...****************...
"Terlebih kurangnya begitu. Jadi, akan aku lanjutkan. Sesudah kami berempat berbicara dengan riang, dan pada saat itu, kita berempat lebih dekat satu sama lain, termasuk aku dengan Hasane Reina," ucap Kei, suaranya bergema di dalam ruangan yang remang-remang.
"Tapi, sebelum kau melanjutkan kisah masa lalumu, bisakah kau menghidupkan lampu nya? Aku sangat ketakutan di dalam kegelapan!" protes Sirasaki Emy, suaranya sedikit bergetar.
Kei tersenyum tipis, "Yaudah, aku akan menghidupkan lampu, dan aku akan melanjutkan kisah masa laluku." Ia berdiri dan menekan sakelar lampu, cahaya hangat menerangi ruangan, menyingkap wajah-wajah penasaran teman-temannya.
"Baiklah, aku akan menceritakan, pada saat itu..." Kei menarik napas dalam-dalam, matanya berbinar-binar saat mengingat kembali kenangan itu.
...****************...
Beberapa jam kemudian, setelah obrolan mereka berempat semakin hangat, Kenzi, yang selama ini duduk di sofa dengan kaki terentang, bangkit berdiri. "Baiklah, Hanna, Kei, dan si pink, aku mau pulang dulu. Sampai jumpa di kemudian hari, kalau sempat." Ia menepuk-nepuk pundak Kei dan Hanna secara bergantian, lalu berlalu menuju motornya yang terparkir di halaman.
"Hei, berhenti menyebut aku 'pink', dasar si 'merah'!" Reina berteriak, wajahnya memerah menahan amarah.
Kei terkekeh pelan, "Tidak ada gunanya kau berteriak kalau orangnya udah jauh."
Reina mendengus kesal, "Nyenyenye, bacot, udah ah, aku mau pulang. Aku akan menyiapkan peralatan untuk sekolah besok." Ia beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu, meninggalkan Kei dan Hanna yang masih terdiam di ruang tamu.
"Yaudah, ingat, siap-siap di hari minggu!" Kei berteriak, suaranya sedikit bergetar, seolah ingin menyembunyikan sesuatu.
Hanna mengerutkan kening, "Hari minggu, aku penasaran."
Kei menggaruk kepalanya, "Aku mengajaknya keliling kota. Ya, kata dia. Dia belum pernah pergi main keluar selain pergi ke rumahmu, Hanna."
Hanna menghela napas, "Itu yang harus dibutuhkan Reina. Jadi, tolong ya, Kei. Bahagiakan dia." Wajahnya tampak murung, matanya berkaca-kaca.
Kei mengernyit, "Maksudnya?"
"Aku tidak akan menceritakannya, karena, suatu hari nanti, kamu akan mengetahui semuanya. Jadi, jaga Reina dengan sepenuh hati mu, Kei." Hanna berkata dengan nada rendah, matanya menatap lurus ke depan.
Kei terdiam, hatinya dipenuhi rasa penasaran dan kekhawatiran. "Baiklah, kalau begitu, aku akan pulang sekarang. Aku akan beristirahat." Ia berdiri dan berjalan menuju motornya.
"Baik Kei, hati-hati di jalan." Hanna melambaikan tangan, matanya masih tertuju pada punggung Kei yang semakin menjauh.
...****************...
"Pada saat itu, aku harus mencari tahu sendiri dari maksud perkataan Hanna, walaupun itu penuh rintangan dan mustahil mendekati Reina, tapi, aku tetap ingin membahagiakan Reina, walaupun pada saat itu, aku tidak ada perasaan kepada nya," ucap Kei, suaranya berbisik, seolah terbebani oleh kenangan masa lalu.
...****************...
Di dalam kamar Kei, pukul 20.00, Kei duduk di meja belajar, matanya menatap kosong ke arah cangkir kopi yang sudah dingin. Pikirannya masih terpaku pada perkataan Hanna, "Jaga Reina dengan sepenuh hati mu, Kei."
"Reina, aku akan mencari tahu, apa maksud dengan perkataan Hanna yang berhubungan denganmu, huh, padahal aku dan Reina baru dekat beberapa jam yang lalu," gumam Kei, suaranya terdengar lirih.
Havik, adik laki-laki Kei, yang sedang bermain game di komputer, menoleh dengan rasa penasaran, "Reina, dia siapa bang?"
Kei menghela napas, "Dia sosok yang mengharuskan abang untuk mencari tahu kebenaran hidup nya."
Havik mengerutkan kening, "Untuk apa abang harus mencari informasi yang berhubungan dengan kak Reina?"
Kei tersenyum tipis, "Aku cuman penasaran, Havik."
Havik mendekatkan tubuhnya ke Kei, "Tapi, apakah itu akan menguntungkan abang? Jangan bilang, abang telah berubah, gara-gara wanita cantik."
Kei terbatuk, "Sebenarnya tidak, tapi, dia teman ku..."
Havik mengangkat sebelah alisnya, "Ahh...jangan banyak tanya Havik, sekarang, melompat lah ke atas kasur, dan bersiap siap untuk tidur!" Kei berteriak, wajahnya memerah menahan gugup.
"Iya iya, namanya aja aku mau tau." Havik bergumam, lalu beranjak dari kursi dan menuju kasurnya.
Kei dan Havik pun tertidur, namun, pikiran Kei masih dipenuhi oleh sosok Reina, yang semakin membuatnya penasaran.
...****************...
"Pada saat itu, tidur ku sangat enak, tanpa gangguan, tapi entah mengapa, aku memimpikan Reina pada saat itu, pada saat di mimpi. Dia memakai baju putih, bahkan dia terlihat sangat dewasa," ucap Kei, matanya menatap kosong ke arah langit-langit kamarnya.
"Maksud kata 'dewasa'?" tanya Miyamoto Zerav, salah satu teman Kei, dengan nada penasaran.
"Dia pada saat di mimpi ku, terlihat lebih tua dari ku, seperti selisih antara umur kita hmm.. bisa dibilang empat tahun lebih tua dari ku," jawab Kei, suaranya datar, seolah menyimpan sebuah rahasia besar.
...****************...
Mimpi Kei.
"Kei, aku hanya mengatakan. Jangan tinggalkan aku ya, jangan pergi. Kita udah janji untuk tetap bersama di saat ada rintangan yang mungkin tidak bisa kita hadapi. Dan, jangan melupakan kenangan kita, Hikari Kei." Suara Reina terdengar jelas di dalam mimpi Kei, namun wajahnya samar, terhalang oleh cahaya putih yang menyilaukan. Reina berjalan menjauh, semakin lama semakin kabur, hingga akhirnya menghilang ditelan cahaya.
"Tapi, Reina, tunggu aku..." Kei berteriak, namun suaranya teredam, seolah terjebak dalam mimpi.
Kei terbangun dengan keringat dingin membasahi tubuhnya. "Apa yang terjadi pada ku? Reina, bahkan dia terlihat lebih tua dari ku. Apa yang sebenarnya terjadi." Ia duduk di atas kasur, memegang kepalanya dengan kedua tangan, berusaha memahami mimpi aneh yang baru saja dialaminya.
Kei melirik jam dinding, "Udah jam lima, lebih baik aku siap-siap." Ia beranjak dari kasur dan berjalan menuju kamar mandi.
"Kayak nya, aku kecepatan bangun nya," gumam Kei sambil mengunyah sereal susu. Ia melirik jam dinding, "Masih jam setengah tujuh, lebih baik aku berangkat saja." Ia beranjak dari meja makan dan berjalan menuju pintu.
...****************...
"Tiga hari pun berlalu, aku dan Reina hanya bisa berkomunikasi dengan ponsel, karena kami memiliki kesibukan sendiri. Reina sibuk membaca buku sekolahnya, sedangkan aku sibuk bermain gim dan nyantai-nyantai melihat pemandangan malam dari dalam kamar. Tapi pada saatnya tiba, pada hari minggu, aku bersiap-siap menjemput Reina," ucap Kei, suaranya terdengar tenang, namun matanya berkaca-kaca saat mengingat kembali momen itu.
...****************...
Minggu, 10 Juni 2019.
Bunda Ratih baru bangun dari tidur nya, dia keliatan sangat lelah, sampai mengatakan "Haaa... kehidupan" dengan sangat kencang. Namun, Bunda pun keluar dari kamar dan melihat Kei berpenampilan sangat rapi.
"He. Kamu, kenapa kamu sangat rapi sekarang?" tanya Bunda Ratih dengan sorak girang nya, dengan pandangan riang.
"Aku mau bermain dengan teman ku, jangan memikirkan hal yang aneh, bunda," ujar Kei malu-malu, mengalihkan pandangannya dengan wajah yang merah.
"Yaudah, jangan lama-lama main nya, dan, jangan mudah terangsang, hihi," ujar Bunda Ratih dengan diiringi tawa jahat kepada Kei.
"Hah, terserah apa kata bunda saja, kalau gitu, aku pamit pergi dulu, bunda," ujar Kei kewalahan menjawab perkataan ejekan Bunda Ratih.
Kei pun melangkah keluar pintu rumah, dan menaiki motornya. Merasa mesin motornya sudah panas, Kei pun pergi.
"Hati-hati di jalan, nak!" sorak Bunda Ratih dengan senang kepada Kei yang perlahan menjauhi rumah.
...****************...
"Pada saat itu, aku sangat canggung, di karenakan, aku pertama kali mengajak teman cewek pergi jalan-jalan, ya bisa dibilang, itu bisa disebut dengan kencan, tapi, aku harus bersikap profesional di hadapan Hasane Reina," ucap Kei di tahun 2025, menceritakan masa lalunya kepada teman-temannya.
...****************...
"Hari pertama ya, aku harap tidak ada kendala di saat pergi bersama nya," gumam Kei dengan gugup sambil mengendarai sepeda motor dengan tenang.
Tidak lama kemudian, mata Kei tertuju kepada seseorang yang mungkin dia kenal, tetapi, Kei tidak serius menanggapi nya, dan melanjutkan perjalanan nya.
Lima menit kemudian, Kei telah sampai di depan halaman rumah Reina.
"Aku harap, dia tidak lupa dengan ajakan ku tentang pergi jalan-jalan, soalnya, disaat aku mengirim kan pesan kepada dia, dia tidak menjawab sedikit pun," gumam Kei dengan suasana binggung.
Kei pun mengetuk pintu rumah Reina.
Pada saat itu, di dalam kamar Reina, Reina sedang menikmati tidur siang nya. Tetapi tidur manisnya terganggu oleh suara ketukan pintu.
"Huah.. siapa lagi sih yang mengganggu tidur cantik ku," ujar Reina lemas bangun dari tempat tidur.
"Iya sebentar," sorak Reina dengan keras dan beranjak dari kasur nya.
Reina pun jalan pincang ke arah pintu rumah nya, dia berjalan sambil menguap karena masih mengantuk.
Reina membuka kan pintu.
"Hah siapa," ujar Reina setengah sadar kepada Kei.
"Heh, kenapa kamu lemas sekali, jadi ga pergi jalan-jalan?" tanya Kei dengan bangun.
Seketika, Reina langsung bersemangat dan mengatakan "Hah sekarang, baik lah, aku akan mandi, ayok masuk ke rumah ku dulu," ujar Reina sambil menarik tangan Kei masuk ke dalam rumah.
"Hah, hei tunggu dulu. Kalau mau mandi, mandi aja sana, jangan narik-narik aku segala, apa kamu tidak malu aurat mu secara tidak sengaja terlihat oleh ku?" ujar Kei dengan perasaan panik.
"Aku kan tidak menyuruh mu untuk melihat badan lansing ku, aku hanya menyuruh kamu untuk duduk di ruang tamu," ujar Reina sambil mendudukkan Kei di sofa ruang tamu.
"Dan jangan masuk ke ruang keluarga, soal nya kamar ku dekat sana, kamu ngerti kan maksud perkataan ku?" ujar Reina dengan polos.
"A-aku paham, cepat ya, jangan lama-lama," ujar Kei dengan gugup.
Reina pun bergegas pergi ke kamar mandi.
Lima menit kemudian.
Kei duduk di ruang tamu Reina sambil mendengarkan musik di ponsel nya, tidak lama kemudian, pintu rumah Reina terbuka.
"Papa pulang," sorak Paman Danton masuk ke dalam rumah.
Di saat Paman Danton melangkah masuk ke dalam rumah, dia melihat Kei duduk di sofa ruang tamu dan berkata. "Wah kamu teman nya Reina ya?" tanya Paman Danton dengan wajah riang.
Kei yang agak terkejut melihat badan Paman Danton yang berubah drastis, yang di mana, dulu nya, badan Paman Danton lumayan gemuk. Sekarang badan Paman Danton sangat kurus. Lalu Kei pun berkata dengan sedikit terkejut. "Iya paman, sudah lama ya kita tidak bertemu, paman."
Paman Danton sempat heran dengan perkataan Kei yaitu sudah lama kita tidak bertemu. Lalu Danton pun bertanya kepada Kei dengan perasaan binggung. "Maaf, apakah kita pernah bertemu sebelum nya. Atau paman yang lupa?"
Kei yang mendengar perkataan dari Paman Danton, sedikit terkejut. Lalu Kei berkata dalam hati. "Ha... masak dia lupa dengan ku. Padahal dia sendiri yang mengenalkan diri nya dan Reina kepada ku pada saat 2 tahun yang lalu."
"Kayak nya, paman lupa dengan ku. Kalau begitu, aku akan memperkenalkan diri ku," ujar Kei dengan senyuman kecil nya dan menjulurkan tangan nya. "Nama ku Hikari Kei, aku anak nya Hikari Haruto."
Seketika. Paman Danton pun terkejut setelah mendengar Kei berkata 'aku anak nya Hikari Haruto'. Lalu Paman Danton pun menjulurkan tangan nya, dan berjabat tangan dengan Kei. "Oh Kei ya, udah lama kita tidak bertemu. Kalau tidak salah. Terakhir kali kita bertemu, dua tahun yang lalu, ya." jawab Paman Danton dengan gugup.
Kei pun berpikir dan agak terkejut melihat ekspresi Paman Danton yang terlihat gugup dan pucat. "Kenapa ekspresi Paman Danton seperti itu. Dan barusan. Dia bicara sangat gugup. Apa yang paman pikirkan?" Kei berpikir dengan wajah serius.
Paman Danton mengalihkan pembicaraan dengan berkata. "Paman masih ingat. Dulu, kamu dan Reina sangat tidak akrab, kalian berdua sering bertengkar. Tapi, lihat lah sekarang. Kamu datang sendiri ke rumah Reina." Lalu Paman Danton memegang pundak kanan Kei dan berkata. "Dan saya lihat-lihat. Perkembangan tumbuh kamu naik drastis ya. Paman hampir tidak mengenal kamu. Hahaha."
Kei tersipu. "Ya, nama nya masa pertumbuhan, paman." Berbicara dengan agak sedikit gugup.
Tidak lama kemudian, di saat mereka berdua saling tertawa. Reina menghampiri Kei dan Paman Danton.
Karena Paman Danton membahas tentang masalah pertumbuhan, Paman Danton pun mengangkat tubuh Reina.
"Lihat ini. Badan anak paman tidak berubah sama sekali, padahal umur nya udah lima belas tahun!" ujar Danton dengan riang sambil mengangkat badan Reina.
Reina yang jengkel, memberontak di saat Paman Danton mengangkat tubuh nya. "Apasih, papa. Jangan sok perhatian gitu deh!" sorak Reina dengan keras.
"Yaudah, papa turunin." ucap Paman Danton sambil menurunkan badan Reina dengan perlahan.
Kei yang tersadar, lalu memikirkan dari arti kata yang Reina sebutkan, yaitu 'jangan sok perhatian'. Cuman Kei hanya menyampaikan perkataan tersebut.
Lalu. Kei minta izin kepada Paman Danton. Karena, Kei ingin membawa Reina pergi jalan-jalan. "Paman, aku ingin pergi main dengan Reina. Bolehkah, paman?" tanya Kei dengan sopan kepada Paman Danton.
Tetapi, di saat Paman Danton mendengar perkataan Kei. Wajah Paman Danton perlahan-lahan memucat dan berkata "Wah pergi main ya. Baik lah. Paman mengizinkan kalian pergi main. Tapi, pulang nya jangan kemalaman, ya." ujar Paman Danton dengan gugup dan wajah di keluyur oleh keringat.
Kei yang sedari tadi merasa ada hal yang ganjal dari sikap nya Paman Danton, mulai berpikir "Kenapa beliau sepanik gitu, di saat aku meminta izin ke pada nya. Dan di saat perkenalan. Dia agak syok mendengar nama ayah. Sebenarnya, apa yang terjadi?"
"Kalau begitu, kami izin keluar ya paman." ujar Kei kepada Paman Danton. "Ayok, Reina." ujar Kei kepada Reina dengan nada suara yang lembut.
"Baik lah," saut Reina dengan canggung. "Dan papa, jangan bermuka dua di saat berbicara dengan teman baru ku." Singgung Reina kepada Paman Danton.
Dan Kei pun menyadari perkataan Reina yang berkata 'bermuka dua'.
Paman Danton pun murung di saat mendengar perkataan yang di lontarkan dari anak nya sendiri. Yaitu Hasane Reina.
...****************...
"Pada saat itu. Aku berfikir kritis. Karena, aku melihat suasana hati yang aneh antara Reina dan Paman Danton. Tapi, Reina tiba-tiba mengatakan jangan bermuka dua. Di saat itu, aku terus mencerna perkataan Reina, dengan mengambil jawaban positif. Pada saat itu. Aku mikir, kalau suasana hati Reina sedang buruk. Tapi, sebenarnya yang terjadi..." ucap Kei 'pada tahun 2025' kepada teman-temannya.
...****************...
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
secret
wkwkw, kalau mau tau endingnya, baca terus ya novel ini gan :3
2024-04-19
0
hei
gua bisa menebak endingnya 🤟🏿
2024-04-19
2