Jasmine tidak enak jika harus meneruskan makan bersama dengan April. Jadi dia beralasan sudah kenyang dan memilih menjauh dari meja makan, karena Bara berpura-pura menjadi kekasih Jasmine, tidak mungkin ia membiarkan kekasihnya pergi begitu saja, jadi Bara pun ikut menyusul dan sedihnya ia sudah kelaparan harus menahan rasa laparnya.
"Nona ..." panggil Bara ketika Jasmine hendak masuk kamar.
Jasmine berbalik. "Bara, kamu tidak makan?"
"Ah sudahlah, nanti saja. Saya ingin bicara denganmu sebentar."
Jasmine pun mengikuti Bara, mereka duduk di sofa depan kamar Jasmine. Dan Edward yang berada di lantai bawah masih bisa melihat mereja yang tengah mengobrol. Sementara April sibuk dengan perutnya yang keroncongan.
"Nona, alangkah baiknya jika Nona membiasakan diri untuk hidup di sini sementara waktu. Karena kalau Nona terus kabur, Tuan Edward bisa menghukum seseorang yang membuat Nona kabur, contohnya Pak Adnan kemarin, untung kami berhasil menemukan Nona. Kalau tidak, saya tidak tau bagaimana nasib Pak Adnan selanjutnya. "
"Tapi ---"
"Pura-pura tidak punya telinga dan tidak punya mata jika melihat sesuatu yang menyeramkan. Contohnya seperti kejadian di pantai hari itu." Bara tidak membiarkan Jasmine berbicara.
Jasmine bergeming mencerna saran dari Bara. Selama ia kabur, pasti Edward terus saja bisa mendapatkannya kembali dan membawanya kembali ke mansion ini. Mungkin seandainya saja Jasmine mencoba kabur sekali lagi saja, hasilnya pasti sama.
Ponsel Bara berdering, ia merogoh ponsel di saku celananya. Edward yang berada di lantai bawah menelpon.
"Kemari, bantu habiskan dessert," ucap Edward lalu menutup panggilan begitu saja.
"Aneh, disuruh ke bawah hanya untuk menghabiskan Dessert." gumam Bara. "Ayo Nona, Tuan memanggil kita." ajaknya pada Jasmine.
Jasmine pun mengekor, Edward menatap dingin pada Bara dan Jasmine yang turun bersama di anak tangga. Mereka kembali ke meja makan.
"Dessert nya masih banyak, kalian malah pergi, kamu dan Bara kan belum makan," ucap April dengan ramah pada keduanya.
"S-sebenarnya kami tidak enak menganggu anda, Nona," ucap Jasmine.
"Hei, panggil aku April saja, untuk apa memanggilku Nona," sahutnya dengan terkekeh.
"April ini perempuan yang sangat baik, aku jahat sekali karena menikah dengan Edward. Kalau dia tahu, dia pasti kecewa berat."
"Jasmine, malah melamun, ayo mau apa?" tanya April.
"Saya makan puding saja." Jasmine mengambil puding coklat sementara Bara memilih makanan berat karena memang ia belum makan.
Jasmine tak sengaja melirik Edward, pria itu tengah menatapnya tanpa berkedip membuat Jasmine bingung, ia buru-buru memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Eh kalian tau, kamar mandi pesawat tadi bau pete, aku tidak mengerti orang iseng mana yang makan pete sangat banyak ketika hendak bepergian," ucap April sambil makan cake coklat.
"Iya kah? Kamu engga suka bau pete?"
April memutar bola matanya. "Ya engga lah Jasmine. Aku sama Edward engga suka bau makanan yang kaya gitu. Iya kan sayang?" April menyikut lengan Edward seraya menatapnya.
Edward menjawab dengan anggukan kepala membuat Jasmine menaikkan kedua alisnya. Bukankah Edward sangat suka makan pete?
"O-oh, jadi Tuan Edward juga tidak suka pete ya?" tanya Jasmine seraya menatap Edward. Hanya ingin bertanya langsung dan melihat apakah reaksinya akan berbeda.
"Saya tidak suka," sahutnya.
Selesai menikmati hidangan tersebut, Jasmine memilih diam di dapur sambil minum air hangat, memperhatikan Edward yang tengah mengobrol bersama April sambil tertawa di ruang tamu.
"Aneh, kenapa dia bilang engga suka pete, padahal nasi goreng pete buatanku saja selalu dimakan habis. Selain sikap yang berubah, makanan kesukaan yang tadinya suka banget juga bisa berubah jadi tidak suka ya?" Jasmine bermonolog sendirian di dapur.
"Kayanya aku harus cari tahu, dia Edward yang aku kenal saat SMA atau bukan, bisa aja dia punya kembaran kan. Walaupun rasanya engga mungkin."
***
April sudah pulang dari mansion Edward. Pria itu masuk ke kamar Jasmine tanpa permisi membuat Jasmine yang baru saja keluar dari kamar mandi menjerit kaget dan bergegas lari kembali ke kamar mandi dengan nafas naik turun.
"Astaga Edward! Kamu kalau masuk ketuk pintu dulu bisa?" Jasmine keluar dengan hanya memakai bathrobe saja tadi.
"Kamu tidak sexy Jasmine, aku tidak tergoda, salahmu juga tidak mengunci pintu," kata Edward di depan pintu kamar mandi Jasmine.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" teriak Jasmine di kamar mandi.
"Aku sudah berbicara dengan April, dia setuju jika kamu menjadi sekretaris pribadiku. Jadi mulai besok, kamu bekerja denganku."
"APA?! SEKRETARIS PRIBADI? BUKANNYA ADA BARA?"
"Satu orang tidak cukup. Aku harap kamu bisa profesional untuk tidak terlambat bangun."
"Kapan aku telat bangun!!" kesal Jasmine tapi tidak ada jawaban lagi karena Edward sudah keluar dari kamar gadis itu.
Jasmine menghentakkan kakinya kesal di kamar mandi, bagaimana bisa ia mendadak menjadi sekretaris, pengalaman kerja saja ia tidak punya. Dan menurutnya beban menjadi sekretaris sangat sulit.
"Tapi, kalau aku kerja, aku punya uang. Kalau aku punya uang, aku bisa bantu Ayah untuk mengembalikan semua uang Edward dan dengan begitu aku bisa keluar dari rumah ini secepatnya," gumam Jasmine dengan mata berbinar.
Setidaknya bekerja membuka peluang Jasmine keluar dari rumah ini. Ia sudah tidak tahan dengan kehidupan di mansion ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Ilfa Yarni
bener itu Jasmine terima aja biar km bisa melunasi hutang ayahmu dan km jg bisa pergi dr rmh itu aku jg ga suka tuh sama edward
2024-05-07
2