"K-kamu punya kekasih?" tanya Jasmine.
Jawaban dari Edward hanya anggukan kepala. Sekuat tenaga Jasmine berusaha agar tidak menangis sampai tangannya diam-diam mengepal untuk menahan air matanya agar tidak keluar. Tapi sayangnya, ia tidak bisa membendungnya, ia tertunduk sambil mengusap air mata yang membasahi pipinya.
Jasmine tidak bisa berbuat apapun, toh dia menikah dengan mantannya juga karena Ayahnya yang korupsi dan ia akan bercerai setelah Ayahnya mengembalikan semua uangnya.
"Tidak seharusnya kamu menguping, Jasmine!"
"Maaf," lirihnya, lalu pergi ke kamar.
Edward menatap kepergian Jasmine, ia terdiam, menghela nafas dan kembali ke meja makan. Saat di meja makan pun ia malah kehilangan selera makannya karena melihat Jasmine menangis tadi.
"Kalau tau punya kekasih, kenapa tidak batalkan saja isi perjanjian itu!" kesal Jasmine seraya melempar bantal ke lemari. Dadanya naik turun karena amarah, ia tidak mau disebut pelakor oleh kekasih Edward nanti.
Bagaimana cara Edward menjelaskannya kepada kekasihnya nanti, tidak terpikir oleh Jasmine sedikit pun. Isi otak manusia bernama Edward Lucas Hamington sulit sekali ditebak.
***
Edward pergi menghadap sang kakek, ia bertemu David di depan ruangan kakeknya. Ketika ia membuka pintu, hawa ruangan seakan langsung menusuk tubuhnya, apalagi sang Kakek berdiri dengan wajah bengis di belakang meja kerjanya.
Edward berdiri di depan meja Lucas Hamington. Wajah datarnya seakan menunjukan rasa tidak bersalah, bahkan sebelum masuk pun ia sudah siap diamuk sang Kakek.
"Kau melempar api kepadaku, Edward!" hardik Lucas penuh penekanan.
Edward diam, tidak menjawab sepatah kata pun. Lucas berjalan menghampiri cucunya. Jarak mereka sangat dekat sekarang, bahkan mungkin hanya berjarak dua jengkal saja.
"Setelah semua yang kau dapatkan, kau mengkhianatiku seperti ini Edward, berani-beraninya kau menikah dengan gadis lain!!"
"AKU SUDAH MEMUTUSKAN DARI DULU KAU HARUS MENIKAH DENGAN APRIL!! BUKAN YANG LAIN!!" teriak Lucas.
David yang mendengar teriakan Lucas di depan ruangan bergidik ngeri, kakek dan cucu seakan sedang saling melempar api di dalam.
Sesama asisten, Bara juga penasaran apa yang akan terjadi kepada Edward dan Lucas. Alhasil dia menelpon David untuk menguping, kerjasama yang baik antar asisten, walaupun takut David masih berdiri dengan memegang ponsel yang melakukan panggilan telpon pada Bara.
"Siapa gadis yang kau nikahi? anak siapa dia? Dan kenapa kau menikahinya?" Lucas memberikan pertanyaan bertubi-tubi.
"Jasmine."
Lucas menaikkan alisnya. "Jasmine?"
"Mantanku saat SMA."
Mata Lucas langsung melebar seketika. "A-apa? gadis itu?"
Edward mengangguk.
Lucas menggeleng tak percaya, dia menggaruk keras kepalanya dengan kesal sambil mondar-mandir ketika amarah menyebar di seluruh tubuhnya.
"BUKANKAH AKU MEMINTAMU MENGAKHIRI HUBUNGAN DENGANNYA DULU!! KENAPA SEKARANG KAU MALAH MENIKAHINYA BEDEBAH GILA!!"
Dia dibentak habis-habisan oleh Kakeknya, Edward juga tersulut emosi sampai mengepalkan tangannya.
"BAGAIMANA CARA KAU MENJELASKANNYA PADA APRIL!! BAGAIMANA CARAKU MENJELASKAN SEMUANYA PADA ARON!!"
"April dan Jasmine, itu urusanku!" sahut Edward dengan suara gemetar sebab dia menahan amarah. Ingin rasanya ia memukul wajah tua kakeknya tapi ia tidak bisa melakukannya.
"Dengar, Edward ..." Lucas menunjuk wajah Edward memperingati. "April adalah jembatan untuk kita terhubung terus dengan Aron, kalau sampai kau kehilangan April, gadis itu tidak akan aku biarkan hidup!"
Wajah Edward mungkin terlihat tenang, tapi tidak dengan tangannya yang mengepal sampai urat-uratnya terlihat.
David langsung membuang muka ketika Edward keluar dari ruangan, ketika pria itu sudah menjauh, David menempelkan ponselnya ke telinga. "Kau dengar, kan. Mereka pasti jadi musuh besar sebentar lagi," katanya pada Bara.
***
Edward kembali ke kantornya, melakukan pekerjaan seperti biasa dibantu Bara. Ruangan benar-benar hening, Bara juga tidak banyak tingkah sebab tahu mood bosnya sedang tidak baik.
Biasanya Bara akan bersiul sambil mendengarkan musik, tapi kali ini bibirnya juga tertutup rapat. Hanya ada suara keyboard laptop dan juga lembaran kertas yang dibuka.
"Bagaimana kabar Billy?" tanya Edward.
"Billy, masih hidup Tuan, tapi beberapa kali mencoba untuk kabur."
"Bukankah aku memintamu untuk membunuhnya," sahut Edward dengan tangan yang sibuk dengan keyboard laptopnya.
"I-iya, Tuan. Tapi aku ---"
"Jika kau tidak berani, aku sendiri yang akan melakukannya," potong Edward, kebetulan moodnya sangat buruk, butuh pelampiasan.
Ponsel Bara berdering, ia segera merogoh ponselnya di saku celana. Panggilan masuk dari Jasmine. Bara pun mengangkatnya.
"Ya, Nona?"
"Aku ingin jalan-jalan."
"Bisakah besok, saya sedikit sibuk untuk mengantar."
Jasmine menghembuskan nafas kecewa.
"Biarkan dia pergi dengan supir yang lain," ujar Edward.
"Kata Tuan Edward, Nona boleh pergi dengan supir yang lain. Di pos ada Pak Adnan, minta dia yang antar saja."
"Oke, Bara. Terimakasih."
Panggilan pun berakhir. Edward menutup laptopnya. "Kita ke gudang sekarang."
***
Jasmine merasa bosan di mansionnya, memikirkan hidupnya yang merasa sangat dipermainkan Edward.
Dulu pria itu yang memutuskan hubungan mereka lalu dia menikahinya karena isi perjanjian dan nanti akan diceraikan jika Ayahnya berhasil mengembalikan sisa uangnya.
Satu lagi, Edward ternyata punya kekasih tapi masih ingin mengikuti isi perjanjian itu bukan membatalkannya.
"Nona, kita mau kemana?" tanya Pak Adnan yang mengemudi di depan.
Jasmine yang awalnya melempar pandangannya ke luar jendela pun menatap Pak Adnan di spion depan. "Kemana ya, Pak. Aku bingung juga."
"Pantai?" Pak Adnan memberi saran.
"Boleh, Pak."
Saran dari Pak Adnan sangat bagus, mungkin dengan angin pantai dan deburan ombak ia bisa menjadi lebih tenang.
Sesampainya di pantai, dia duduk di bebatuan yang sedikit basah akibat deburan ombak pantai yang cukup kuat.
Dia ingin bertemu Ayahnya, tapi Edward melarang, bahkan menelponnya pun tidak boleh. Jasmine benar-benar tidak tahu bagaimana kabar Ayahnya, apakah dia sudah mendapatkan sisa uangnya atau belum. Jasmine ingin segera pergi dari hidup Edward dan tidak ingin bertemu lagi dengan pria itu.
"Semoga Ayah bisa mendapatkan sisa uangnya," gumam Jasmine.
Ketika asik memperhatikan lautan di depannya, ia melihat ada kapal pesiar di tengah lautan, Jasmine memicingkan matanya, kenapa ia seperti mengenal pria di kapal pesiar tersebut. Ada sekitar empat pria di sana.
Jasmine melihat ada lelaki muda memegang teropong binokular atau teropong jarak jauh, dia segera menghampiri lelaki tersebut, mencoba meminjam teropongnya. Lelaki itu pun memberikan teropongnya pada Jasmine.
"Makasih, aku pinjam sebentar ya."
"Iya kak."
Jasmine kembali ke bebatuan dan mencoba melihat kapal pesiar itu dari teropong yang ia kenakan.
"Bara," ucapnya ketika bisa melihat jelas wajah Bara di teropong. Kemudian ia mencoba mengarahkannya ke arah lain lalu ia melebarkan mata.
"Edward."
Ketika Jasmine mengarahkan teropongnya ke arah yang lain, dia semakin terbelalak ketika dua pria asing melempar kantong besar hitam ke dalam laut, yang membuat Jasmine kaget, dia melihat ada tangan yang tak sengaja keluar dari kantung hitam itu, seperti ada mayat di dalamnya yang sengaja dibuang.
"Billy," gumam Jasmine yang tiba-tiba mengingat nama Billy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Ilfa Yarni
msh rka teki ini lanjut Thor banyakin upnya
2024-05-05
1
Rina Aris
penuh misteri bngt ini siapa bili dan edward yg berubah
2024-05-04
1