Ayang-ayangkuuu yang belum kasih ratting, kasih 5 bintang dulu dong, biar semangat up nya setelah lama hiatus ini hehehe.
.
.
Jasmine berjalan di belakang Bara seolah-olah ia tidak mendengar apapun tadi, walaupun sebenarnya Jasmine penasaran, bingung dan juga kecewa, mengapa sosok Edward yang ia kenal kini berubah terlalu jauh.
Bunuh saja.
Kalimat itu sangat menakutkan untuk di dengar dan keluar dari mulut pria yang Jasmine anggap baik dan lembut semasa sekolah dulu. Mungkin benar apa kata Bara, semua manusia bisa berubah.
Seperti biasa, Bara akan pergi meninggalkan Jasmine berdua di ruangan bersama Edward selepas mengantar gadis itu sampai pintu masuk.
Edward tengah merokok dengan tatapan lekat menatap Jasmine, mendengar kata bunuh membunuh tadi membuat gadis itu kini sedikit takut melihat tatapan mantannya itu.
"Mana uangnya?" tanya Edward pada Jasmine yang hanya berdiri dengan memainkan kuku jarinya.
Jasmine sontak menatap Edward. "U-uang?"
"Ya, bukankah itu tujuanmu datang ke sini, untuk mengembalikan uangku."
"Ah, iya, hehe ..." Jasmine menggaruk kepalanya, bingung, ia tidak membawa uang sepeserpun sekarang, boro-boro mengembalikan uang ratusan juta milik Edward.
"A-aku dan Ayahku belum mendapatkan sisanya, kami boleh minta ---"
"Tidak ada waktu lagi. Pernikahan digelar jam sembilan pagi."
Mata Jasmine sontak melebar sempurna, jantungnya seakan ingin memaksa keluar dari tubuh saking terkejutnya mendengar ucapan Edward.
"A-apa, Tuan, tunggu dulu ... Jangan terburu-buru!"
"Aku sudah memberimu waktu. Sekarang, pergilah bersama Bara, kita hanya butuh waktu malam ini saja untuk menyiapkan semuanya."
"Tuan, menyiapkan pernikahan butuh waktu berbulan-bulan, bukan hanya dalam waktu satu malam saja seperti permintaan Roro Jonggrang!"
"Aku bisa melakukannya, sekarang pergilah, berhenti berbicara!"
Jasmine bergeming.
"Pergi!" titah Edward kembali.
Jasmine menghela nafas kasar, bagaimana bisa Edward melakukan ini padanya, bagaimana bisa sejahat ini, tidak memberikan toleransi sama sekali. Tangan Jasmine diam-diam mengepal, toh dari dia SMA dia tidak pernah takut dengan Edward, kenapa sekarang ia harus takut.
"Edward!
"Aku bilang jangan memanggilku dengan nama, kita tidak sedekat dulu!"
"Karena tidak sedekat dulu, kamu jadi seenaknya kepadaku, Edward? Kenapa kamu jadi kaya gini, padahal dulu ---"
"Dulu dan sekarang, dua hal yang berbeda!" potong Edward.
"Aku tidak mau menikah karena isi perjanjian itu!" Jasmine selalu ingin menikah dengan pria yang mencintainya, bukan karena tidak bisa mengembalikan uang, walaupun pria di depannya ini adalah mantan kekasihnya. Tapi Edward, bukan Edward yang dulu.
"Katakan itu pada Ayahmu yang membuat perjanjian, aku hanya menyetujui saja, tapi dari tadi kamu banyak komplen kepadaku! padahal semua ini keinginan dan kesalahan Ayahmu!"
Mereka kembali bergeming, hanya mata mereka yang saling menatap dalam. Jasmine kecewa pada pria itu, sangat amat kecewa.
Pintu terbuka, Bara masuk dan berdiri di dekat pintu.
"Ayo, Nona ... Kita tidak boleh membuang-buang waktu, mencari gaun pengantin tidak mudah!"
Sebelum pergi, Jasmine masih sempat menghunus tatapan tajam pada Edward yang duduk dengan wajah dinginnya.
***
Jasmine mematut dirinya di depan cermin, wajahnya sudah dirias dengan sangat cantik dan gaun mewah yang ia kenakan.
Perasaanya hampa, hari ini ia menikah, tapi entah kenapa Jasmine tidak merasakan bahagia sama sekali, karena pernikahan ini dibuat bukan karena cinta. Tapi karena terpaksa terikat isi perjanjian.
"Apa yang harus aku lakukan, aku tidak ingin menikah karena isi perjanjian itu dan aku tidak ingin menikah dengan Edward yang sudah sangat berubah sekarang, siapa sebenarnya Billy, kenapa Edward ingin membunuhnya." dia bergumam sendirian di ruangan itu.
Hingga pintu terbuka, Jasmine yang duduk pun berdiri dan berbalik, Edward datang ke ruang make up, melihat penampilan Jasmine dari atas sampai bawah kemudian ia berjalan menghampiri gadis itu.
"Ayahmu, ada di depan."
"Di mana?" Jasmine berjalan hendak keluar tapi Edward mengulurkan tangannya ke samping menghalangi langkah gadis itu.
"Aku tidak mengizinkanmu bertemu dengannya."
"Apa? Kenapa?" Jasmine mengerutkan dahi tak percaya. "Kenapa kamu melarang aku bertemu dengan Ayahku sendiri."
"Aku sudah berbicara dengannya." Edward memasukan kedua tangannya ke saku celana. "Kami sepakat, jika dia berhasil mengembalikan sisa uang itu kepadaku, maka aku akan menceraikanmu."
Mata Jasmine melebar sempurna.
"Dan aku sudah meminta dia untuk tidak menjual rumah Ibumu, dia harus mencari uang dengan cara yang lain!"
"B-bagaimana kamu tau aku menolak rumah itu dijual?"
"Dia sendiri yang mengatakan semuanya!"
Edward berbalik hendak pergi tapi Jasmine memanggil membuatnya bergeming di tempat membelakangi gadis itu.
"Edward ... jika seperti itu, kenapa tidak memberikan kami waktu saja untuk mengembalikan uangmu dari pada mempermainkan pernikahan seperti ini!"
Edward pun kembali berbalik dan menghampiri gadis itu hingga wajah mereka berjarak sejengkal saja. "Jadi, kamu tidak mau mempermainkan pernikahan?"
Jasmine menggeleng.
"Kamu mau setelah kita menikah hari ini, kamu bersamaku selamanya, begitu?"
Keduanya terdiam, tidak ada yang bersuara selain mata mereka yang saling menatap satu sama lain.
Jasmine menghela nafas. "Dulu ... Kamu yang mengakhiri hubungan kita, Edward. Dan sekarang kamu menikahiku karena isi perjanjian, lalu nanti kamu akan menceraikanku. Edward, aku tidak mengerti isi kepalamu!"
"Kamu tidak perlu mengerti, cukup jalani saja, permainan ini ada, karena ulah Ayahmu!"
"Berhenti menyalahkan Ayahku!" kesal Jasmine dengan nada suara meninggi, dadanya naik turun karena amarah, matanya mulai berkaca-kaca, tapi pria di depannya dengan santainya memasang wajah datar.
"Kamu juga yang menyetujui permainan ini! Dan aku adalah korban dari permainan kalian berdua!"
Dia kecewa pada Ayahnya, juga kecewa pada Edward. Dadanya terasa sesak, Jasmine yang berusaha kuat dari kemarin akhirnya menangis.
Melihat Jasmine menangis bukannya malah iba, pria itu malah pergi ke luar dan meminta perias memperbaiki make up Jasmine.
Pintu hendak ditutup kembali oleh dua perias yang kembali masuk ke ruangan, Jasmine menatap penuh kecewa punggung tinggi pria itu yang semakin menjauh sampai akhirnya pintu tertutup rapat.
Setengah jam berlalu, Bara tergesa-gesa menghampiri Edward yang berada di ruangannya.
"Tuan, Nona Jasmine kabur."
Edward sontak berdiri dari duduknya.
"Dia menyimpan ini di meja."
Bara memberikan surat yang ditinggalkan Jasmine di meja rias sebelum pergi. Edward segera membukanya.
Aku tidak ingin menikah dengan pria berbahaya sepertimu. Kamu sudah banyak berubah, kamu tega menyuruh Bara membunuh seseorang bernama Billy. Aku mendengar semuanya kemarin malam Edward.
Edward terbelalak membaca isi surat itu membuat Bara mengernyit penasaran. "Ada apa, Tuan?"
Bug.
Satu pukulan melayang ke wajah Bara, Edward menarik kerah baju asistennya dengan amarah. "Bagaimana bisa Jasmine tahu semua yang kita bicarakan kemarin malam, hah? Apa kemarin dia menguping?!"
"Aku sudah memastikan dia untuk menunggu sebelum aku masuk ke ruanganmu, Tuan."
"Dasar gegabah!" Edward mendorong tubuh hingga Bara jatuh ke lantai.
Bara adalah teman kuliahnya, tapi jika Edward sudah marah, dia tidak memandang bulu, siapapun bisa merasakan bogeman mentah tangan Edward.
"Cari dia sekarang!"
Bara mengangguk dan segera pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Ilfa Yarni
Thor udah aku kasihvote ya lanjut
2024-05-03
1
Galuh
lanjut thor
2024-05-03
0