Bab 19 : Di dalam kamar Reina.

Keheningan malam menyelimuti kamar Reina, hanya diselingi detak jam dinding antik yang berdetak pelan dan suara desiran angin lembut yang menerobos celah jendela kamarnya yang terbuka sedikit. Cahaya lampu tidur berwarna pink lembut menerangi ruangan, menciptakan suasana hangat dan nyaman, namun di bawahnya tersimpan ketegangan yang tak terlihat. Di sudut ruangan, di atas karpet bulu berwarna krem, Lynn, tenggelam dalam dunia manga Oshi no Ko, jari-jarinya dengan cekatan membalik halaman demi halaman, namun sesekali ia berhenti, matanya menatap kosong ke suatu titik, seakan terombang-ambing antara kenangan pahit dan upaya untuk melarikan diri dari realita yang berat. Wajahnya yang sebelumnya dipenuhi air mata kini kembali datar, namun sebuah kegelisahan samar terlihat di sudut bibirnya yang sedikit tertarik ke bawah.

Poster-poster anime bertemakan gadis-gadis imut menghiasi dinding kamar Reina, menambah suasana feminin dan ceria, namun kontras dengan suasana hati Lynn yang masih rapuh.

Di seberang ruangan, di depan PlayStation 4 milik Kei yang terletak di atas meja belajar Reina yang tertata rapi, suara gemuruh pertempuran menggema—Kei dan Kenzi larut dalam dunia Dynasty Warriors. Suara pedang beradu, teriakan prajurit, dan efek suara yang dramatis menciptakan suasana yang kontras dengan ketenangan—atau lebih tepatnya, penahanan emosi—Lynn yang terfokus. Kei, dengan cekatan mengendalikan Zhou Yun, jari-jarinya menari lincah di stik PlayStation, gerakannya begitu cepat dan tepat, mengalahkan musuh demi musuh dengan mudah, hampir tanpa keringat, namun sorot matanya tajam dan fokus, menunjukkan ketegangan terpendam di balik sikapnya yang tenang. Kenzi, dengan strategi… kurang lebih… antusias, memainkan Liu Bei, ia menerjang musuh dengan membabi buta, serangannya brutal dan kurang terarah, namun efektif karena jumlahnya yang banyak. Terkadang ia tertawa keras, terkadang ia menggerutu frustasi saat mati, menunjukkan emosinya yang meluap-luap. Boneka-boneka bertemakan karakter game menghiasi rak buku di dekat mereka, menambah kesan kekanak-kanakan yang kontras dengan beratnya suasana hati Lynn.

Kei, dengan tenang dan efisien membersihkan pasukan musuh, namun sesekali melirik ke arah Lynn: "Kenzi, fokus sedikit. Strategi itu penting. Lihat, dengan cara ini kita bisa menghemat waktu. Jangan sampai kita kehabisan waktu." Suaranya tenang, namun menunjukkan sedikit ketegangan.

Kenzi, sambil menerjang musuh dengan brutal, terseret ke jebakan, dengan ekspresi frustasi: "Strategi? Apa itu strategi? Aku punya strategi terbaik! Serang semua! Aduh!" Ia kemudian mati terbunuh oleh sekelompok prajurit, dengan ekspresi kesal. "Aduh, salah strategi lagi!"

Kei, tanpa ekspresi, namun sedikit menghela nafas, mengeluarkan jurus khusus: "Kau perlu menguasai tombol blok dan menghindari serangan massal. Dan jangan terlalu fokus pada satu musuh. Lihat, aku akan menunjukkan caranya." Kei menunjukkan beberapa gerakan dengan stik PlayStation-nya.

Kenzi, muncul kembali, langsung mati lagi, dengan ekspresi frustasi yang bercampur dengan sedikit humor: "Baiklah, aku akan mencoba… mati lagi terbunuh oleh satu prajurit. Hei, ini game-nya curang! Mereka terlalu banyak! Dan kenapa aku selalu mati duluan?!" Suaranya sedikit lebih pelan, menunjukkan sedikit rasa putus asa. "Kei, tolong aku dong!"

Kei, menawarkan bantuan tanpa ekspresi, namun dengan gerakan yang lebih cepat dan efisien, menghindari serangan dengan mudah: "Aku akan membersihkan jalan untukmu. Dan jangan terlalu agresif. Kita harus menyelesaikan ini cepat. Lihat, ini cara yang lebih efektif." Kei menunjukkan lagi beberapa trik.

Kenzi, dengan semangat, tapi tetap barbar, dengan ekspresi yang bercampur antara frustasi dan semangat: "Terima kasih, Kei! Kau memang terbaik! Sekarang, aku akan membantai mereka semua! Hyaaa!" Ia kemudian menerjang lagi, kali ini dengan sedikit lebih terarah, tetapi tetap barbar dan sering mati, namun dengan semangat yang tak pernah padam. "Waktunya membantai!"

Hanna, yang awalnya asyik membaca Romance of the Three Kingdoms sambil bersandar di kursi belajar Reina yang nyaman, terkejut melihat karakter-karakter dalam novelnya muncul di layar. Ia meletakkan buku itu dengan lembut, matanya berbinar-binar. Menyaksikan pertempuran sengit antara Zhou Yun dan Liu Bei, dua karakter yang baru saja ia baca kisahnya, Hanna merasa terbawa suasana.

"Wah, keren! Zhou Yun dan Liu Bei! Sama persis seperti di buku!" seru Hanna, suaranya yang bersemangat memecah keheningan, menciptakan getaran kecil di udara yang tenang. Dia menunjuk ke arah layar dengan penuh semangat, namun matanya sesekali melirik ke arah Lynn. "Reina, lihat! Sama persis seperti yang kubaca!"

Reina, yang menyaksikan adegan tersebut dari tempat tidurnya yang nyaman, tersenyum lebar, sebuah senyum yang tulus dan hangat. Ia gembira melihat Kei dan Kenzi berinteraksi dengan akrab, pertempuran virtual mereka seakan menghapus bayang-bayang peristiwa sore tadi yang penuh emosi dan air mata. Namun, ia juga memperhatikan Lynn, dan senyumnya sedikit memudar saat melihat Lynn yang tampak terisolasi dalam dunianya sendiri. "Iya, Hanna. Seru ya mereka berdua main." Reina melirik Lynn sekilas, suaranya sedikit lebih pelan. "Lynn, mau ikut main?"

Hanna, dengan semangatnya yang membara, namun dengan sedikit keraguan, berjalan mendekati Kei dan Kenzi, langkahnya ringan dan penuh energi, namun sedikit lebih pelan dari biasanya. "Reina, aku mau ikutan main!" bisiknya, suaranya berbisik penuh antusiasme, namun sedikit lebih pelan dan lembut dibanding biasanya, menunjukkan perhatiannya pada Lynn. "Aku penasaran banget main Dynasty Warriors!"

Reina mengangguk dari tempat tidurnya, senyumnya semakin melebar, menunjukkan kegembiraannya, namun matanya juga menunjukkan kekhawatiran. "Baiklah, tapi pelan-pelan ya."

Bersama-sama, mereka mendekati Kei dan Kenzi, langkah mereka membuat suara gesekan lantai kayu yang halus. Reina dengan lembut menarik lengan baju Kei, sentuhannya ringan namun penuh arti. "Kei, Hanna dan aku mau ikutan main!" ucapnya, suaranya penuh semangat, namun sedikit lebih pelan, menunjukkan perhatiannya pada Lynn. Hanna menambahkan, "Kenzi, aku penasaran banget sama gamenya, apalagi ada Lu Bu! Aku udah baca tentang dia di buku sejarah!" Suaranya penuh antusiasme, namun sedikit lebih lembut, memperhatikan Lynn.

Kei, yang sedang fokus menghabisi pasukan musuh dengan efisiensi luar biasa, menoleh sebentar, menyeka keringat yang mulai membasahi dahinya—walaupun sebenarnya hanya sedikit sekali. Ekspresinya datar, namun ada sedikit kelembutan yang tersirat di matanya saat ia melihat Lynn. "Oh? Kalian mau ikut main juga?" tanyanya, dengan senyum kecil yang ramah, namun senyumnya tampak sedikit dipaksakan. "Baiklah, tapi hati-hati, game ini cukup sulit."

Kenzi, yang sedang menerjang kerumunan musuh dengan teriakan "Hyaaa!", menambahkan di sela-sela serangannya, "Boleh kok, tapi hati-hati ya, gamenya agak susah, banyak sekali musuh yang harus di kalahkan!" Suaranya penuh semangat, namun ia juga tampak sedikit gelisah saat melihat Lynn. "Lynn, mau gabung? Kita bisa main bareng!" Kenzi bertanya, suaranya sedikit lebih lembut.

Reina dan Hanna bersorak-sorai, suara mereka yang riang menggema di ruangan, menciptakan suasana yang lebih hidup dan ceria, namun di bawahnya masih ada kekhawatiran yang terpendam untuk Lynn. Lynn, terusik oleh kegaduhan, menutup manganya dengan perlahan, menatap sejenak ke arah mereka berempat, dengan ekspresi yang sulit dibaca—antara ingin bergabung dan tetap ingin menyendiri. Ia mengamati dengan rasa ingin tahu, seakan tertarik untuk bergabung dalam keseruan tersebut, sebuah tanda bahwa ia mulai keluar dari kesedihannya, namun masih ragu-ragu.

Kei dan Kenzi, melihat Lynn mendekat, bertukar pandang, sebuah pertukaran yang penuh pengertian dan kekhawatiran. "Reina, Hanna, Lynn, kami mau minum kopi dulu di halaman, ya?" kata Kei, suaranya lembut dan penuh perhatian, namun sedikit tegang. "Kalian lanjutkan saja bermainnya."

Reina mengangguk mengizinkan, senyumnya masih terukir di wajahnya, namun sedikit lebih redup, menunjukkan kekhawatirannya. "Baiklah, kami akan lanjutkan."

Reina, dengan penuh semangat memilih karakternya. "Wah, Zhang Fei! Pasti kuat banget nih mas-mas!" serunya, suaranya penuh uman, menunjukkan pilihannya pada layar. "Zhang Fei! Pasti kuat banget nih mas-mas!" serunya, suaranya penuh kekaguman, menunjukkan pilihannya pada layar. Senyumnya merekah, menunjukkan antusiasmenya untuk bermain game.

Hanna, dengan tekun mencari karakter Lu Bu, jari-jarinya menelusuri daftar karakter dengan penuh minat. "Lu Bu! Aku penasaran banget sama dia, katanya menakutkan banget!" ucapnya, akhirnya menemukan dan memilih karakter tersebut, sebuah pilihan yang penuh petualangan dan sedikit rasa takut. Ia membayangkan betapa kuatnya Lu Bu, sesuai dengan yang dibacanya di Romance of the Three Kingdoms. "Semoga saja dia sekuat yang diceritakan," gumam Hanna, matanya masih tertuju pada layar, menunjukkan sedikit rasa gugup.

Lynn, yang memperhatikan mereka, berkata pelan, suaranya lembut dan sedikit ragu-ragu, "Lu Bu... aku pernah baca tentang dia di komik sejarah... dia sangat kuat, tapi juga sangat kejam. Aku tidak yakin..." Suaranya sedikit bergetar, menunjukkan sisa-sisa trauma yang masih melekat padanya. Ia tampak ragu-ragu, seakan-akan terpecah antara keinginan untuk bergabung dan ketakutan untuk kembali merasakan kesedihan. Ia menatap layar dengan ekspresi yang sulit dibaca, seakan-akan sedang mempertimbangkan sesuatu yang sangat penting.

Reina memperhatikan Lynn dengan penuh perhatian. "Lynn, kamu mau ikut main? Kita bisa bantu kamu kok." Suaranya lembut dan penuh pengertian, mencoba menenangkan Lynn. "Tidak perlu khawatir, kita akan bermain dengan santai. Pilih saja karakter yang kamu suka." Reina berusaha untuk menciptakan suasana yang nyaman dan mendukung bagi Lynn.

Lynn masih ragu-ragu, matanya beralih dari manga ke arah Reina, Hanna, yang sudah siap bermain. Ia menggigit bibir bawahnya, seakan-akan sedang bergumul dengan pikirannya sendiri. Keheningan singkat menyelimuti ruangan, hanya diiringi suara game yang semakin ramai. Lynn tampak tertekan oleh bayangan masa lalunya.

Hanna, yang melihat keraguan Lynn, berkata dengan lembut, "Lynn, tidak apa-apa kok kalau kamu tidak mau ikut main. Kamu bisa lanjut membaca mangamu. Kita mengerti kok." Suaranya penuh pengertian dan empati, mencoba meringankan beban Lynn. Ia tidak ingin memaksa Lynn untuk melakukan sesuatu yang membuatnya tidak nyaman.

Reina menambahkan dengan lembut, "Ya, kamu bisa bersantai saja. Kita akan bermain dengan santai juga. Prioritas kita adalah kesenangan dan kebersamaan." Suaranya penuh pengertian dan dukungan, mencoba memberikan Lynn ruang untuk merasa aman dan nyaman.

Lynn, setelah beberapa saat terdiam, akhirnya mengangguk pelan. "Baiklah... aku akan mencoba..." Suaranya masih sedikit bergetar, namun ada sedikit cahaya harapan yang mulai muncul di matanya. Ia perlahan meletakkan manganya, menunjukkan kesediaannya untuk bergabung dalam keseruan mereka, sebuah langkah kecil menuju pemulihan. Ekspresinya masih sedikit tegang, namun ada secercah keinginan untuk melupakan kesedihannya untuk sementara waktu.

Reina tersenyum lega. "Bagus! Sekarang, pilih karaktermu, Lynn!" Suaranya penuh semangat, mencoba menyemangati Lynn. "Pilih karakter yang kamu suka, yang menurutmu kuat dan menyenangkan."

Lynn, dengan sedikit ragu-ragu, melihat daftar karakter yang tersedia di layar. Ia menelusuri daftar tersebut dengan hati-hati, mencari karakter yang sesuai dengan perasaannya saat ini. Ia memilih karakter yang terlihat lembut, namun memiliki kekuatan tersembunyi, sebuah pilihan yang mencerminkan keinginannya untuk perlahan-lahan keluar dari trauma yang dialaminya, namun tetap memiliki kekuatan untuk menghadapi masa depannya.

Dan begitulah, malam itu, di kamar Reina yang hangat dan nyaman, ketiga gadis itu larut dalam dunia Dynasty Warriors, suara tawa dan teriakan mereka menggema di ruangan, menciptakan suasana yang penuh keceriaan dan kebersamaan. Meskipun masih ada bayang-bayang kesedihan yang menghantui Lynn, malam itu menjadi awal dari penyembuhan dan kebahagiaan yang baru. Keheningan malam menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang mereka menuju penyembuhan dan kebahagiaan.

Episodes
1 Bab 1: beginning
2 Bab 2: kembali bertemu setelah dua tahun.
3 Bab 3: perkenalan yang berarti.
4 Bab 4: Laki laki yang di kelilingi aura jahat, tapi tidak mematikan.
5 Bab 5 : maksud dari semua ini.
6 Bab 6 : pengalaman pertama yang sangat mengharukan.
7 Bab 7 : Reina dan sekolah.
8 Bab 8 : Masalalu Hikari Kei.
9 Bab 9 : Rahasia Terkuak di malam yang Tenang.
10 Bab 10 : Kedua masalalu yang saling terhubung.
11 Bab 11 : Kejadian lucu di dalam dapur di subuh yang sunyi.
12 Bab 12 : Gaun nan indah dan Reina.
13 Bab 13 : jas
14 Bab 14 : Acara pernikahan.
15 Bab 15 : Masakan untuk Kei.
16 Bab 16 : Arisu Lynn.
17 Bab 17 : Nobar bersama Lynn.
18 Bab 18 : Kisah keluarga Kenzi dan Lynn.
19 Bab 19 : Di dalam kamar Reina.
20 Bab 20 : Di halaman rumah Reina.
21 Bab 21 : Apa itu kebahagiaan?
22 Bab 22 : Spin the Wheel of Truth "part 1".
23 Bab 23 : Spin the Wheel of Truth "part 2".
24 Bab 24 : Spin the Wheel of Truth "part 3".
25 Bab 25 : Kemana.
26 Bab 26 : Persiapan yang matang.
27 Bab 27 : Menuju Osaka.
28 Bab 28 : Osaka.
29 Bab 29 : Pencarian di gudang.
30 Bab 30 : Dua anak berbahaya.
31 Bab 31 : Ada yang tidak beres.
32 Bab 32 : Cacian.
33 Bab 33 : Kembali.
34 Bab 34 : Apa yang terjadi sebenarnya?
35 Bab 35 : Ada apa sebenarnya di masa depan.
36 Bab 36 : Reina pulang.
37 Bab 37 : Rencana bodoh dan pintar.
38 Bab 38 : Perasaan spesial.
39 Bab 39 : Hadiah untuk Reina.
40 Bab 40 : Persiapan Kejutan.
41 Bab 41 : Kejutan dari Reina.
42 Bab 42 : Kejutan untuk Reina.
43 Bab 43 : Ucapan terimakasih.
44 Bab 44 : Bisikan bulan dan bintang.
45 Bab 45 : Tanda tanda hilang nya bulan.
46 Bab 46 : Merahasiakan dari Reina.
47 Bab 47 : Ketakutan Reina.
48 Bab 48 : Keterpurukan.
49 Bab 49 : Firasat di bawah bulan.
50 Bab 50 : Selamat tinggal, Yotami.
51 Bab 51 : Duka.
52 Bab 52 : Kalung bulan sabit.
53 Bab 53 : Tiga sahabat peduli Kei dan Reina!
54 Bab 54 : Penculikan Kei.
55 Bab 55 : Kesedihan masih membekas Reina.
56 Bab 56 : Merawat Kei.
57 Bab 57 : Jawaban iya atau tidak.
58 Bab 58 : Celina Andras.
59 Bab 59 : Reina dan Andras.
60 Bab 60 : Perkenalan.
61 Bab 61 : Pertarungan di mulai.
62 Bab 62 : Mata merah Andras.
63 Bab 63 : Persahabatan SMA.
64 Bab 64 : Kandidat calon ketua OSiS.
65 Bab 65 : Rumah keluarga Kei dan Andras.
66 Bab 66 : Peninggalan.
67 Bab 67 : Hadiah dari kakak ipar.
68 bab 68 : Diskusi tentang sekolah Kyoko.
69 Bab 69 : Kemarahan Andras.
70 Bab 70 : Cara licik dan tuduhan di depan umum.
71 Bab 71 : Pendukung.
72 Bab 72 : VMPK (Visi Misi Program Kerja)
73 Bab 73 : Pink Ayes Reina.
74 Bab 74 : Pink-eyed miracle!
75 Bab 75 : Pembagian Anggota inti OSIS.
76 Bab 76 : Emi, Earl.
77 Bab 77 : Rapat festival sekolah.
78 Bab 78 : Di jodoh kan demi bisnis.
79 Bab 79 : Cerita kan semua nya.
80 Bab 80 : Tercekik :v
81 Bab 81 : Janji Perlindungan.
82 Bab 82 : Konflik lama hadir kembali.
83 Bab 83 : Festival SMA Kyoko di mulai.
84 Bab 84 : Kekacauan.
85 Bab 85 : Akibat.
86 Bab 86 : Ketenangan Di Kyoko.
87 Bab 87 : Pemimpin tak terkalahkan.
88 Bab 88 : Lanjutan meriah Kyoko.
89 Bab 89 : Solo gitar.
90 Bab 90 : Tak terduga.
91 Bab 91 : Aku juga, dan dukungan dari Reina.
92 Bab 92 : Ryu dan Zerav.
93 Bab 93 : Cari aku. Ku ada untuk mu.
94 Bab 94 : Surat cinta untuk Andras.
95 Bab 95 : Melihat Ryu.
96 Bab 96 : Berusaha lah!
97 Bab 97 : Kembali ceria lah!
98 Bab 98 : Berlari.
99 Bab 99 : Yang di ingin kan.
100 Bab 100 : Astaga.
101 Bab 101 : Ular.
102 Bab 102 : Ancaman dan Teror.
103 Bab 103 : Kamu telah berubah.
104 Bab 104 : Bayangan masalalu.
105 Bab 105 : Hanna, Reina, Yotami...
106 Bab 106 : Kenzi, Lynn, Yotami...
107 Bab 107 : duka dan kenangan tentang mereka berdua.
108 Bab 108 : Menguntit.
109 Bab 109 : Mengalahkan rasa putus asa.
110 Bab 110 : Stadion Kuroku.
111 Bab 111 : Cinta dalam pertarungan.
112 Bab 112 : Pengakuan cinta di antara darah dan haru.
113 Bab 113 : Max, Yumi.
114 Bab 114 : Berlatih untuk konser.
115 Bab 115 : Undangan konser.
116 Bab 116 : Keinginan untuk berubah.
117 Bab 117 : Lirik lagu buatan Yumi.
118 Bab 118 : Joging.
119 Bab 119 : Pengumuman penting.
120 Bab 120 : Stadion Leisia.
121 Bab 121 : Penampilan YMEE BAND.
122 Bab 122 : Pertanyaan untuk YMEE.
123 Bab 123 : Selamat YMEE.
124 Bab 124 : Teror 2.
125 Bab 125 : Bertarung melawan api.
126 Bab 126 : Apa yang sebenarnya terjadi.
127 Bab 127 : Ingin menyelamatkan dia.
128 Bab 128 : Kita gagal.
129 Bab 129 : Berputar kembali.
130 Bab 130 : Berpikir kritis.
131 Bab 131 : Rencana untuk Kenzi dan Zerav.
132 Bab 132 : Rencana terakhir di mulai.
133 Bab 133 : Pertarungan melawan anak buah Danton.
134 Bab 134 : Dia lolos.
135 Bab 135 : Berhasil melewati putaran waktu.
136 Nan 136 : Surat.
137 Bab 137 : Rencana Kei dan Reina.
138 Bab 138 : Persiapan untuk menghadapi Danton.
139 Bab 139 : Izin Ina.
140 Bab 140 : Reiz, Tia.
141 Bab 141 : Leon Rombert.
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Bab 1: beginning
2
Bab 2: kembali bertemu setelah dua tahun.
3
Bab 3: perkenalan yang berarti.
4
Bab 4: Laki laki yang di kelilingi aura jahat, tapi tidak mematikan.
5
Bab 5 : maksud dari semua ini.
6
Bab 6 : pengalaman pertama yang sangat mengharukan.
7
Bab 7 : Reina dan sekolah.
8
Bab 8 : Masalalu Hikari Kei.
9
Bab 9 : Rahasia Terkuak di malam yang Tenang.
10
Bab 10 : Kedua masalalu yang saling terhubung.
11
Bab 11 : Kejadian lucu di dalam dapur di subuh yang sunyi.
12
Bab 12 : Gaun nan indah dan Reina.
13
Bab 13 : jas
14
Bab 14 : Acara pernikahan.
15
Bab 15 : Masakan untuk Kei.
16
Bab 16 : Arisu Lynn.
17
Bab 17 : Nobar bersama Lynn.
18
Bab 18 : Kisah keluarga Kenzi dan Lynn.
19
Bab 19 : Di dalam kamar Reina.
20
Bab 20 : Di halaman rumah Reina.
21
Bab 21 : Apa itu kebahagiaan?
22
Bab 22 : Spin the Wheel of Truth "part 1".
23
Bab 23 : Spin the Wheel of Truth "part 2".
24
Bab 24 : Spin the Wheel of Truth "part 3".
25
Bab 25 : Kemana.
26
Bab 26 : Persiapan yang matang.
27
Bab 27 : Menuju Osaka.
28
Bab 28 : Osaka.
29
Bab 29 : Pencarian di gudang.
30
Bab 30 : Dua anak berbahaya.
31
Bab 31 : Ada yang tidak beres.
32
Bab 32 : Cacian.
33
Bab 33 : Kembali.
34
Bab 34 : Apa yang terjadi sebenarnya?
35
Bab 35 : Ada apa sebenarnya di masa depan.
36
Bab 36 : Reina pulang.
37
Bab 37 : Rencana bodoh dan pintar.
38
Bab 38 : Perasaan spesial.
39
Bab 39 : Hadiah untuk Reina.
40
Bab 40 : Persiapan Kejutan.
41
Bab 41 : Kejutan dari Reina.
42
Bab 42 : Kejutan untuk Reina.
43
Bab 43 : Ucapan terimakasih.
44
Bab 44 : Bisikan bulan dan bintang.
45
Bab 45 : Tanda tanda hilang nya bulan.
46
Bab 46 : Merahasiakan dari Reina.
47
Bab 47 : Ketakutan Reina.
48
Bab 48 : Keterpurukan.
49
Bab 49 : Firasat di bawah bulan.
50
Bab 50 : Selamat tinggal, Yotami.
51
Bab 51 : Duka.
52
Bab 52 : Kalung bulan sabit.
53
Bab 53 : Tiga sahabat peduli Kei dan Reina!
54
Bab 54 : Penculikan Kei.
55
Bab 55 : Kesedihan masih membekas Reina.
56
Bab 56 : Merawat Kei.
57
Bab 57 : Jawaban iya atau tidak.
58
Bab 58 : Celina Andras.
59
Bab 59 : Reina dan Andras.
60
Bab 60 : Perkenalan.
61
Bab 61 : Pertarungan di mulai.
62
Bab 62 : Mata merah Andras.
63
Bab 63 : Persahabatan SMA.
64
Bab 64 : Kandidat calon ketua OSiS.
65
Bab 65 : Rumah keluarga Kei dan Andras.
66
Bab 66 : Peninggalan.
67
Bab 67 : Hadiah dari kakak ipar.
68
bab 68 : Diskusi tentang sekolah Kyoko.
69
Bab 69 : Kemarahan Andras.
70
Bab 70 : Cara licik dan tuduhan di depan umum.
71
Bab 71 : Pendukung.
72
Bab 72 : VMPK (Visi Misi Program Kerja)
73
Bab 73 : Pink Ayes Reina.
74
Bab 74 : Pink-eyed miracle!
75
Bab 75 : Pembagian Anggota inti OSIS.
76
Bab 76 : Emi, Earl.
77
Bab 77 : Rapat festival sekolah.
78
Bab 78 : Di jodoh kan demi bisnis.
79
Bab 79 : Cerita kan semua nya.
80
Bab 80 : Tercekik :v
81
Bab 81 : Janji Perlindungan.
82
Bab 82 : Konflik lama hadir kembali.
83
Bab 83 : Festival SMA Kyoko di mulai.
84
Bab 84 : Kekacauan.
85
Bab 85 : Akibat.
86
Bab 86 : Ketenangan Di Kyoko.
87
Bab 87 : Pemimpin tak terkalahkan.
88
Bab 88 : Lanjutan meriah Kyoko.
89
Bab 89 : Solo gitar.
90
Bab 90 : Tak terduga.
91
Bab 91 : Aku juga, dan dukungan dari Reina.
92
Bab 92 : Ryu dan Zerav.
93
Bab 93 : Cari aku. Ku ada untuk mu.
94
Bab 94 : Surat cinta untuk Andras.
95
Bab 95 : Melihat Ryu.
96
Bab 96 : Berusaha lah!
97
Bab 97 : Kembali ceria lah!
98
Bab 98 : Berlari.
99
Bab 99 : Yang di ingin kan.
100
Bab 100 : Astaga.
101
Bab 101 : Ular.
102
Bab 102 : Ancaman dan Teror.
103
Bab 103 : Kamu telah berubah.
104
Bab 104 : Bayangan masalalu.
105
Bab 105 : Hanna, Reina, Yotami...
106
Bab 106 : Kenzi, Lynn, Yotami...
107
Bab 107 : duka dan kenangan tentang mereka berdua.
108
Bab 108 : Menguntit.
109
Bab 109 : Mengalahkan rasa putus asa.
110
Bab 110 : Stadion Kuroku.
111
Bab 111 : Cinta dalam pertarungan.
112
Bab 112 : Pengakuan cinta di antara darah dan haru.
113
Bab 113 : Max, Yumi.
114
Bab 114 : Berlatih untuk konser.
115
Bab 115 : Undangan konser.
116
Bab 116 : Keinginan untuk berubah.
117
Bab 117 : Lirik lagu buatan Yumi.
118
Bab 118 : Joging.
119
Bab 119 : Pengumuman penting.
120
Bab 120 : Stadion Leisia.
121
Bab 121 : Penampilan YMEE BAND.
122
Bab 122 : Pertanyaan untuk YMEE.
123
Bab 123 : Selamat YMEE.
124
Bab 124 : Teror 2.
125
Bab 125 : Bertarung melawan api.
126
Bab 126 : Apa yang sebenarnya terjadi.
127
Bab 127 : Ingin menyelamatkan dia.
128
Bab 128 : Kita gagal.
129
Bab 129 : Berputar kembali.
130
Bab 130 : Berpikir kritis.
131
Bab 131 : Rencana untuk Kenzi dan Zerav.
132
Bab 132 : Rencana terakhir di mulai.
133
Bab 133 : Pertarungan melawan anak buah Danton.
134
Bab 134 : Dia lolos.
135
Bab 135 : Berhasil melewati putaran waktu.
136
Nan 136 : Surat.
137
Bab 137 : Rencana Kei dan Reina.
138
Bab 138 : Persiapan untuk menghadapi Danton.
139
Bab 139 : Izin Ina.
140
Bab 140 : Reiz, Tia.
141
Bab 141 : Leon Rombert.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!