bab 18

Edward bergegas pergi malam hari menuju dermaga, ia masuk ke kapal pesiar selepas Sean membalas pesannya dan meminta Edward datang di salah satu pantai.

Ketika di tengah-tengah lautan, kedua kapal itu bertemu, Edward masuk ke kapal Sean. Penjagaan di kapal Sean cukup ketat sampai dua penjaga mengekor di belakang Edward untuk mengantar pria itu menemui keturunan De Willson tersebut.

Pintu ruangan terbuka, ruangan luas yang hanya di isi oleh satu meja saja membuat Edward menaikkan alisnya. Seakan ruangan itu ada untuk menyambut kedatangan Edward.

Sean menarik ujung bibirnya tersenyum ketika Edward berjalan ke arahnya. Pria bermarga De Willson itu tampak duduk santai bersilang kaki dengan segelas anggur di tangannya.

Edward duduk di depan Sean, Sean menatapnya tajam, jika yang di depan Sean seorang perempuan mungkin perempuan itu akan ketakutan dan berpikir Sean hendak membunuhnya.

"Hamington ..." Sean berseru seraya mengangguk-nganggukan kepala. "Bisnis obat terlarang dan ingin membukan bisnis perdagangan manusia." Sean tersenyum meremehkan seraya menggelengkan kepala.

"Lucas Hamington terlalu percaya diri!" serunya merendahkan.

"Bagaimana kamu bisa tahu keinginan Kakekku?" tanya Edward.

"Jangan pura-pura polos, kamu tau bagaimana hebatnya keluargaku, bukan? aku juga tahu niatmu datang ke sini karena khawatir mantanmu menjadi target utama Lucas untuk menjalankan bisnis perdagangan manusianya!"

Tebakan Sean benar, hal itu membuat Edward tidak tenang, Edward menuangkan anggur ke gelas dan meneguknya dengan kasar, Sean hanya menarik ujung bibirnya tersenyum.

"Kita beda, aku memang menyukai dunia seperti ini. Sementara kamu, seperti di dorong paksa masuk jurang oleh Lucas. Kamu hanya bisa naik dengan usahamu sendiri, tapi aku bisa melempar tali jika kamu mau," ucap Sean yang artinya dia bersedia membantu Edward.

"Lagi pula, apa susahnya membunuh si tua bangka itu?!" tanya Sean lalu meneguk kembali anggur di tangannya. Menurut Sean, sekali melempar pisau ke leher si tua Lucas, dia pasti langsung mati.

Edward menatap Sean. "Seandainya aku ingin, aku sudah melakukannya, tapi aku butuh informasi soal Ibuku dan aku yakin hanya dia yang mengetahui itu."

"Ibumu?" Sean menaikkan alisnya. "Ah, Ibumu yang meninggalkanmu saat usia lima tahun itu?"

Mata Edward melebar seketika. "Kamu mengetahuinya?"

"Apa yang tidak aku ketahui!" Sean tersenyum sombong.

"Itu artinya kamu tau keberadaan ---"

"Tidak!" potong Sean lalu mengambil rokok dan menyalakannya dengan pemantik api.

"Jangan bohong, Sean!"

"Aku tau identitasmu bukan berarti aku ikut campur masalahmu!!" sahut Sean menghisap rokoknya dan menghembuskannya ke udara.

"Baik, aku datang ke sini ingin meminta bantuan agar kamu mengagalkan rencana Kakekku, dia hanya takut kepadamu saja!"

Sean berdecih seraya tersenyum miring. "Apa yang aku dapatkan jika aku mengawasi Lucas Hamington?"

"Apapun."

Sean menatap intens Edward dengan senyuman di wajahnya.

Edward kembali pulang ke mansionnya selepas bertemu dengan Sean. Tentu saja hal ini disembunyikan dari Lucas, bahkan Bara sebagai asisten pribadinya pun tidak mengetahui jika Edward dan Sean berteman.

Edward masuk ke kamar Jasmine yang tidak dikunci, gadis itu memang tidak pernah mengunci pintu kamarnya. Ia terdiam, menatap gadis itu yang tertidur pulas, ketika ia melihat selimutnya hanya tersimpan rapih di ujung kakinya, Edward pun berjalan mendekati Jasmine dan menyelimuti gadis itu lalu kembali keluar dari kamar mantannya tersebut.

Terpopuler

Comments

Ilfa Yarni

Ilfa Yarni

mulai ada titik terang nih rupanya kakek Edward yg jahat Edward cuma disetir aku rasa hatinya msh terpaut dgn jasmine

2024-05-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!