Bab 7 : Reina dan sekolah.

Di maghrib yang tenang, hujan mulai berhenti. Langit senja berwarna jingga keunguan, seperti warna langit yang baru saja menangis. Awan-awan gelap masih menyelimuti langit, tetapi cahaya matahari yang mulai meredup perlahan menembus celah-celah awan, menciptakan suasana yang dramatis. Aroma tanah basah yang baru saja diguyur hujan bercampur dengan aroma bunga melati yang baru mekar, terbawa angin sepoi-sepoi, menciptakan suasana yang menenangkan, namun sedikit melankolis.

Kei, yang berhasil membujuk dan menyemangati Reina, akhirnya membuat tangisannya berhenti. Reina, dengan wajah yang masih memerah dan mata yang berkaca-kaca, menatap Kei dengan ekspresi bingung. Dia merasa malu karena telah bersikap aneh kepada Kei. "Apa yang aku lakukan? Maafkan aku, Kei. Aku tidak sengaja memelukmu barusan. Tolong, lupakan saja." Wajah Reina semakin memerah, dan dia menunduk, menghindari tatapan Kei.

Kei, yang sebenarnya juga merasa canggung, mencoba untuk bersikap tenang. Dia tersenyum lembut, "Tidak masalah, Reina. Apapun yang membuatmu tenang, aku akan melakukannya." Kei merasakan jantungnya berdebar kencang saat tangan Reina menyentuh dadanya. Dia merasa panas dan gugup, seakan-akan ada arus listrik yang mengalir di tubuhnya. "Sebenarnya aku yang mulai meluk dia. Apakah dia tidak sadar? Kalau begitu, baguslah. Sebenarnya gua sedikit malu mengakui nya kepada Reina. Kalau aku yang mulai meluk dia." Ucapan hati Kei dengan wajah yang agak memerah.

"Kalau semisal nya aku meminta kamu menerjunkan badan kamu dari atas sini sampai ke bawah sana gimana?" Tanya Reina dengan wajah lembam, masih terbayang kesedihannya, sambil menunjuk ke bawah taman yang dimana itu tempat genangan air kotor.

Kei kaget dan mengatakan, "Sebenarnya maksud dari 'melakukan' adalah, aku akan melakukan apapun untuk membuat mu senang dengan permintaan yang masuk akal. Jadi permintaan kamu barusan, tidak akan aku terima." Suaranya terdengar dingin, mencoba untuk menenangkan dirinya.

"Yah, kamu tetap saja bersikap dingin kepada ku." Reina merujuk dan melihat ke bawah. "Apa hubungan nya dengan terjun dari atas sini sampai ke bawah sana?" Kei yang kewalahan membalas perkataan Reina dengan nada suara keras.

"Tidak ada hubungan. Maksud ku, cara kamu berbicara itu, seperti orang dingin. Tapi tidak dengan hati mu. Hati mu sangat baik, jadi aku akan menyimpulkan kalau kamu adalah pria dingin berhati mulia." Ujar Reina sambil melihat ke arah wajah Kei yang sedang menatap ke bawah genangan air yang disuruh Reina untuk melompat ke sana. Reina merasa sedikit terhibur dengan perkataannya sendiri, dan dia tersenyum kecil.

Kei yang mendengar perkataan Reina, perlahan-lahan wajahnya memerah. Kepalanya perlahan menoleh ke arah Reina, dan mengatakan, "Terima kasih. Kamu menilai sikap dan kepribadian ku dengan sangat baik." Ujar Kei dengan grogi, menatap wajah Reina dengan penuh harapan. Dia merasa sedikit lega karena Reina tidak menganggapnya jahat.

Reina menyadari Kei menatapnya dengan tatapan yang dianggapnya sangat menjengkelkan. Lalu Reina berkata dengan nada rendah, "Santai aja kali. Gausah menatap aku dengan tatapan kosong mu itu." Sambil menatap Kei. Reina merasa sedikit geli melihat reaksi Kei yang gugup.

Kei yang kaget berpikir dalam hati, "Hah. Apakah tatapan ku barusan membuat Reina jijik? Ya ampun. Sekarang aku yang sangat berlebihan." Ucapan hati Kei dengan wajah kalem nya. Dia mencoba untuk mengendalikan perasaannya yang sedang campur aduk.

Reina pun berjalan sambil mengatakan, "Ayok pulang. Udah malam." Dengan nada suara yang lembut. Reina merasa sedikit lelah setelah menangis, dan dia ingin segera pulang.

"Baik lah." Ucap Kei setelah bermenung memikirkan hal tersebut. Dia merasa senang karena Reina sudah tenang, dan dia ingin segera mengantar Reina pulang.

Malam yang indah sesudah hujan. Pada jam 19.40, Kei berjalan di samping Reina, menuju ke parkiran taman. Tetapi, di saat Kei melihat wajah Reina, Reina seolah-olah ingin mengatakan sesuatu. Tetapi dari wajahnya, dia ragu untuk menyampaikannya. Kei merasakan ada sesuatu yang ingin Reina katakan, dan dia merasa sedikit penasaran.

Kei yang tidak mau melihat Reina pusing mengatakan, "Ucapkan saja, Reina. Apa yang akan kamu bicarakan?" Tanya Kei dengan suara yang lembut, melihat ke arah depan. "Sebenarnya... tapi kamu jangan marah ya." Ujar Reina dengan suara yang bergetar. "Katakan saja. Jangan takut." Ujar Kei dengan sedikit gugup dan keringat dingin di wajahnya. "Apa yang akan dia katakan? Kenapa aku sepanik ini ya?" Ucapan hati Kei sambil menunggu Reina berbicara. Kei merasa jantungnya berdebar kencang, dan dia tidak bisa menyembunyikan rasa gugupnya.

Sesampai di parkiran motor. Di kelilingi tiang lampu yang bersinar di sekitar parkiran. Reina tak kunjung berbicara. Kei yang heran, mencoba menahan diri tidak berbicara sedikit pun. Ketegangan menyelimuti Kei. Tetapi dari wajahnya Reina, Reina seperti ingin bergegas ke tempat motor Kei yang diparkirkan. Kei merasa semakin penasaran dengan apa yang ingin Reina katakan.

Lalu, Reina berdiri di hadapan Kei secara tiba-tiba, yang mengakibatkan Kei tidak sengaja menyenggol tubuh Reina. "Apa... badan Reina menyentuh ku. Tepat di dada nya." Ucapan Kei dalam hati. Kei merasakan sentuhan Reina di dadanya, dan dia merasa jantungnya berdebar lebih kencang.

"Apa yang kamu lakukan?" Sorak canggung Kei dengan keringat dingin di wajahnya, menghadap wajah Reina. "Itu. Sebenarnya, aku ingin mengendarai motor kamu, selesai kita makan di restoran tadi. Cuman aku ragu untuk mengatakannya." Ujar gugup Reina sambil menggoyang-goyang badan nya dengan pelan, seperti ingin membujuk Kei. Reina merasa malu karena dia tidak berani mengatakan keinginannya sebelumnya.

"Apa ini. Dari tadi aku menakutkan diri sendiri. Sebenarnya dia ingin mengendarai motor ku. Mengapa sih dia ga beri tau aja dari awal." Ucapan hati Kei yang kewalahan. Kei merasa lega karena ternyata Reina hanya ingin mengendarai motornya.

"Hadeh, ngomong dong dari tadi. Nih kunci motor ku." Ujar Kei kepada Reina dengan senyum kecilnya, memberikan kunci motornya kepada Reina. "Hah serius, kamu mengasih nya ke aku?" Reina terkejut, menjulurkan tangannya dan menerima kunci motor milik Kei. "Ga mungkin aku bercanda, Reina." Ujar Kei dengan bahagia. Kei merasa senang karena bisa membuat Reina senang.

"Wah.. makasih Kei. Ayok kita pulang." Ucap girang Reina, berjalan dan duduk di pemudi motor. "Reina, apakah kamu merasa ada yang ketinggalan, atau melupakan sesuatu?" Tanya Kei dengan suara yang pelan kepada Reina yang telah bersiap siap untuk mengemudikan motor milik Kei. "Maksud mu?" Tanya Reina dengan sangat polos. "Hadeh, kamu ini. Sekarang kamu mundur kan motor nya. Lalu putar arah ke belakang." Ucap Kei dengan nada suara capek. "Bentar." Ujar Reina, lalu Reina putar arah, sesuai dengan apa yang Kei suruh. "Lalu?" Tanya bingung Reina kepada Kei. Kei merasa sedikit kesal karena Reina lupa memakai helm.

Kei pun naik ke motor dan duduk di belakang Reina. Lalu Kei merapikan kembali rambutnya Reina. Reina yang sedari tadi menunggu momen itu, mulai mengeluarkan senyumannya dan berusaha menahan diri supaya tidak tertawa. Seperti nya Reina telah merencanakan momen ini. "Oh iya helm nya. Aku kelupaan, hehe." Ucap Reina menyembunyikan apa yang sedang dia pikirkan. Reina merasa senang karena rencananya berjalan lancar.

"Ceroboh, dasar ceroboh. Aku hanya mementingkan diri ku sendiri." Ujar Kei dengan suara nya yang lumayan keras. "Hah, apalagi maksud nya?" Tanya bingung Reina. "Kalau kamu ga pakai helm. Rambut mu akan menghalang wajah ku. Apakah kamu tidak sadar, bahwa rambut mu ini sangat panjang?" Ujar kesal Kei kepada Reina. Kei merasa kesal karena Reina tidak memperhatikan keselamatannya.

Reina yang awal nya bahagia karena rencana nya berjalan lancar, tiba-tiba wajah nya memerah dan malu di saat Kei mengatakan "Rambut mu ini sangat panjang". Reina terdiam sejenak, memikirkan apa yang akan dia bicarakan kepada Kei. Reina merasa sedikit malu karena dia lupa memakai helm dan Kei memperhatikan rambutnya.

Setelah Kei merapihkan rambut Reina yang lumayan kusut karena terkena air hujan. Kei memasang kan helm ke pada Reina dengan perasaan canggung. Di karena kan. Kei akan memasang kan kunci helm nya Reina dari belakang. Yang artinya, Kei sama saja ingin memeluk Reina dari belakang. Kei merasakan jantungnya berdebar kencang lagi.

Lalu di saat Kei ingin mencapai kunci helm Reina. Reina memberontak karena, Reina kaget melihat tangan Kei tiba tiba ada di hadapan nya. "A-apa yang ingin kamu lakukan?" Sorak kaget Reina yang mengakibatkan Kei juga Terkaget kan. "Hei. Aku hanya mengunci helm mu saja, Reina." Ujar panik Kei. "Bilang dong dari tadi. Wajar lah aku kaget, tiba tiba tangan kamu ada di hadapan ku." Ujar Reina dengan grogi. Reina merasa malu karena dia bereaksi berlebihan.

Kei pun buru-buru memasang kunci helm Reina. Dan menyuruh Reina menjalankan motor nya. Kei merasa lega karena akhirnya mereka bisa pulang.

"Di saat itu. Aku mengira kalau dia ga bisa bawa motor, karena dulu aku jarang sekali melihat cewe keluar memakai sepeda motor." Ujar Kei menceritakan kisah masalalu nya kepada teman-teman nya. "Bisa di bilang. Reina cukup gila membawa motor. Soal nya waktu itu, aku pergi berbelanja dengan Reina, pada tanggal '14 februari 2024'." Ujar Emy seolah-olah hal yang di lakukan Reina di masalalu adalah hal yang wajar. "Akhirnya kamu tau juga, Emy." Kei menjawab perkataan Emy, dan melanjutkan cerita masalalu nya kepada teman-teman nya.

20 menit kemudian. Pada jam 20.20, Reina dan Kei telah sampai di depan halaman rumah nya Reina. Reina pun menyuruh Kei untuk turun duluan dari motor. Terapi, Kei bermenung ketakutan, di karenakan di perjalanan menuju ke rumah Reina. Reina mengendarai motor Kei dengan ugal-ugalan. Seperti Valentino Rossi ingin memacu lawan nya. Kei merasa trauma dengan pengalamannya dibonceng Reina.

"Hikari Kei! Mau sampai kapan aku menunggu mu akan turun dari motor!" Sorak Reina menyuruh Kei turun dari motor. "Eh iya iya. Maaf aku melamun." Ujar Kei terlihat ketakutan, dan turun dari motor. Kei merasa lega karena akhirnya dia bisa turun dari motor.

Reina pun heran melihat wajah Kei. Lalu Reina menurunkan standar motor Kei. Dan berdiri di depan Kei. "Kenapa. Ada apa dengan mu?" Tanya Reina tanpa ada rasa bersalah. "Tidak ada kok." Kei berbohong kepada Reina. Kei tidak ingin membuat Reina khawatir.

Reina terdiam sementara, lalu berpikir. Setelah itu Reina tersenyum dan menutup mulut nya. Seperti ingin mengejek Kei. Kei merasa sedikit tersinggung dengan sikap Reina.

Kei yang melihat wajah penghinaan dari wajah Reina, sangat terusik dan mengatakan, "Apa yang kamu pikirkan. Aku tidak takut saat kamu mengendarai sepeda motor tadi." Ujar malu Kei dengan keringat dingin berkeluyuran. Kei merasa malu karena dia ketakutan dibonceng Reina.

"Ya ya ya. Terserah kamu aja." Ujar Reina yang tidak ingin membuat Kei menutupi ketakutan nya. Reina merasa senang karena dia berhasil membuat Kei merasa takut.

"Kei. Terima kasih untuk hari ini, yah. Aku sangat senang hari ini. Aku ingin, di kemudian hari. Kita akan selalu seperti ini." Ujar Reina dengan senyuman tipis nya. Reina merasa senang menghabiskan waktu bersama Kei.

"Tentu. Kapan kapan, kita akan pergi main lagi." Ujar malu Kei dengan suara yang bergetar kepada Reina. Kei merasa senang karena Reina ingin menghabiskan waktu bersamanya lagi.

"Baik lah. Aku mau masuk ke rumah dulu. Hati hati ya di jalan, menuju ke rumah mu, Kei." Reina pun berjalan menuju ke pintu rumah nya sambil melihat ke arah Kei. Reina merasa lega karena akhirnya dia bisa pulang.

Lalu, Reina melambaikan tangan nya kepada Kei. Lalu Kei membalas nya juga. Kei pun pergi pulang ke rumah, dengan perasaan senang. Karena dia mendapatkan pengalaman baru nya dengan penuh cerita. Kei merasa senang karena dia bisa membuat Reina senang dan dia mendapatkan pengalaman baru yang menyenangkan.

Jam 21.00 malam. "Dring dring" nada dering telpon Hanna. Hanna yang sedang membaca novel terhenti kan, karena mendengar HP nya yang berdering. Lalu dengan sigap. Hanna turun dari ranjang nya, dan mengambil HP nya di atas meja make up nya. "Wah, Kei menelpon ku. Apakah kencang dia berhasil hari ini?" Hanna berbicara sendiri dengan sangat girang, lalu mengangkat telpon dari Kei. Hanna merasa penasaran dengan apa yang terjadi antara Kei dan Reina.

"Hallo Hanna. Aku tau jawaban dari perkataan kamu yang sebelumnya." Ucap Kei di dalam telpon dengan suara yang lambat. "Perkataan ku yang mana, Kei?" Tanya Hanna kepada Kei. "Kamu pernah mengatakan 'kamu akan tau sendiri'." Ucap Kei di dalam telpon. Kei merasa penasaran dengan apa yang dimaksud Hanna.

Hanna pun menghela kan nafas nya lalu berkata dengan nada suara yang prihatin, "Kamu tau kan yang sebenarnya, tapi itu hanya separuh yang kamu ketahui Kei." Hanna merasa iba kepada Kei karena dia belum mengetahui semua kebenaran.

Kei yang penasaran, lumayan kaget mendengar perkataan dari Hanna dan mengatakan di dalam telpon. "Apakah kamu tau selebihnya?" "Aku tau. Tapi saran aku. Kamu harus mencari tau nya sendiri." Saran Hanna dalam telpon. "Dari siapa lagi aku akan mencari tau sisa nya?" Tanya bingung Kei di dalam telpon. "Aku akan memberi tau mu, ke siapa kamu akan bertanya, seharus nya kamu tau jawaban nya." Ujar Hanna kepada Kei di dalam telpon. "Aku paham. Aku akan menanyakan sisa nya ke pada nenek nya Reina. Iya kan, Hanna?" Ucap Kei di dalam telpon. "Iya kamu benar. Dan aku akan memberikan sedikit saran kepada kamu." Ujar Hanna di dalam telpon. "Apa itu?" Tanya Kei di dalam telpon, penasaran. "Jangan tiba tiba lansung dekat dengan nenek nya. Jadi, cara kamu berbicara dengan nenek Reina adalah, kau harus melihat kan betapa baik nya kamu dengan Reina." Saran yang di berikan oleh Hanna ke pada Kei. "Baik lah. Akan ku usahakan dengan semampu ku, Hanna." Ujar Kei dalam telpon. Kei merasa penasaran dengan kebenaran yang disembunyikan Hanna dan dia berencana untuk mencari tahu dari nenek Reina.

Kei pun menutup telpon dari Hanna. Kei pun pergi ke dapur, untuk membuat kopi. Di dalam dapur. Kei sedang membuat kopi. Tapi, Kei kelupaan kalau gula di rumah nya habis. Di karena kan Kei malas pergi keluar, untuk membeli gula. Kei pun memutuskan tidak minum kopi pada malam ini. Kei merasa sedikit kecewa karena dia tidak bisa minum kopi.

Kei pun kembali ke kamar nya. Di kamar nya Kei sangat rapi. Buku tersusun rapi seperti tidak pernah di buka, semua kaset kaset gim nya tersusun dengan rapi. Tetapi Kei merasa ada yang kurang dari kamar nya. Kei merasa kesepian. Karena Kei walaupun sehari penuh bersama Reina, dia ada rasa kangen dari dalam hati nya. "Apa yang sedang Reina lakukan ya. Aku jadi penasaran. Bagaimana aku mengirim dia pesan, sekarang." Ucapan hati Kei sambil melihat ke arah HP nya yang terletak di atas kasur. Kei merasa rindu kepada Reina.

Beberapa detik kemudian. Kei melihat HP nya bergetar dan mengeluarkan suara. Yang artinya, seseorang mencoba menghubungi nomor Kei. "Siapa yang menelpon ku di malam malam ini. Jangan jangan.. " Kei bergegas mengambil HP nya dan berharap Reina lah yang menelpon Kei. Kei merasa sedikit gugup dan berharap itu adalah Reina yang menelponnya.

Ternyata emang Reina lah yang menelpon nomor Kei. Kei lansung bergegas mengangkat telpon dari Reina. "Selamat malam, Kei." Ujar Reina dalam telpon. "Selamat malam, Reina. Ada apa, menelpon ku semalam ini? Kamu ga istirahat. Besok kan sekolah?" Tanya Kei di dalam telpon. "Sebentar lagi aku mau tidur." Ucap Reina dengan suara girang terdengar di dalam telpon. "Sebenarnya. Aku ingin meminta satu permintaan kepada mu, Kei." Ujar Reina meminta sesuatu kepada Kei dengan suara agak bergetar. "Apa mau mu, Reina?" Tanya Kei di dalam telpon. "Kalau sepulang sekolah kamu ga sibuk. Bisa kah kamu menjemput ku di sekolah besok? Maaf tiba tiba aku mintak hal ini secara tiba-tiba." Ujar gugup Reina dalam telpon. Kei merasa senang karena Reina ingin dia menjemputnya besok.

"Untungnya aku ga sibuk besok. Baiklah, aku akan menjemputmu sepulang sekolah. Kamu sekolah di SMP Himania kan?" tanya Kei dengan nada santai, suaranya terdengar sedikit menggoda.

"Iya, dari mana kamu tahu kalau aku sekolah di sana?" tanya Reina penasaran, matanya berbinar-binar karena rasa ingin tahu. Reina belum pernah memberi tahu Kei soal itu.

"Sebenarnya aku pernah melihat pakaian sekolahmu yang tertiup angin di halaman rumah. Jadi aku langsung tahu kalau kamu sekolah di sana," ujar Kei di dalam telpon. Senyum tipis terukir di wajahnya saat membayangkan pakaian sekolah Reina yang tertiup angin.

"Oh gitu. Yaudah, aku menantikan nya besok. Sampai bertemu besok, Kei." Suara Reina terdengar bahagia di telpon, dan Reina pun menutup telpon. Sebuah senyum lebar terkembang di wajahnya, membayangkan pertemuannya dengan Kei besok.

"Jadi, dia juga tidak bisa pisah dengan ku ya. Hahaha." Tingkat kepedean Kei meningkat, dadanya berdebar-debar dengan perasaan senang.

 

"Pada saat itu, adalah pengalaman pertama bagi ku, menjemput teman perempuan di sekolahnya. Sebenarnya itu hal biasa sih. Cuman bagi ku, itu adalah pengalaman pertama yang bisa saja itu sangat berharga," ucap Kei menceritakan masa lalu nya kepada teman-temannya. Suaranya bersemangat, matanya berbinar-binar saat mengingat momen itu.

"Di situ aku agak terkejut sih, sebelum kamu pergi ke sekolah kami. Aku pernah mendengar 'rumor'. Yaitu Reina punya pacar," ucap Arisu Lynn kepada Kei. Lynn mengerutkan keningnya, matanya menatap Kei dengan rasa penasaran.

"Pada saat itu aku hanya sebatas teman dekat Reina," ujar Kei kepada Lynn. Wajah Kei sedikit memerah, mengingat kedekatannya dengan Reina saat itu. Kei pun melanjutkan cerita masa lalunya.

 

Senin, 11 Juni 2019.

Di pagi yang cerah, di dalam ruang makan Kei. Kei dan Havik sarapan dengan menggunakan telur dan sosis. Udara pagi yang sejuk terasa menyenangkan, aroma kopi dan roti panggang memenuhi ruangan.

Bunda Ratih, ibu Kei dan Havik, bertanya kepada Kei.

"Kei, Bunda menemukan anting di saku bajumu. Punya siapa itu?" tanya Bunda Ratih dengan serius kepada Kei yang sedang sarapan. Tatapannya tajam, membuat Kei sedikit gugup.

Kei pun terkejut dan meminta Bunda Ratih melihatkan 'Anting' tersebut.

"Ini, nak. Punya siapa ini. Dan, jelaskan kepada Bunda." Tatapan mengerikan dari Bunda Ratih membuat Kei semakin gugup.

"Itu punya teman ku. Aku kemarin usil dengan, menyembunyikan anting milik dia. Mungkin aku kelupaan memberi anting itu kembali." Alasan Kei supaya tidak ketahuan dari Bunda Ratih, karena anting itu milik Reina.

"Seharusnya kamu tidak boleh seperti itu. Karena ulahmu, pasti dia panik karena benda berharga nya hilang. Kamu harus mengembalikannya, Kei," Bunda Ratih mengelah kan nafasnya.

"Baiklah, Bunda," jawab Kei dengan santai sambil memakan sarapannya. Namun, di dalam hatinya, Kei merasa bersalah karena telah menyembunyikan anting Reina.

 

"Aku pun berangkat ke sekolah. Dan anting itu, aku simpan di dalam saku baju ku. Entah mengapa, aku bodohnya berpikir, kalau aku kangen sama Reina, aku tinggal melihat antingnya saja," ucap malu Kei menceritakan masa lalunya kepada teman-temannya. Pipinya memerah, mengingat kebodohannya saat itu.

"Sampai sekarang, kamu tetap seperti itu, Kei," ucap Zerav dengan nada datar. Zerav menatap Kei dengan sedikit geli, mengingat sifat Kei yang masih saja seperti anak kecil.

"Beda cerita, Zerav. Kondisinya berbeda sekarang," ujar Kei sambil melihat bulan yang indah dan terang dari dalam kamarnya. Wajahnya berubah serius, matanya menatap bulan dengan penuh makna.

Kei pun melanjutkan kisah masa lalunya.

 

Jam 17.00 sore.

"Ding dong" bunyi bel pulang sekolah SMP Himania. Suara bel yang nyaring bergema di seluruh sekolah, menandakan berakhirnya jam pelajaran.

Reina berjalan keluar gerbang sekolah dengan wajah senang. Senyum tipis terukir di wajahnya, membayangkan pertemuannya dengan Kei. Namun, senyumnya sirna saat melihat Sima Hiro yang sedang membuntuti dirinya.

Hiro pun mengejar Reina dan memanggil nama nya dengan sangat keras.

"Reina, tunggu aku!" sorak Hiro ke arah Reina yang berjalan keluar gerbang sekolah. Suaranya bersemangat, namun terdengar sedikit memaksa.

Reina yang mengetahui suara itu, langsung memutar kan kepala nya dan bersorak.

"Jangan ganggu aku. Dasar orang tidak tau diri," Reina mengusir Hiro dengan mentah-mentah. Nada bicaranya tajam, matanya melotot tajam ke arah Hiro.

Hiro yang tidak peduli dengan perkataan Reina berkata, "Aku ingin pulang bersama mu, Reina." Nafasnya terengah-engah, matanya menatap Reina dengan penuh harap.

Reina yang muak, tidak ada angin tidak ada hujan, yang ada panas matahari yang mendukung kemarahan Reina berkata, "Emang kamu sepede itu, aku menerima tawaran mu, mending kamu pergi dari hadapan ku." Caci Reina dengan aura kegelapan yang menyelimuti nya. Reina pun beranjak pergi menjauh dari Hiro.

Hiro yang tidak peduli, memegang tangan nya Reina dengan erat. Seakan Hiro tidak membolehkan Reina pergi.

Reina yang sangat kesal berusaha melepaskan genggaman tangan Hiro.

"Lepaskan aku, dasar berotak serangga!" sorak Reina kepada Hiro. Suaranya bergetar menahan amarah, matanya melotot tajam ke arah Hiro.

"Tidak. Pokoknya kamu harus pulang dengan ku," paksaan dari Hiro dengan wajah keringat dingin. Matanya menatap Reina dengan penuh harap, berharap Reina mau menerima ajakannya.

Reina yang merasa jijik, mendorong Hiro dengan keras. Yang membuat badan Hiro terdorong.

Tanpa di sadari, Hiro tidak sengaja menyenggol Kei dari depan.

"Siapa yang berani berdiri di belakang ku! . Eh.." Hiro yang marah dan terkejut setelah melihat ke belakang. Dan kepala Hiro menoleh ke atas. Hiro melihat tubuh tinggi setengah kekar dari Kei.

"Siapa kau?" tanya Kei dengan wajah seramnya, suaranya datar menakutkan.

"Aku Hiro, aku-" Ucap Hiro dengan ketakutan, dan Kei memotong Hiro berbicara.

"Aku tidak peduli dengan nama jelek mu itu," ujar Kei dengan amarah, melihat Hiro menggenggam tangan Reina dengan keras. Yang membuat Reina kesakitan.

Kei pun mencekik Hiro di depan gerbang sekolah, di hadapan banyak orang.

"Lepaskan tangan mu dari Reina. Aku tidak suka melihatnya," ucap Kei dengan amarah nya sambil mencekik leher Hiro. Wajah Kei memerah menahan amarah, matanya melotot tajam ke arah Hiro.

Hiro berusaha berbicara, tetapi Kei meningkat kan kekerasan cekik kan nya, yang membuat Hiro melepaskan tangan Reina.

Reina yang terlepas, mencoba menghentikan Kei.

"Kei. Itu sudah cukup. Biarkan dia hidup," ucap Reina dengan nada pelan dengan kesan mengerikan. Wajah Reina terlihat pucat, matanya menatap Kei dengan penuh harap.

Hiro yang terduduk tak berdaya, tiba-tiba Reina berjalan ke arahnya. "Dengar ya, Hiro," Reina menjambak rambut Hiro yang membuat Hiro menghadap ke atas, melihat wajah Reina yang dipenuhi amarah.

"Lihat lah aku, aku tau ini kejam untuk mu. Sebenarnya, aku berpacaran dengan Kei. Dan sekarang, kamu tidak bisa mengganggu ku. Karena aku sudah memiliki pacar," ujar Reina dengan sangat kejam, lalu berhenti menjambak rambut Hiro. Wajah Reina terlihat dingin, matanya menatap tajam ke arah Hiro.

Kei yang mendengar perkataan Reina, berusaha terlihat dingin dan menakutkan. Tetapi di dalam hati Kei, "Ye ye, jadi pacar Reina".

Reina pun berjalan ke arah Kei, dan bergandengan tangan dengan Kei.

"Ayok, Kei. Aku mau pergi main lagi dengan mu," ucap Reina dengan nada yang keras, supaya Hiro mendengar kan perkataan Reina. Wajah Reina terlihat senang, matanya berbinar-binar saat menatap Kei.

Kei yang mengerti mengatakan, "Baiklah, sayang," dengan suara pria nya. Wajah Kei terlihat senang, matanya menatap Reina dengan penuh kasih sayang.

Reina dan Kei pun berjalan ke arah motor sport nya Kei. Sesampainya di tempat motor Kei terparkir di depan gerbang sekolah. Kei merapikan rambut Reina, dan memasang kan helm Reina dengan sangat lembut, sambil membisikkan, "Bagai mana akting ku, Reina," dengan suara lambat.

"Kerja bagus Kei. Aku harap, dia tidak mengganggu ku besok, tapi ini motor siapa. Bukan nya motor kamu bertipe scoopy, ya?" tanya Reina dengan pelan. Wajah Reina terlihat penasaran, matanya menatap motor Kei dengan penuh rasa ingin tahu.

"Ini adalah motor lama ku. Motor ini di gunakan di saat genting aja," bisik Kei. Wajah Kei terlihat sedikit gugup, matanya menatap Reina dengan penuh harap.

"Oo macam tu. Baiklah," Reina memiringkan kepal nya dan tersenyum kepada Kei. Wajah Reina terlihat senang, matanya berbinar-binar saat menatap Kei.

Mereka berdua pun menaiki motor, dan berjalan menjauh dari sekolah.

Matahari sore mulai terbenam, langit dihiasi warna jingga dan ungu. Angin sepoi-sepoi berhembus, membawa aroma tanah dan bunga. Pemandangan senja yang indah itu menjadi latar belakang bagi adegan dramatis yang baru saja terjadi.

"Reina punya pacar? Bagaimana dia bisa menemukan cowok dingin seperti dia?"

"Reina kejam juga ya."

"Reina yang pendiam, memiliki pacar gentleman ya," bisik teman-teman Reina bergunjing dengan teman nya.

Reina yang melihat Hiro berdiri tak berdaya, menjulurkan lidah nya, seperti mengejek seseorang. Wajah Reina terlihat senang, matanya berbinar-binar saat menatap Hiro.

Hiro pun terduduk kembali dan merenung kan kejadian yang barusan dia alami. Wajah Hiro terlihat sedih, matanya menatap kosong ke depan.

"Jangan bodoh. Mana mungkin Reina suka dengan orang yang selalu membuat nya risih," ujar bisik teman Reina, bernama Lynn. Wajah Lynn terlihat sedikit jijik, matanya menatap Hiro dengan rasa jijik.

Hiro hanya terdiam. Lalu Lynn berjalan menjauhi Hiro dan mengatakan dengan suara pelan, "Dasar bodoh." Wajah Lynn terlihat jijik, matanya menatap Hiro dengan rasa jijik.

 

"Di senja yang indah, dedaunan berjatuhan. Pemandangan yang memukau. Matahari terbenam di ufuk barat, langit dihiasi warna jingga dan ungu. Angin sepoi-sepoi berhembus, membawa aroma tanah dan bunga. Reina pun menjelaskan, mengapa Reina meminta aku menjemput dia di sekolah. Kamu dengar kan, Sima Hiro," Kei menceritakan masa lalunya dan menatap tajam ke arah Hiro yang sedari tadi menahan malu. Wajah Kei terlihat serius, matanya menatap tajam ke arah Hiro.

"Iya Kei, aku mendengar kan nya," ujar ketakutan Hiro ke pada Kei. Wajah Hiro pucat pasi, matanya menatap ke bawah dengan penuh rasa takut.

 

Bersambung...

Episodes
1 Bab 1: beginning
2 Bab 2: kembali bertemu setelah dua tahun.
3 Bab 3: perkenalan yang berarti.
4 Bab 4: Laki laki yang di kelilingi aura jahat, tapi tidak mematikan.
5 Bab 5 : maksud dari semua ini.
6 Bab 6 : pengalaman pertama yang sangat mengharukan.
7 Bab 7 : Reina dan sekolah.
8 Bab 8 : Masalalu Hikari Kei.
9 Bab 9 : Rahasia Terkuak di malam yang Tenang.
10 Bab 10 : Kedua masalalu yang saling terhubung.
11 Bab 11 : Kejadian lucu di dalam dapur di subuh yang sunyi.
12 Bab 12 : Gaun nan indah dan Reina.
13 Bab 13 : jas
14 Bab 14 : Acara pernikahan.
15 Bab 15 : Masakan untuk Kei.
16 Bab 16 : Arisu Lynn.
17 Bab 17 : Nobar bersama Lynn.
18 Bab 18 : Kisah keluarga Kenzi dan Lynn.
19 Bab 19 : Di dalam kamar Reina.
20 Bab 20 : Di halaman rumah Reina.
21 Bab 21 : Apa itu kebahagiaan?
22 Bab 22 : Spin the Wheel of Truth "part 1".
23 Bab 23 : Spin the Wheel of Truth "part 2".
24 Bab 24 : Spin the Wheel of Truth "part 3".
25 Bab 25 : Kemana.
26 Bab 26 : Persiapan yang matang.
27 Bab 27 : Menuju Osaka.
28 Bab 28 : Osaka.
29 Bab 29 : Pencarian di gudang.
30 Bab 30 : Dua anak berbahaya.
31 Bab 31 : Ada yang tidak beres.
32 Bab 32 : Cacian.
33 Bab 33 : Kembali.
34 Bab 34 : Apa yang terjadi sebenarnya?
35 Bab 35 : Ada apa sebenarnya di masa depan.
36 Bab 36 : Reina pulang.
37 Bab 37 : Rencana bodoh dan pintar.
38 Bab 38 : Perasaan spesial.
39 Bab 39 : Hadiah untuk Reina.
40 Bab 40 : Persiapan Kejutan.
41 Bab 41 : Kejutan dari Reina.
42 Bab 42 : Kejutan untuk Reina.
43 Bab 43 : Ucapan terimakasih.
44 Bab 44 : Bisikan bulan dan bintang.
45 Bab 45 : Tanda tanda hilang nya bulan.
46 Bab 46 : Merahasiakan dari Reina.
47 Bab 47 : Ketakutan Reina.
48 Bab 48 : Keterpurukan.
49 Bab 49 : Firasat di bawah bulan.
50 Bab 50 : Selamat tinggal, Yotami.
51 Bab 51 : Duka.
52 Bab 52 : Kalung bulan sabit.
53 Bab 53 : Tiga sahabat peduli Kei dan Reina!
54 Bab 54 : Penculikan Kei.
55 Bab 55 : Kesedihan masih membekas Reina.
56 Bab 56 : Merawat Kei.
57 Bab 57 : Jawaban iya atau tidak.
58 Bab 58 : Celina Andras.
59 Bab 59 : Reina dan Andras.
60 Bab 60 : Perkenalan.
61 Bab 61 : Pertarungan di mulai.
62 Bab 62 : Mata merah Andras.
63 Bab 63 : Persahabatan SMA.
64 Bab 64 : Kandidat calon ketua OSiS.
65 Bab 65 : Rumah keluarga Kei dan Andras.
66 Bab 66 : Peninggalan.
67 Bab 67 : Hadiah dari kakak ipar.
68 bab 68 : Diskusi tentang sekolah Kyoko.
69 Bab 69 : Kemarahan Andras.
70 Bab 70 : Cara licik dan tuduhan di depan umum.
71 Bab 71 : Pendukung.
72 Bab 72 : VMPK (Visi Misi Program Kerja)
73 Bab 73 : Pink Ayes Reina.
74 Bab 74 : Pink-eyed miracle!
75 Bab 75 : Pembagian Anggota inti OSIS.
76 Bab 76 : Emi, Earl.
77 Bab 77 : Rapat festival sekolah.
78 Bab 78 : Di jodoh kan demi bisnis.
79 Bab 79 : Cerita kan semua nya.
80 Bab 80 : Tercekik :v
81 Bab 81 : Janji Perlindungan.
82 Bab 82 : Konflik lama hadir kembali.
83 Bab 83 : Festival SMA Kyoko di mulai.
84 Bab 84 : Kekacauan.
85 Bab 85 : Akibat.
86 Bab 86 : Ketenangan Di Kyoko.
87 Bab 87 : Pemimpin tak terkalahkan.
88 Bab 88 : Lanjutan meriah Kyoko.
89 Bab 89 : Solo gitar.
90 Bab 90 : Tak terduga.
91 Bab 91 : Aku juga, dan dukungan dari Reina.
92 Bab 92 : Ryu dan Zerav.
93 Bab 93 : Cari aku. Ku ada untuk mu.
94 Bab 94 : Surat cinta untuk Andras.
95 Bab 95 : Melihat Ryu.
96 Bab 96 : Berusaha lah!
97 Bab 97 : Kembali ceria lah!
98 Bab 98 : Berlari.
99 Bab 99 : Yang di ingin kan.
100 Bab 100 : Astaga.
101 Bab 101 : Ular.
102 Bab 102 : Ancaman dan Teror.
103 Bab 103 : Kamu telah berubah.
104 Bab 104 : Bayangan masalalu.
105 Bab 105 : Hanna, Reina, Yotami...
106 Bab 106 : Kenzi, Lynn, Yotami...
107 Bab 107 : duka dan kenangan tentang mereka berdua.
108 Bab 108 : Menguntit.
109 Bab 109 : Mengalahkan rasa putus asa.
110 Bab 110 : Stadion Kuroku.
111 Bab 111 : Cinta dalam pertarungan.
112 Bab 112 : Pengakuan cinta di antara darah dan haru.
113 Bab 113 : Max, Yumi.
114 Bab 114 : Berlatih untuk konser.
115 Bab 115 : Undangan konser.
116 Bab 116 : Keinginan untuk berubah.
117 Bab 117 : Lirik lagu buatan Yumi.
118 Bab 118 : Joging.
119 Bab 119 : Pengumuman penting.
120 Bab 120 : Stadion Leisia.
121 Bab 121 : Penampilan YMEE BAND.
122 Bab 122 : Pertanyaan untuk YMEE.
123 Bab 123 : Selamat YMEE.
124 Bab 124 : Teror 2.
125 Bab 125 : Bertarung melawan api.
126 Bab 126 : Apa yang sebenarnya terjadi.
127 Bab 127 : Ingin menyelamatkan dia.
128 Bab 128 : Kita gagal.
129 Bab 129 : Berputar kembali.
130 Bab 130 : Berpikir kritis.
131 Bab 131 : Rencana untuk Kenzi dan Zerav.
132 Bab 132 : Rencana terakhir di mulai.
133 Bab 133 : Pertarungan melawan anak buah Danton.
134 Bab 134 : Dia lolos.
135 Bab 135 : Berhasil melewati putaran waktu.
Episodes

Updated 135 Episodes

1
Bab 1: beginning
2
Bab 2: kembali bertemu setelah dua tahun.
3
Bab 3: perkenalan yang berarti.
4
Bab 4: Laki laki yang di kelilingi aura jahat, tapi tidak mematikan.
5
Bab 5 : maksud dari semua ini.
6
Bab 6 : pengalaman pertama yang sangat mengharukan.
7
Bab 7 : Reina dan sekolah.
8
Bab 8 : Masalalu Hikari Kei.
9
Bab 9 : Rahasia Terkuak di malam yang Tenang.
10
Bab 10 : Kedua masalalu yang saling terhubung.
11
Bab 11 : Kejadian lucu di dalam dapur di subuh yang sunyi.
12
Bab 12 : Gaun nan indah dan Reina.
13
Bab 13 : jas
14
Bab 14 : Acara pernikahan.
15
Bab 15 : Masakan untuk Kei.
16
Bab 16 : Arisu Lynn.
17
Bab 17 : Nobar bersama Lynn.
18
Bab 18 : Kisah keluarga Kenzi dan Lynn.
19
Bab 19 : Di dalam kamar Reina.
20
Bab 20 : Di halaman rumah Reina.
21
Bab 21 : Apa itu kebahagiaan?
22
Bab 22 : Spin the Wheel of Truth "part 1".
23
Bab 23 : Spin the Wheel of Truth "part 2".
24
Bab 24 : Spin the Wheel of Truth "part 3".
25
Bab 25 : Kemana.
26
Bab 26 : Persiapan yang matang.
27
Bab 27 : Menuju Osaka.
28
Bab 28 : Osaka.
29
Bab 29 : Pencarian di gudang.
30
Bab 30 : Dua anak berbahaya.
31
Bab 31 : Ada yang tidak beres.
32
Bab 32 : Cacian.
33
Bab 33 : Kembali.
34
Bab 34 : Apa yang terjadi sebenarnya?
35
Bab 35 : Ada apa sebenarnya di masa depan.
36
Bab 36 : Reina pulang.
37
Bab 37 : Rencana bodoh dan pintar.
38
Bab 38 : Perasaan spesial.
39
Bab 39 : Hadiah untuk Reina.
40
Bab 40 : Persiapan Kejutan.
41
Bab 41 : Kejutan dari Reina.
42
Bab 42 : Kejutan untuk Reina.
43
Bab 43 : Ucapan terimakasih.
44
Bab 44 : Bisikan bulan dan bintang.
45
Bab 45 : Tanda tanda hilang nya bulan.
46
Bab 46 : Merahasiakan dari Reina.
47
Bab 47 : Ketakutan Reina.
48
Bab 48 : Keterpurukan.
49
Bab 49 : Firasat di bawah bulan.
50
Bab 50 : Selamat tinggal, Yotami.
51
Bab 51 : Duka.
52
Bab 52 : Kalung bulan sabit.
53
Bab 53 : Tiga sahabat peduli Kei dan Reina!
54
Bab 54 : Penculikan Kei.
55
Bab 55 : Kesedihan masih membekas Reina.
56
Bab 56 : Merawat Kei.
57
Bab 57 : Jawaban iya atau tidak.
58
Bab 58 : Celina Andras.
59
Bab 59 : Reina dan Andras.
60
Bab 60 : Perkenalan.
61
Bab 61 : Pertarungan di mulai.
62
Bab 62 : Mata merah Andras.
63
Bab 63 : Persahabatan SMA.
64
Bab 64 : Kandidat calon ketua OSiS.
65
Bab 65 : Rumah keluarga Kei dan Andras.
66
Bab 66 : Peninggalan.
67
Bab 67 : Hadiah dari kakak ipar.
68
bab 68 : Diskusi tentang sekolah Kyoko.
69
Bab 69 : Kemarahan Andras.
70
Bab 70 : Cara licik dan tuduhan di depan umum.
71
Bab 71 : Pendukung.
72
Bab 72 : VMPK (Visi Misi Program Kerja)
73
Bab 73 : Pink Ayes Reina.
74
Bab 74 : Pink-eyed miracle!
75
Bab 75 : Pembagian Anggota inti OSIS.
76
Bab 76 : Emi, Earl.
77
Bab 77 : Rapat festival sekolah.
78
Bab 78 : Di jodoh kan demi bisnis.
79
Bab 79 : Cerita kan semua nya.
80
Bab 80 : Tercekik :v
81
Bab 81 : Janji Perlindungan.
82
Bab 82 : Konflik lama hadir kembali.
83
Bab 83 : Festival SMA Kyoko di mulai.
84
Bab 84 : Kekacauan.
85
Bab 85 : Akibat.
86
Bab 86 : Ketenangan Di Kyoko.
87
Bab 87 : Pemimpin tak terkalahkan.
88
Bab 88 : Lanjutan meriah Kyoko.
89
Bab 89 : Solo gitar.
90
Bab 90 : Tak terduga.
91
Bab 91 : Aku juga, dan dukungan dari Reina.
92
Bab 92 : Ryu dan Zerav.
93
Bab 93 : Cari aku. Ku ada untuk mu.
94
Bab 94 : Surat cinta untuk Andras.
95
Bab 95 : Melihat Ryu.
96
Bab 96 : Berusaha lah!
97
Bab 97 : Kembali ceria lah!
98
Bab 98 : Berlari.
99
Bab 99 : Yang di ingin kan.
100
Bab 100 : Astaga.
101
Bab 101 : Ular.
102
Bab 102 : Ancaman dan Teror.
103
Bab 103 : Kamu telah berubah.
104
Bab 104 : Bayangan masalalu.
105
Bab 105 : Hanna, Reina, Yotami...
106
Bab 106 : Kenzi, Lynn, Yotami...
107
Bab 107 : duka dan kenangan tentang mereka berdua.
108
Bab 108 : Menguntit.
109
Bab 109 : Mengalahkan rasa putus asa.
110
Bab 110 : Stadion Kuroku.
111
Bab 111 : Cinta dalam pertarungan.
112
Bab 112 : Pengakuan cinta di antara darah dan haru.
113
Bab 113 : Max, Yumi.
114
Bab 114 : Berlatih untuk konser.
115
Bab 115 : Undangan konser.
116
Bab 116 : Keinginan untuk berubah.
117
Bab 117 : Lirik lagu buatan Yumi.
118
Bab 118 : Joging.
119
Bab 119 : Pengumuman penting.
120
Bab 120 : Stadion Leisia.
121
Bab 121 : Penampilan YMEE BAND.
122
Bab 122 : Pertanyaan untuk YMEE.
123
Bab 123 : Selamat YMEE.
124
Bab 124 : Teror 2.
125
Bab 125 : Bertarung melawan api.
126
Bab 126 : Apa yang sebenarnya terjadi.
127
Bab 127 : Ingin menyelamatkan dia.
128
Bab 128 : Kita gagal.
129
Bab 129 : Berputar kembali.
130
Bab 130 : Berpikir kritis.
131
Bab 131 : Rencana untuk Kenzi dan Zerav.
132
Bab 132 : Rencana terakhir di mulai.
133
Bab 133 : Pertarungan melawan anak buah Danton.
134
Bab 134 : Dia lolos.
135
Bab 135 : Berhasil melewati putaran waktu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!