“Selama di sini, aku memang tidak jadi kuliah.”
“Karena setelah aku pikir, aku ini sudah menikah. Dengan kata lain, aku harus bekerja apalagi Aranti dikit-dikit minta dinafkahi. Buat dia lah, buat periksa hamil lah, buat persalinan lah ... buat nanti setelahnya lah.”
“Jadi setelah melakukan banyak pertimbangan, aku memutuskan untuk bekerja.”
“Aku mencoba berinvestasi. Semua uang yang aku minta dari mama maupun Aranti, aku pakai buat investasi.”
“Namun, aku gagal gara-gara Aranti terus mojok-mojokin aku buat dapat uang. Ya jadi, aku salah langkah dan aku ... gagal Ma.”
Aranti dan terus Aranti yang Davin salahkan. Davin sengaja melakukannya untuk cari aman. Terlebih sejauh ini, ibu Susi sangat membenci Aranti. Ditambah lagi, Davin siap kehilangan Aranti lantaran kini, ia telah memiliki Anggita yang bagi Davin lebih dari segalanya dari Aranti.
Alasan Davin rela membuang Aranti demi Anggita, bukan hanya karena Anggita Davin ketahui jauh lebih kaya. Sebab Anggita juga jauh lebih satu haluan dengan Davin. Davin dan Anggita sama-sama hobi dugem sekaligus mabok-mabokan. Tak kalah penting, Anggita juga selalu bisa memuaskan hasrat birahi Davin. Tanpa melihat apakah Anggita bisa bekerja keras sekaligus sesabar Aranti, bagi Davin, Anggita merupakan pasangan paling tepat untuknya. Kehamilan Anggita bukan menjadi alasan Davin memilihnya. Sebab Davin saja tak memikirkan kehamilan Aranti yang akan langsung pemuda itu buang, andai Aranti tidak mau tunduk kepadanya.
••••
Keesokan harinya, ibu Susi yang masih membiarkan koyok menghiasi pelipis, leher dan juga tengkuknya, datang ke rumah makan Aranti bekerja.
Rumah makan masih sudah terbilang ramai. Karena meski masih pagi, memang sudah banyak yang sarapan langsung di sana atau malah sekadar pesan antar. Kesibukan orang-orang setiap harinya, menjadikan membeli makanan jadi dengan rasa terpercaya, menghiasi aktivitas rumah makan milik mas Narendra.
Datangnya ibu Susi yang tak segan langsung masuk ke belakang dan itu dapur, sudah langsung mencuri perhatian para karyawan. Namun, mereka kompak membiarkan lantaran mereka sudah mengenal ibu Susi merupakan mertua Aranti. Karena memang, di beberapa kesempatan Aranti juga dikunjungi sang mama mertua.
Di lain sisi, alasan ibu Susi yang tetap berpenampilan elegan layaknya orang kaya baru. Meski tubuhnya penuh koyok lantaran Aranti tidak ada di depan. Ibu Susi menemukan Aranti tengah mengemas setiap nasi kotak di meja khusus secara cekatan. Di meja tersebut juga, sudah dihiasi tumpukan nasi kotak siap kirim.
Emosi ibu Susi mencuat dan ditegaskan oleh rahangnya yang mengeras sekaligus kedua tangannya yang mengepal. Ia menatap tajam dan memang sangat ingin menerka. Aranti yang baru ia lihat dari samping. Menantunya itu masih sangat fokus.
Pada akhirnya, tangan kiri ibu Susi berhasil menarik tangan kanan Aranti. Aranti yang benar-benar baru menyadari kedatangan sang mertua. Karena dari tadi ia memang terlanjur fokus ke kerjaannya, langsung terkejut. Ia menatap tak percaya apa yang ada di hadapannya. Ia nyaris berucap, menanyakan maksud kedatangan ibu Susi. Meski dari tampang apalagi raut wajah saja, Aranti tahu mama mertuanya itu sedang sangat emosi. Ekspresi yang sebenarnya selalu ia dapatkan lantaran wanita itu masih saja belum bisa manusiawi kepadanya.
“Plaaaakkkk!!” Tangan kanan ibu Susi menampar pipi Aranti sekuat tenaga.
Tujuh karyawan yang ada di sana dan kebetulan sedang kompak ada di dapur. Termasuk itu yang baru masuk, langsung terkejut. Tiga dari mereka yang hanya mendengar suara tamparan sangat keras, langsung mencari-cari. Ketiganya langsung yakin Aranti yang mengalami. Terlebih selain posisi Aranti masih mendukung dan itu menunduk ke kanan, ibu Susi juga masih di sana menahan tangan kiri Aranti. Tentunya, kenyataan rekan mereka yang sudah menatap terkejut ke arah Aranti—semua kenyataan tersebut sudah sangat mendukung.
Namun dari semua yang ada di sana, ada yang sudah langsung terlihat sangat emosi atas apa yang terjadi kepada Aranti. Sosok tersebut merupakan wanita berjilbab panjang yang memang berpakaian syari. Wanita bergamis hijau tua itu merupakan ibu Arimbi dan tak lain mamanya mas Narendra. Kedua matanya sudah menatap tajam sosok ibu Susi yang dari penampilannya saja terlihat sangat bengis.
Meski kedua matanya terus menatap marah ibu Sulis, tangan kanan ibu Arimbi meraih wajan yang tertempel di dinding sebelahnya. Karena kebetulan, kini ibu Arambi sedang memasak belut bakar cabai hijau, selaku salah satu menu di sana.
“Puas kamu, hah? Semalaman enggak pulang, kamu jual diri di mana? Dasar wanita enggak bener!” tegas ibu Susi gemetaran saking kesalnya. Ia mendorong-dorong kepala Aranti.
“Cukup, Ma! Cukup!” tegas Aranti berusaha melawan. Namun, ibu Susi nekat melepas sandal tinggi sebelah kanan yang dipakai untuk memukuli kepala Aranti sekuat tenaga. Selain itu, ibu Susi juga masih menahan kuat tangan kanan Aranti.
“Cukup bagaimana, sementara kamu sudah menghancurkan kehidupan putraku! Cukup matamu!” ucap ibu Susi masih sangat emosi. Emosi yang benar-benar langsung reda ketika sebuah wajan berat menghantam kepalanya sekuat tenaga dari belakang.
Ibu Arimbi yang melakukannya menatap puas ibu Susi yang detik itu langsung sempoyongan, sebelum akhirnya ibu Susi juga berakhir terbanting di lantai.
Ibu Susi menatap tak percaya ibu Arimbi. Ia kenal wanita berpenampilan syari itu bosnya Aranti. Namun, ia tidak menyangka jika wanita yang harusnya paham agama, malah berlaku sangat kasar dan memang sangat tidak pantas, kepadanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Rahmatullaila Husna
senang x aqu... pala susi kena wajan, gimana rasanya, sedap betol kaaan... ya khaaan... 😜
2024-10-27
0
Abinaya Albab
welahhhhh GK sadar diri...bisa menilai orang tp gk ngaca 🤧
2024-10-30
0
Damai Damaiyanti
duh puas bgt kena mental kan bu susi kenalan sama wajan legenda hahaha
2024-07-03
0