
"Wuah ... Banyak banget makanannya, lebih banyak dari kemarin-kemarin, kayanya bakalan ada tamu penting nih," ucapnya melihat beberapa jenis dessert di atas meja dan juga ada jus.
Padahal saat makan bersama Edward, hidangan penutup tidak sebanyak itu. Jasmine pun yang sudah keroncongan segera melahap makanan yang ada.
Di saat asik menikmati makanannya, ia mendengar langkah kaki, seketika ia bergeming dengan makanan penuh di mulutnya yang belum tertelan sepenuhnya. Ketika ia menoleh, ia melihat Edward digandeng oleh seorang perempuan cantik, tinggi dan sexy. Dan di belakang mereka ada Bara yang berdiri dengan wajah santainya.
Jasmine sontak melebarkan mata ketika ia mengingat kekasih Edward.
"Apa itu kekasih Edward yang baru?"
April mengerutkan dahinya melihat Jasmine. "Siapa dia?" tanyanya pada Edward.
Jasmine yang terasa canggung langsung menunduk, menelan makanan sisa di mulutnya.
"Kekasih Bara," sahut Edward dengan wajah datarnya.
Bara dan Jasmine sontak terbelalak, bagaimana mungkin Edward mengatakan hal demikian. Dan Edward juga tidak berbicara dulu pada Bara hingga membuat asistennya itu juga ikut kaget.
"Kekasihmu, Bar?" tanya April menoleh ke belakang.
Wajah terkejut Bara pun berubah menjadi tersenyum. "Iya, kekasihku." dia langsung menghampiri Jasmine.
"Makan apa sayang?" tanya Bara seraya mengelus kepala Jasmine.
Edward melihat gerakan tangan Bara yang mengelus kepala gadis itu.
"Ayo ..." April menarik tangan Edward dan duduk di meja makan bersama Jasmine dan Bara. Jasmine terasa sangat tegang di sini, ia merasa tidak nyaman duduk bersama Edward dan kekasihnya apalagi diharuskan pura-pura menjadi kekasih Bara.
"Siapa namamu?" tanya April dengan tersenyum.
"J-Jasmine."
"Ah ... Jasmine." April mengangguk-ngangguk dengan tersenyum.
"Aku Aprilia Maura. Panggil saja April." April mengulurkan tangannya. Mereka berjabat tangan dengan Jasmine yang tersenyum kaku.
"Sepertinya perempuan ini baik, ramah juga," batin Jasmine.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments