Dengan kasar Danang menyeret Tiara ke rumah, namun Tiara tidak takut sama sekali. Walaupun Tiara yakin dirinya pasti di hajar oleh Danang. Tapi kali ini Tiara tidak akan tinggal diam.
"Mas, apa-apa,an sih lepasin aku. Aku tadi hanya main sebentar ke rumah mbak Anisa saja. Memang ada yang salah kalau aku ngobrol dengan mbak Anisa?" Tanya Tiara mencoba melepaskan cengkraman tangan Danang.
Danang seketika menoleh dan menarik tangan Tiara dengan kasar. Danang juga menatap tajam Tiara. Walaupun Tiara perempuan tapi Tiara tidak takut.
Tiara tidak membalas bukan karena takut tapi karena Tiara masih menghargai Danang sebagai suaminya. Tiara masih menunggu waktu yang tepat.
"Ingat mas, aku tidak akan mengampuni kamu jika berani menyakiti ku lagi." Batin Tiara.
Dan benar saja Danang melayangkan tamparan keras mengenai pipi Tiara.
Plakk.....
Dasar wanita jalang! Apakah selama ini apa yang aku berikan untukmu masih kurang. Jika iya katakan saja jangan jadi perempuan murahan untuk jual diri diluar sana. Apa kata orang nanti mereka pikir aku tidak sanggup menafkahi kamu. Bikin malu saja." Hadir Danang.
Tiara masih diam belum ada jawaban dari mulut Tiara. Masih merasakan sakit yang teramat di pipinya. Sakit di pipi tidak seberapa di banding sakit yang terpendam dalam hatinya.
"He! Kalau suamimu bicara itu di jawab jangan diam saja. Apakah kamu bisu atau tuli?" Tanya Bu Bianca, sembari menjambak rambut Tiara dan menyeret Tiara seperti binatang.
Semakin sakit hati Tiara, selama menikah dengan Danang tak perna mendapatkan perlakuan manusiawi dari keluarga itu.
Tiara menatap Danang dengan nyalang, kali ini Tiara tidak mau di tindas lagi.
"Kenapa harus malu ,mas? Bukankah memang seperti itu kenyataannya. Uang lima belas ribu itu cukup apa? Selama ini gaji kamu berikan kepada ibu jadi apa yang harus aku syukuri." ucap Tiara.
"Apa kamu bilang? Bicara sekali lagi jalang aku akan merobek mulut busukmu itu. Dasar perempuan miskin, masih untung aku menampung kamu disini kalau tidak kamu sudah mati" ucap Danang sembari mencengkram dagu Tiara dengan kasar.
"Mas Danang, ibu. Hentikan menyiksa mbak Tiara kalian bisa membunuhnya. Apa ibu dan mas Danang benar-benar tidak punya hati nurani menyiksa anak orang? Kalau memang mas Danang tidak mencintai mbak Tiara lagi lebi baik ceraikan jangan jadi pecundang" Hardik Alea
Alea adalah adik kandung Danang yang kulia di luar kota. Satu bulan sekali baru Alea pulang itu pun jika ada waktu, karena Alea selain kulia dia juga sambil bekerja. Dan hari ini waktu Alea pulang ke rumah dan pas mendapati ibu dan kakaknya menyiksa Tiara.
Ibu Bianca dan Danang terkejut dengan kedatangan Alea tiba-tiba. Karena ibu sama anaknya itu sangat tahu sikap Alea pasti dia garda depan membela kakak iparnya.
"He anak kecil jangan ikut campur urusan orang dewasa. Kamu tahu apa tentang rumah tangga masmu lebih baik kamu pergi sana" ucap bu Bianca.
Alea geleng kepala heran melihat kelakuan ibu dan kakaknya itu. Kelakuan brutal mereka tidak bisa di sebut sebagai suami dan mertua.
"Bu, seandainya Alea adalah mbak Tiara dan di siksa oleh mertua dan suami Alea. Bagaimana perasaan ibu tahu putri ibu satu-satunya hidup menderita karena kebrutalan suami dan mertua?" tanya Alea.
"Ya jelas ibu sangat marah dan bahkan ibu akan membalas apa yang mereka lakukan sama kamu. Enak aja anak yang aku kandung sampai membesarkan membiarkan mereka menyiksanya." ucap bu Bianca emosi.
Hehehehe.....
"Nah, seperti itu juga di rasakan oleh orang tua mbak Tiara jika mereka masih hidup. Putri yang mereka sayangi dengan senang hati menyerahkan putrinya kepada suaminya. Mereka percaya bahwa laki-laki yang menikahi putri mereka akan membahagiakan putrinya. Tapi lihat apa yang ibu dan mas Danang lakukan? Seharusnya ibu sebagai orang tua menasihati mas Danang biar jadi suami yang baik, bukan menjadi suami yang kasar begini" ucap Tiara bijak.
"Benar apa yang di katakan Darah, lebih baik bu Bianca menasihati Danang biar jadi suami itu punya harga diri. Jangan menyiksa anak orang" ucap Anisa tiba-tiba datang.
"Saya memiliki harga diri lebih tinggi di sini. Maka dari itu saya memberikan pelajaran kepada istri yang tidak tahu diri ini." ucap Danang
"Harga diri? Memangnya harga diri apa yang kamu miliki? Aku pikir laki-laki yang suka bermain tangan dengan wanita adalah lelaki rendahan. Karena hanya lelaki rendahan seperti kamu yang tidak tahu menghargai seorang perempuan" ucap Dedy.
Dedy adalah pemuda yang tampan dan baik hati. Masih seumuran dengan Danang, sudah lama Dedy kulia di luar kota dan baru satu bulan pulang sembari berkerja, sekarang Dedy kerja sebagai manajer di perusahaan ternama di kota.
Danang menatap nyalang Dedy, memang dari dulu Danang tidak perna menyukai Dedy karena menurut Danang. Dedy adalah saingannya di kota apalagi Dedy sebagai atasannya di perusahaan dimana mereka bekerja.
"Halah, diam kamu bujang lapuk! Ngerti apa kamu soal rumah tangga. Lihatlah, usiamu sudah hampir satu abad tapi sampai sekarang kamu belum menikah" ejek bu Bianca.
Hahaha...
"Ibu bisa aja, sampai kapanpun tidak ada satu perempuan yang mau dengannya" ucap Danang.
Dedy tersenyum hanya memarkan gigi-gigi putihnya. Dia mengelengkan kepala seoalah apa yang di katakan oleh bu Bianca dan Danang hanya sebuah guyonan untuknya.
"Bu, jangan keterlaluan deh bicara sama mas Dedy" Bela Alea.
"Tidak masalah Alea, kamu tenang saja" ucap Dedy santai.
"Lebih baik saya melajang selamanya bu Bianca. Dari pada saya harus menyiksa anak gadis orang. Jika kamu masih menjadi anak mami lebih baik jangan kamu menikahi anak gadis orang yang di rawat dan di sayangi oleh kedua orang tuanya. Karena itu hanya akan membuat dia menderita karena suami tidak becus seperti kamu." ujar Dedy tersenyum.
Dedy berharap dengan sedikit nasihat yang di berikan kepada Danang membuat Danang sadar. Tapi Danang tetaplah Danang. Sebelum dia mendapatkan karma dari Tuhan dia tidak akan sadar.
"Sok bijak kamu! Basi tahu nasihat kamu." ucap Danang.
Danang lalu menyeret Tiara kedalam rumah tanpa memperdulikan Tiara yang menahan sakit.
"Danang ingat! Negara ini adalah negara hukum. Jika kamu berani melakukan kekerasan kepada Tiara lagi aku tidak segan melaporkan kamu ke polisi biar kamu kapok." teriak Dedy.
Sebagai tetangga yang baik Dedy berhak menegur Danang agar tidak berlaku semena-mena terhadap Tiara.
Bukkkk!
Sesampai di rumah dengan kasar Danang melempar Tiara sampai tersungkur di lantai.
"Dasar wanita jalang! Kamu pasti diam-diam menjual dirimu ke pria di luar sana termasuk bujang lapuk itu. Apa uang yang aku berikan belum cukup sampai kamu menjual diri." pekik Danang.
"Mas cukup jangan teriak seperti orang kesetanan."Hardik Alea tidak kalah begis.
"Diam kamu!" pekik Danang.
"Semoga mas tidak akan menyesal karena sudah memperlakukan mbak Tiara begitu." ujar Alea.
Danang mencengkram dagu Tiara dengan keras membuat Tiara meringis kesakitan.
"Apa kamu sering mengoda laki-laki saat aku tidak di rumah?" Tanya Danang.
Tiara tidak menjawab, namun tatapannya sangat tajam mengisyaratkan bahwa Tiara menyimpan Dendam dalam hatinya. Tiara tersenyum sinis menatap Danang.
"Apa aku punya keberanian untuk keluar dari rumah ini? Aku bukan perempuan murahan seperti yang kamu katakan mas. Aku adalah perempuan baik-baik yang sudah punya suami. Aku keluar dari rumah kecuali aku pergi ke warung. Terus kapan aku keluar untuk mengoda laki-laki?" ucap Tiara.
Menurut Tiara suaminya tidak punya otak. Selama ini dia terkurung di rumah terus kapan dia keluar mengoda laki-laki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
Akbar Razaq
Hancurkan saja Danang kepala Tiara perlu di encerkan.😆😆 ckckck cinta segitunya sampe badan di bantai ttp bertahan
2024-10-26
0
Tri Utari Agustina
Bikin emosi aja suami tidak berguna cerai aja Tiara dengan Danang
2024-10-15
0
Maz Andy'ne Yulixah
Ayolah Tiara tinggalin saja suami Kamu,,biar tau rasa cepat balaskan dendammu😑😑
2024-07-23
0