Mentari sore menyelinap di balik gedung-gedung pencakar langit, menyorot debu-debu halus yang beterbangan di udara Sekolah Himania. Jam menunjukkan pukul 11.45. Kresek-kresek... Suara pengeras suara sekolah, sedikit serak seperti nenek-nenek batuk, memecah kesunyian.
“Kepada seluruh murid, diharapkan mengosongkan sekolah jam dua belas tepat karena semua guru mengadakan rapat. Terima kasih.” Pengumuman itu disambut gemuruh riang, campuran suara horee! dan yeay! yang bergema di koridor. Bayangan murid-murid berlarian, tas mereka beradu ringan, menciptakan simfoni kecil nan meriah, persis orkestra kacau tapi menyenangkan.
Reina, dengan rambut panjangnya yang berkilauan di bawah cahaya senja, berdiri dari bangkunya. Tasnya terayun ringan, menyertai langkahnya yang lincah. "Ayok, Lynn, kita ke depan gerbang bersama-sama... Jangan sampai ketinggalan kereta ajaib yang akan membawa kita pulang!" Suaranya, seceria lonceng angin, membuat suasana terasa lebih hangat.
Lynn, dengan hati-hati, memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Bruk! Sebuah buku jatuh, suara kecil itu nyaris tak terdengar di tengah riuhnya suasana. Komik kesayangannya, 'Sword Art Online', terjepit di antara buku-buku pelajaran.
Reina, yang menunggu di dekatnya, tak sengaja melihat sampul komik itu. Matanya membulat, seolah menemukan harta karun. "Eh, tunggu! Itu 'Sword Art Online' kan? Kok kamu baca komik, bukannya main game-nya aja? Kan lebih seru!"
"Ha... a... ada apa, Reina...?" Lynn terkejut, suaranya sedikit gemetar. Pipinya, yang biasanya pucat, merona tipis, seperti semburat merah muda di atas salju. "Aku lebih suka baca komiknya, lebih detail gambarnya!"
"Apakah itu komik 'Sword Art Online' yang terbaru?!" Mata Reina berbinar, penuh rasa ingin tahu. Senyumnya merekah, seindah bunga matahari di pagi hari. "Aku juga suka! Tapi aku lebih suka nonton animenya, lebih dramatis gitu!"
"I... iya... Kamu baca juga?" Lynn masih gugup, tangannya sedikit berkeringat dalam genggaman Reina. Ia merasa jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya. "Aku nggak punya waktu main game, Reina. Lagian, aku lebih suka membaca, lebih tenang."
"Tidak sih... aku cuma nonton animenya saja..." Reina menjelaskan dengan semangat, senyumnya semakin lebar. "Gimana ya, rasanya kalau aku baca komiknya? Mungkin aku bakal ngerti lebih banyak detailnya ya?"
"Wah, sungguh..." Lynn terkesan, namun senyumnya memudar. Suaranya berubah datar, wajahnya sedikit murung. "Tapi aku tak bisa nonton animenya."
Reina merasakan perubahan suasana hati Lynn. "Emang kenapa, Lynn? Jangan-jangan HP-mu kejatuhan kue lapis?" tanyanya, suaranya lebih lembut, penuh empati.
"HP-ku rusak..." Lynn menjawab singkat, kepala menunduk. Rambutnya yang putih keperakan seakan memantulkan kesedihannya.
"Kalau begitu..." Reina menggenggam tangan Lynn lagi, kali ini dengan tatapan penuh pengertian dan semangat. "Ayok, nobar di rumahku saja... Aku punya stok camilan yang banyak banget, jamin kamu lupa sama HP-mu yang rusak!"
Mata Lynn berbinar kembali, seperti bintang yang muncul di langit malam. Ekspresinya berubah drastis, dari murung menjadi penuh harap. "Bo... bolehkah...?" Suaranya sedikit gemetar, campuran rasa malu dan bahagia.
"Kalau kamu nggak keberatan," Reina menjawab dengan lembut, senyumnya menenangkan, seperti cahaya matahari yang menembus awan gelap. "Lagian, nonton bareng lebih seru! Kita bisa komentarin bareng-bareng, kayak lagi di bioskop!"
"Baiklah." Lynn tersenyum, senyum yang jarang sekali terlihat. Senyum itu, seindah bunga sakura yang mekar di musim semi, menghiasi wajahnya yang biasanya dingin.
Di kamar Reina, aroma wangi lavender dan vanilla memenuhi udara. Kamarnya rapi dan bersih, terasa nyaman dan menenangkan. "Wangi kamarmu seperti toko kue!" seru Lynn.
"Wah... kamarmu rapi sekali, Reina..." Lynn kagum, suaranya berbisik pelan.
"Wajar sih... soalnya aku bangun lebih awal tadi. Aku juga rajin beberes, beda sama kamu yang suka menumpuk komik di mana-mana!" Reina tersenyum tipis, lalu membuka lemari belajarnya. Krek! Suara lemari yang terbuka, mengungkapkan isi di dalamnya: lemari pink yang penuh dengan manga dan komik. Lynn terkesiap melihatnya.
"Eh... banyak sekali manga dan komik di sini..." Lynn berdecak kagum, namun suaranya masih tertahan, takut terlihat terlalu antusias di depan Reina. "Ini koleksi pribadimu semua?"
"Kalau mau baca, baca saja dulu, aku akan mengambil laptopku sebentar." Reina berjalan ke meja riasnya, dihiasi boneka-boneka lucu yang menggemaskan. Klek! Suara laci meja rias yang terbuka. "Jangan sampai kamu baca semua ya, nanti nggak sempet nonton!"
Lynn mulai mengambil komik dan manga Reina. "Ha... apa ini? Banyak sekali! Ada manga 'Oshi no Ko'! Wah, ini yang lagi aku incer banget!" Antusiasmenya meluap, sikap dinginnya sirna seketika. Ia tertawa kecil, suara tawa yang ringan dan ceria. "Ini kayak surga bagi pecinta manga!"
"Yosh... ayok kita nonton bareng..." Reina kembali, terkejut melihat Lynn yang begitu bersemangat. "Eh, tunggu dulu! Jangan sampai kamu baca semua ya, nanti nggak sempet nonton!"
"Reina... aku ingin main di rumahmu setiap hari, boleh...?" Lynn duduk sambil memegang 'Oshi no Ko', suaranya penuh semangat, menunjukkan kegembiraannya. "Aku janji nggak akan baca semua komikmu!"
"Sangat boleh, Lynn..." Reina duduk di karpet putih bermotif bunga, meletakkan laptopnya. "Ayok... duduk di sini. Tapi inget ya, nonton dulu baru baca komik!"
Lynn segera bergabung dengan Reina.
"Season mana yang belum kamu tonton, Lynn?" Reina bertanya, suaranya lembut, tatapannya hangat dan penuh perhatian.
"Anu... aku belum nonton season tiga..." Lynn menjawab, suaranya masih sedikit dingin, namun ada kegugupan di dalamnya. Pipinya kembali merona.
"Yos... ayok kita tonton!" Reina membuka situs nonton anime 'Sword Art Online'. Tik tik tiK! Jari-jarinya lincah mengetik di keyboard laptopnya. "Siap-siap terhanyut dalam dunia virtual!"
Mereka berdua asyik menonton prolog anime tersebut. Wajah mereka berseri-seri, bahkan Lynn yang dikenal dingin, senyumnya tak kalah manis dari Reina. Suasana kamar dipenuhi kehangatan dan keceriaan. Sesekali mereka tertawa bersama, mengomentari adegan-adegan lucu dalam anime.
15 menit kemudian...
Tepat di tengah episode, tok tok tok! Suara ketukan pintu yang tiba-tiba, memecah kesunyian. Reina menjeda filmnya. "Wah, ada tamu nih! Semoga bukan tukang tagih hutang!"
"Siapa itu...?" Reina menghampiri jendela, mengintip ke luar. Jantungnya berdebar sedikit lebih cepat.
Lynn hanya duduk, menatap Reina dengan penuh rasa ingin tahu.
"Ha... Kei!! Ngapain sih dia pakai datang segala?!" Reina terkejut, wajahnya memerah. Ia terlihat sedikit panik. "Aduh, aku belum rapi nih!"
Lynn terkejut mendengarnya. "Ha... Kei?" Ia ikut mengintip. Kejutan lain menimpanya: Kei tidak sendirian, ada Kenzi dan Hanna juga! Wajah Lynn berubah pucat, ia merasa sedikit cemas dan tidak nyaman karena tidak suka keramaian. "Kok rame banget sih?" Kemudian, saat melihat Kenzi, wajah Lynn langsung menegang. Matanya menyipit sedikit, dan bibirnya membentuk garis lurus. "Kenzi...?" bisiknya, suaranya terdengar datar dan sedikit tegang. Ia tampak jelas tidak nyaman dengan kehadiran Kenzi. "Aku... aku nggak suka ramai..." lanjutnya, suaranya hampir tak terdengar.
Reina melihat wajah Lynn yang berubah. "Ada apa, Lynn? Kamu takut ketemu Kei?" Tanyanya, suaranya lembut, memperhatikan Lynn yang tampak gelisah.
"Tidak apa-apa, aku tak tahu bahwa temanmu banyak sekali..." Lynn masih mengintip, tampak sedikit tegang. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Aku lebih suka suasana yang tenang, bukan ramai-ramai kayak pasar!" Ia melirik Kenzi lagi, dan terlihat jelas ketidaksukaannya.
"Hanya mereka bertiga kok, ditambah kamu..." Reina menatap Lynn dengan senyum menenangkan. Ia berusaha untuk membuat Lynn merasa lebih nyaman. "Tenang aja, mereka orangnya baik kok!"
Di luar rumah Reina...
"Hai... Reina! Aku mau main di rumahmu!... Buka pintunya..." Hanna berteriak, mengetuk pintu dengan keras. Dug dug dug! Suaranya lantang dan riang.
"Hei, sudahlah, Hanna. Jangan memukul pintu rumah Reina dengan keras," Kei berkata datar, suaranya terdengar tenang namun tegas. "Nanti pintunya jebol, kamu yang ganti!"
Kenzi menambahkan dengan suara berat namun ramah, "Iya, sayang... Kamu mau ya, gantiin pintu rumah Reina dengan uangmu sendiri? Lagian, kamu nggak liat ya, ini rumah bukan tembok!" Ia menepuk kepala Hanna dengan lembut.
Hanna cemberut. "Kalian yang ganti dengan uang kalian..." Suaranya terdengar manja namun sedikit kesal. "Ih, pelit banget sih kalian!"
"Hadeh..." Kei menghela napas, melihat ke arah jendela kamar Reina. Ia terkejut melihat Lynn mengintip. Lynn yang menyadari hal itu, segera menjauh dengan ekspresi ketakutan. Ia merasa jantungnya berdebar kencang. "Siapa yang berada di dalam kamar Reina...tapi wajah nya, seperti nya aku kenal sama dia" gumam hati Kei.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments