Keheningan malam menyelimuti kamar Reina, hanya diselingi detak jam dinding antik yang berdetak pelan dan suara desiran angin lembut yang menerobos celah jendela kamarnya yang terbuka sedikit. Cahaya lampu tidur berwarna pink lembut menerangi ruangan, menciptakan suasana hangat dan nyaman, namun di bawahnya tersimpan ketegangan yang tak terlihat. Di sudut ruangan, di atas karpet bulu berwarna krem, Lynn, tenggelam dalam dunia manga Oshi no Ko, jari-jarinya dengan cekatan membalik halaman demi halaman, namun sesekali ia berhenti, matanya menatap kosong ke suatu titik, seakan terombang-ambing antara kenangan pahit dan upaya untuk melarikan diri dari realita yang berat. Wajahnya yang sebelumnya dipenuhi air mata kini kembali datar, namun sebuah kegelisahan samar terlihat di sudut bibirnya yang sedikit tertarik ke bawah.
Poster-poster anime bertemakan gadis-gadis imut menghiasi dinding kamar Reina, menambah suasana feminin dan ceria, namun kontras dengan suasana hati Lynn yang masih rapuh.
Di seberang ruangan, di depan PlayStation 4 milik Kei yang terletak di atas meja belajar Reina yang tertata rapi, suara gemuruh pertempuran menggema—Kei dan Kenzi larut dalam dunia Dynasty Warriors. Suara pedang beradu, teriakan prajurit, dan efek suara yang dramatis menciptakan suasana yang kontras dengan ketenangan—atau lebih tepatnya, penahanan emosi—Lynn yang terfokus. Kei, dengan cekatan mengendalikan Zhou Yun, jari-jarinya menari lincah di stik PlayStation, gerakannya begitu cepat dan tepat, mengalahkan musuh demi musuh dengan mudah, hampir tanpa keringat, namun sorot matanya tajam dan fokus, menunjukkan ketegangan terpendam di balik sikapnya yang tenang. Kenzi, dengan strategi… kurang lebih… antusias, memainkan Liu Bei, ia menerjang musuh dengan membabi buta, serangannya brutal dan kurang terarah, namun efektif karena jumlahnya yang banyak. Terkadang ia tertawa keras, terkadang ia menggerutu frustasi saat mati, menunjukkan emosinya yang meluap-luap. Boneka-boneka bertemakan karakter game menghiasi rak buku di dekat mereka, menambah kesan kekanak-kanakan yang kontras dengan beratnya suasana hati Lynn.
Kei, dengan tenang dan efisien membersihkan pasukan musuh, namun sesekali melirik ke arah Lynn: "Kenzi, fokus sedikit. Strategi itu penting. Lihat, dengan cara ini kita bisa menghemat waktu. Jangan sampai kita kehabisan waktu." Suaranya tenang, namun menunjukkan sedikit ketegangan.
Kenzi, sambil menerjang musuh dengan brutal, terseret ke jebakan, dengan ekspresi frustasi: "Strategi? Apa itu strategi? Aku punya strategi terbaik! Serang semua! Aduh!" Ia kemudian mati terbunuh oleh sekelompok prajurit, dengan ekspresi kesal. "Aduh, salah strategi lagi!"
Kei, tanpa ekspresi, namun sedikit menghela nafas, mengeluarkan jurus khusus: "Kau perlu menguasai tombol blok dan menghindari serangan massal. Dan jangan terlalu fokus pada satu musuh. Lihat, aku akan menunjukkan caranya." Kei menunjukkan beberapa gerakan dengan stik PlayStation-nya.
Kenzi, muncul kembali, langsung mati lagi, dengan ekspresi frustasi yang bercampur dengan sedikit humor: "Baiklah, aku akan mencoba… mati lagi terbunuh oleh satu prajurit. Hei, ini game-nya curang! Mereka terlalu banyak! Dan kenapa aku selalu mati duluan?!" Suaranya sedikit lebih pelan, menunjukkan sedikit rasa putus asa. "Kei, tolong aku dong!"
Kei, menawarkan bantuan tanpa ekspresi, namun dengan gerakan yang lebih cepat dan efisien, menghindari serangan dengan mudah: "Aku akan membersihkan jalan untukmu. Dan jangan terlalu agresif. Kita harus menyelesaikan ini cepat. Lihat, ini cara yang lebih efektif." Kei menunjukkan lagi beberapa trik.
Kenzi, dengan semangat, tapi tetap barbar, dengan ekspresi yang bercampur antara frustasi dan semangat: "Terima kasih, Kei! Kau memang terbaik! Sekarang, aku akan membantai mereka semua! Hyaaa!" Ia kemudian menerjang lagi, kali ini dengan sedikit lebih terarah, tetapi tetap barbar dan sering mati, namun dengan semangat yang tak pernah padam. "Waktunya membantai!"
Hanna, yang awalnya asyik membaca Romance of the Three Kingdoms sambil bersandar di kursi belajar Reina yang nyaman, terkejut melihat karakter-karakter dalam novelnya muncul di layar. Ia meletakkan buku itu dengan lembut, matanya berbinar-binar. Menyaksikan pertempuran sengit antara Zhou Yun dan Liu Bei, dua karakter yang baru saja ia baca kisahnya, Hanna merasa terbawa suasana.
"Wah, keren! Zhou Yun dan Liu Bei! Sama persis seperti di buku!" seru Hanna, suaranya yang bersemangat memecah keheningan, menciptakan getaran kecil di udara yang tenang. Dia menunjuk ke arah layar dengan penuh semangat, namun matanya sesekali melirik ke arah Lynn. "Reina, lihat! Sama persis seperti yang kubaca!"
Reina, yang menyaksikan adegan tersebut dari tempat tidurnya yang nyaman, tersenyum lebar, sebuah senyum yang tulus dan hangat. Ia gembira melihat Kei dan Kenzi berinteraksi dengan akrab, pertempuran virtual mereka seakan menghapus bayang-bayang peristiwa sore tadi yang penuh emosi dan air mata. Namun, ia juga memperhatikan Lynn, dan senyumnya sedikit memudar saat melihat Lynn yang tampak terisolasi dalam dunianya sendiri. "Iya, Hanna. Seru ya mereka berdua main." Reina melirik Lynn sekilas, suaranya sedikit lebih pelan. "Lynn, mau ikut main?"
Hanna, dengan semangatnya yang membara, namun dengan sedikit keraguan, berjalan mendekati Kei dan Kenzi, langkahnya ringan dan penuh energi, namun sedikit lebih pelan dari biasanya. "Reina, aku mau ikutan main!" bisiknya, suaranya berbisik penuh antusiasme, namun sedikit lebih pelan dan lembut dibanding biasanya, menunjukkan perhatiannya pada Lynn. "Aku penasaran banget main Dynasty Warriors!"
Reina mengangguk dari tempat tidurnya, senyumnya semakin melebar, menunjukkan kegembiraannya, namun matanya juga menunjukkan kekhawatiran. "Baiklah, tapi pelan-pelan ya."
Bersama-sama, mereka mendekati Kei dan Kenzi, langkah mereka membuat suara gesekan lantai kayu yang halus. Reina dengan lembut menarik lengan baju Kei, sentuhannya ringan namun penuh arti. "Kei, Hanna dan aku mau ikutan main!" ucapnya, suaranya penuh semangat, namun sedikit lebih pelan, menunjukkan perhatiannya pada Lynn. Hanna menambahkan, "Kenzi, aku penasaran banget sama gamenya, apalagi ada Lu Bu! Aku udah baca tentang dia di buku sejarah!" Suaranya penuh antusiasme, namun sedikit lebih lembut, memperhatikan Lynn.
Kei, yang sedang fokus menghabisi pasukan musuh dengan efisiensi luar biasa, menoleh sebentar, menyeka keringat yang mulai membasahi dahinya—walaupun sebenarnya hanya sedikit sekali. Ekspresinya datar, namun ada sedikit kelembutan yang tersirat di matanya saat ia melihat Lynn. "Oh? Kalian mau ikut main juga?" tanyanya, dengan senyum kecil yang ramah, namun senyumnya tampak sedikit dipaksakan. "Baiklah, tapi hati-hati, game ini cukup sulit."
Kenzi, yang sedang menerjang kerumunan musuh dengan teriakan "Hyaaa!", menambahkan di sela-sela serangannya, "Boleh kok, tapi hati-hati ya, gamenya agak susah, banyak sekali musuh yang harus di kalahkan!" Suaranya penuh semangat, namun ia juga tampak sedikit gelisah saat melihat Lynn. "Lynn, mau gabung? Kita bisa main bareng!" Kenzi bertanya, suaranya sedikit lebih lembut.
Reina dan Hanna bersorak-sorai, suara mereka yang riang menggema di ruangan, menciptakan suasana yang lebih hidup dan ceria, namun di bawahnya masih ada kekhawatiran yang terpendam untuk Lynn. Lynn, terusik oleh kegaduhan, menutup manganya dengan perlahan, menatap sejenak ke arah mereka berempat, dengan ekspresi yang sulit dibaca—antara ingin bergabung dan tetap ingin menyendiri. Ia mengamati dengan rasa ingin tahu, seakan tertarik untuk bergabung dalam keseruan tersebut, sebuah tanda bahwa ia mulai keluar dari kesedihannya, namun masih ragu-ragu.
Kei dan Kenzi, melihat Lynn mendekat, bertukar pandang, sebuah pertukaran yang penuh pengertian dan kekhawatiran. "Reina, Hanna, Lynn, kami mau minum kopi dulu di halaman, ya?" kata Kei, suaranya lembut dan penuh perhatian, namun sedikit tegang. "Kalian lanjutkan saja bermainnya."
Reina mengangguk mengizinkan, senyumnya masih terukir di wajahnya, namun sedikit lebih redup, menunjukkan kekhawatirannya. "Baiklah, kami akan lanjutkan."
Reina, dengan penuh semangat memilih karakternya. "Wah, Zhang Fei! Pasti kuat banget nih mas-mas!" serunya, suaranya penuh uman, menunjukkan pilihannya pada layar. "Zhang Fei! Pasti kuat banget nih mas-mas!" serunya, suaranya penuh kekaguman, menunjukkan pilihannya pada layar. Senyumnya merekah, menunjukkan antusiasmenya untuk bermain game.
Hanna, dengan tekun mencari karakter Lu Bu, jari-jarinya menelusuri daftar karakter dengan penuh minat. "Lu Bu! Aku penasaran banget sama dia, katanya menakutkan banget!" ucapnya, akhirnya menemukan dan memilih karakter tersebut, sebuah pilihan yang penuh petualangan dan sedikit rasa takut. Ia membayangkan betapa kuatnya Lu Bu, sesuai dengan yang dibacanya di Romance of the Three Kingdoms. "Semoga saja dia sekuat yang diceritakan," gumam Hanna, matanya masih tertuju pada layar, menunjukkan sedikit rasa gugup.
Lynn, yang memperhatikan mereka, berkata pelan, suaranya lembut dan sedikit ragu-ragu, "Lu Bu... aku pernah baca tentang dia di komik sejarah... dia sangat kuat, tapi juga sangat kejam. Aku tidak yakin..." Suaranya sedikit bergetar, menunjukkan sisa-sisa trauma yang masih melekat padanya. Ia tampak ragu-ragu, seakan-akan terpecah antara keinginan untuk bergabung dan ketakutan untuk kembali merasakan kesedihan. Ia menatap layar dengan ekspresi yang sulit dibaca, seakan-akan sedang mempertimbangkan sesuatu yang sangat penting.
Reina memperhatikan Lynn dengan penuh perhatian. "Lynn, kamu mau ikut main? Kita bisa bantu kamu kok." Suaranya lembut dan penuh pengertian, mencoba menenangkan Lynn. "Tidak perlu khawatir, kita akan bermain dengan santai. Pilih saja karakter yang kamu suka." Reina berusaha untuk menciptakan suasana yang nyaman dan mendukung bagi Lynn.
Lynn masih ragu-ragu, matanya beralih dari manga ke arah Reina, Hanna, yang sudah siap bermain. Ia menggigit bibir bawahnya, seakan-akan sedang bergumul dengan pikirannya sendiri. Keheningan singkat menyelimuti ruangan, hanya diiringi suara game yang semakin ramai. Lynn tampak tertekan oleh bayangan masa lalunya.
Hanna, yang melihat keraguan Lynn, berkata dengan lembut, "Lynn, tidak apa-apa kok kalau kamu tidak mau ikut main. Kamu bisa lanjut membaca mangamu. Kita mengerti kok." Suaranya penuh pengertian dan empati, mencoba meringankan beban Lynn. Ia tidak ingin memaksa Lynn untuk melakukan sesuatu yang membuatnya tidak nyaman.
Reina menambahkan dengan lembut, "Ya, kamu bisa bersantai saja. Kita akan bermain dengan santai juga. Prioritas kita adalah kesenangan dan kebersamaan." Suaranya penuh pengertian dan dukungan, mencoba memberikan Lynn ruang untuk merasa aman dan nyaman.
Lynn, setelah beberapa saat terdiam, akhirnya mengangguk pelan. "Baiklah... aku akan mencoba..." Suaranya masih sedikit bergetar, namun ada sedikit cahaya harapan yang mulai muncul di matanya. Ia perlahan meletakkan manganya, menunjukkan kesediaannya untuk bergabung dalam keseruan mereka, sebuah langkah kecil menuju pemulihan. Ekspresinya masih sedikit tegang, namun ada secercah keinginan untuk melupakan kesedihannya untuk sementara waktu.
Reina tersenyum lega. "Bagus! Sekarang, pilih karaktermu, Lynn!" Suaranya penuh semangat, mencoba menyemangati Lynn. "Pilih karakter yang kamu suka, yang menurutmu kuat dan menyenangkan."
Lynn, dengan sedikit ragu-ragu, melihat daftar karakter yang tersedia di layar. Ia menelusuri daftar tersebut dengan hati-hati, mencari karakter yang sesuai dengan perasaannya saat ini. Ia memilih karakter yang terlihat lembut, namun memiliki kekuatan tersembunyi, sebuah pilihan yang mencerminkan keinginannya untuk perlahan-lahan keluar dari trauma yang dialaminya, namun tetap memiliki kekuatan untuk menghadapi masa depannya.
Dan begitulah, malam itu, di kamar Reina yang hangat dan nyaman, ketiga gadis itu larut dalam dunia Dynasty Warriors, suara tawa dan teriakan mereka menggema di ruangan, menciptakan suasana yang penuh keceriaan dan kebersamaan. Meskipun masih ada bayang-bayang kesedihan yang menghantui Lynn, malam itu menjadi awal dari penyembuhan dan kebahagiaan yang baru. Keheningan malam menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang mereka menuju penyembuhan dan kebahagiaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments