9. Hanya Status

Menjadi manis sekaligus perhatian, sungguh Davin lakukan. Demi membuat Aranti percaya. Demi sang istri tidak jadi meninggalkannya, Davin berusaha keras dalam sandiwaranya.

Tidak ada yang perlu diusut karena pada kenyataannya, baik Aranti maupun Davin terlihat saling menyayangi. Meski hanya Davin yang terlihat manja sekaligus agresif kepada Aranti, kenyataan tersebut membuat mas Narendra ikut campur.

“Alhamdullilah banget ya Allah, ... akhirnya ... pelan tapi pasti, suami dan mertuaku mau bersikap manis,” batin Aranti.

Hari ini Aranti sudah diizinkan pulang. Setelah dua malam satu hari menjalani rawat inap di klinik. Ia pulang dan sampai dijemput langsung oleh orang tua Davin. Tak seperti sebelumnya, orang tua Davin tampak jauh lebih manusiawi bahkan ramah. Meski dari raut wajah, ibu Susi memang tetap judes.

Menggunakan mobil yang kemarin sempat Davin pakai untuk mengantar Aranti ke klinik, mereka mengarungi perjalanan. Kebersamaan mereka benar-benar senyap lantaran semuanya kompak diam. Tak ada pembahasan apa pun termasuk itu mengenai alasan Aranti sampai dirawat di rumah sakit.

Melangkah pelan, Aranti turun dari mobil dipapah oleh Davin.

“Salep penghilang bekas lukanya jangan lupa dipakai rutin biar orang-orang enggak mikir kamu habis digebuki.n kami!” ketus ibu Susi yang buru-buru masuk rumah. Ia meninggalkan Davin maupun keluarga kecilnya begitu saja.

Ibu Susi menenteng tas besarnya dengan angkuh. Ia melangkah cepat dan terlihat jelas ingin segera jauh dari Aranti.

“Jangan mikir macam-macam, Ran. Mereka sudah mau menerimamu saja, sudah sangat untung. Kamu harus bersyukur, sebelum Allah marah dan ambil kebahagiaan ini, kemudian menggantinya dengan kesedihan lain,” batin Aranti berusaha menyemangati dirinya sendiri.

•••

“Bentar lagi aku bakalan sibuk urus persiapan kuliah,” ucap Davin ketika akhirnya mereka sampai kamar. Ia duduk di sebelah Aranti yang sudah lebih dulu duduk di pinggir tempat tidur.

Aranti menatap Davin sambil menahan takut. Karena jujur saja, ia masih trauma jika pemuda itu mendadak memaksanya melayani naf.su sang suami. Terlebih apa yang terjadi kemarin dan sampai membuat Aranti menjalani rawat inap, benar-benar fatal. Andai Davin tidak menjadi manis sekaligus perhatian. Selain Davin yang sampai meminta maaf menyesali perbuatannya. Aranti tetap akan memilih menjadi orang tua tunggal.

“Memangnya, Mas mau kuliah di mana?” tanya Aranti mengingat di kecamatan mereka tinggal, memang belum ada universitas dan semacamnya.

Jangankan universitas, sekolah SMA saja baru ada satu dan itu sekolah mereka.

“Sesuai rencana, aku tetap akan kuliah di Yogyakarta,” ucap Davin tak bersemangat.

Dengan kata lain, mereka terancam LDR. Namun, kenyataan tersebut malah membuat Aranti lega. Karena jika ia dan Davin LDR, otomatis ia juga tak perlu takut Davin memaksanya campur atau itu menjalani hubungan int.im lagi. Hubungan yang memang belum boleh mereka lakukan sebelum anak dalam rahim Aranti lahir, dan itu saja mereka tetap wajib ijab kabul lagi.

“Ya sudah, enggak apa-apa. Nanti aku juga lanjut sekolah,” balas Aranti yang kemudian menghela napas dalam. Ia masih merasa lemas bahkan meriang. “Di mana-mana, istri akan selalu sedih kalau ditinggal suaminya apalagi untuk waktu yang terbilang lama. Lah kok ini aku malah lega,” batin Aranti.

Aranti mengambil salep penghilang bekas lukanya dari meja sebelahnya. Meja yang sampai dihiasi lampu meja. Mirip meja kamar di rumah orang kaya yang ada di kota.

“Lanjut sekolah bagaimana?” ucap Davin menatap heran Aranti.

Aranti yang baru akan membuka tutup cepuk salepnya, langsung bengong. Ia menatap bingung sang suami di tengah dadanya yang kembali bergemuruh. “Ya sekolah ...,” ucap Aranti lirih lantaran suaranya kembali tertahan di tenggorokan. Sebab tatapan Davin yang perlahan berubah menjadi dipenuhi amarah, membuatnya takut.

“Buat apa?” ucap Davin kali ini terdengar sewot bahkan di telinganya sendiri.

“Hah? Sekolah, kok buat apa? Aku kan memang harus sekolah, Mas. Kan aku menang belum lulus,” balas Aranti. Dalam hatinya Aranti jadi bertanya-tanya. Lantaran Davin seolah akan melarangnya sekolah.

“Ya memang buat apa sementara kamu sudah hamil! Mending fokus ke kehamilan kamu sambil bantu-bantu orang tuaku di rumah!” cerocos Davin kembali marah-marah.

“Ih ... kok beneran gini? Aku beneran enggak jadi lanjut sekolah,” batin Aranti mendadak sulit untuk berpikir

“Lagian kalau kamu sekolah, yang ada kamu kecentilan sama yang lain, sedangkan kamu sudah jadi istriku!” lanjut Davin yang yakin, Aranti tak setuju dengan keputusan sekaligus cara pikirnya perihal pendidikan sekolah untuk Aranti.

Aranti menghela napas dalam. Ia memberanikan diri untuk menatap kedua mata sang suami. “Kalau Mas mikirnya begitu, ya sudah aku sekolahnya secara online saja dari rumah!”

Sampai saat ini, Aranti masih berusaha bersabar. Hanya saja, tanggapan sekaligus ekspresi wajah Davin masih dipenuhi kekesalan. Kenyataan yang membuat Aranti merasa khawatir, bahwa pada kenyataannya, ia memang sudah tidak dibolehkan sekolah oleh Davin.

“Dikiranya sekolah secara online enggak perlu biaya? Sementara aku belum kerja bahkan biaya buat kuliahku juga enggak sedikit. Ingat, mama maupun orang tuaku enggak mungkin nafkahi kamu. Kecuali kalau kamu bantu-bantu mereka!” lanjut Davin.

“Jadi, ... yang mama dan papa Mas bilang, beneran akan terjadi? Bahwa mereka ... enggak akan ikut campur untuk biaya hidupku, maupun ... janin dalam rahimku?” tanya Aranti sambil me nahan tangis. “Sementara itu, Mas juga mau bilang bahwa Mas pun enggak bisa menafkahi aku secara materi. Karena meski Mas dari keluarga berada, Mas belum kerja dan memang belum punya penghasilan?” ucap Aranti sangat hati-hati.

Kali ini Davin tidak menjawab. Tak ada lagi ucapan lantang nan menyakitkan yang terlontar dari bibirnya. Ia bahkan seolah tidak punya nyali untuk menatap Aranti lagi. Kenyataan yang lagi-lagi membuat air mata Aranti jatuh. Aranti merasa sangat nelangsa. Namun apa daya, ia tak memiliki kuasa.

“Terus maunya bagaimana? Jangan-jangan, ini aku tinggal di sini, apalagi kalau sudah enggak ada Mas, ... juga salah. Yakin, masih mau lanjut? Duh ... kalau gini caranya, ya mending enggak usah nikah. Karena andai aku enggak nikah pun, ... insya Allah aku tetap bisa lanjut sekolah. Dan, andai aku kerja pun, ... Mas enggak mungkin izinin,” lirih Aranti terisak pedih.

“Nah ... ngapain juga kamu kerja? Mau bikin malu keluargaku? Kamu yang sudah jadi istrinya aku mau kerja jadi pembantu lagi di rumah orang? Apa coba kalau bukan niat banget bikin malu!” Davin meledak-ledak.

Aranti menghela napas dalam sekaligus berat. “Terus aku harus bagaimana? Lanjut sekolah enggak boleh, kerja pun dianggap bikin malu. Sedangkan kamu dan keluargamu juga terang-terangan enggak mau kasih aku nafkah!” sergahnya sambil berdiri.

“Coba kamu yang jadi aku. Mau enggak kamu jadi aku? Sudah jadi korban, terus disalahkan, dipaksa segala sesuatunya juga!” lanjut Aranti.

“Kalau memang enggak bisa ya sudah, ... aku juga enggak memaksa. Aku bisa tanpa kamu. Aku sanggup menghidupi diriku maupun anakku asal aku kerja.”

“Hidup itu butuh uang, sementara uang harus dicari dengan bekerja. Uang enggak mungkin akan tiba-tiba jatuh dari langit, Mas!”

Setelah Aranti berbicara panjang lebar, ibu Susi yang ternyata menguping dari depan pintu kamar Davin, masuk sambil mengomel. Ibu Susi tak terima anaknya dituntut kejelasan oleh Aranti layaknya tadi.

“Belum apa-apa, sudah berani menginjak-injak harga diri suamimu, kamu ya!” Kedua mata ibu Susi melotot tajam kepada Aranti, dan Aranti langsung membalasnya dengan kejelasan nasibnya.

“Saya hanya ingin kejelasan. Jika di sini saya hanya mendapatkan status tanpa hak. Bahkan sekadar sekolah maupun bekerja tidak boleh, biarkan saya bebas saja. Tanpa mengurangi rasa hormat, saya bisa merawat anak saya. Saya sungguh tidak menuntut apa pun,” yakin Aranti sambil menatap kedua mata ibu Susi penuh keseriusan.

Namun, ibu Susi yang telanjur geregetan, dengan segera menjambak sekaligus mengacak-acak rambut panjang Aranti yang kali ini memang tergerai.

Terpopuler

Comments

Nuryanti Yanti

Nuryanti Yanti

dah kabur aja....

2024-05-27

0

Arieee

Arieee

brutal mertua nya 😤😤😤😤😤😤😤😤😤😤😤

2024-04-28

0

Firli Putrawan

Firli Putrawan

yah mending pergi aranti dr pd itu semua egois ksh nafkah engga trs hak nya aja engga diiih gila y tuh orang

2024-04-25

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!