Bab 18 : Kisah keluarga Kenzi dan Lynn.

Pintu terbuka dengan sentakan kecil. Reina, dengan senyuman lebar yang menerangi wajahnya, berlari kecil menyambut kedatangan mereka. "Hai, Kei! Hanna! Kenzi! Kalian datang juga!" sapa Reina, suaranya ceria seperti lonceng angin. Namun, senyumnya sedikit memudar saat tatapan Kei—dingin dan tajam seperti mata elang—menembusnya. Mata Kei seolah-olah membaca isi hatinya, membuat pipi Reina memerah, jantungnya berdebar kencang. "Kenapa kamu lihat aku seperti itu, Kei?" tanyanya, suaranya sedikit gemetar.

Kei hanya tersenyum tipis, senyum yang tak sampai ke matanya. "Hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja," jawabnya singkat, lalu pandangannya beralih ke Kenzi yang sedang kerepotan dengan plastik kresek besar berisi samar-samar bayangan kotak PlayStation 4 yang mengkilap. Reina mengerutkan kening, penasaran. "Kenzi, apa itu? Dan kenapa kalian bertiga membawa tas besar-besar seperti itu?"

Hanna, dengan semangatnya yang selalu meluap, langsung menjawab, "Reina, kan kamu pernah cerita Mama Papa kamu ada urusan di luar kota, dan besok libur sekolah? Kami bertiga mau menginap di rumahmu!" Kegembiraan terpancar dari wajahnya, membuat Reina merasa sedikit terharu.

Reina tercengang. Mulutnya terbuka sedikit, tak percaya. "Hah? Menginap? Di sini?" Wajahnya memerah lagi, kali ini karena campuran antara terkejut dan… sesuatu yang lebih. Diam-diam, ia memang menyimpan rasa pada Kei. Bayangan menginap bersama Kei di rumah, membuat jantungnya berdebar-debar tak karuan. "Ya… ya, boleh kok. Silakan masuk," jawab Reina, berusaha menyembunyikan kegugupannya.

Mereka bertiga masuk, dan aroma petualangan seakan langsung memenuhi rumah Reina. Kei, dengan tatapannya yang masih tajam, melirik ke arah kamar Reina. "Siapa yang ada di kamarmu, Reina?" tanyanya, suaranya datar seperti batu.

Reina menjawab dengan sedikit gugup, "Itu… Arisu Lynn, tetangga Kei."

Kenzi, yang selama ini diam, tiba-tiba bersuara, suaranya sedikit meninggi, "Lynn?! Dia sepupu aku!"

Reina mengerutkan kening, tak percaya. "Hah? Sepupu? Seriusan?"

Kenzi mengangguk. "Iya. Keluarga aku sama keluarga Ibu Lynn punya ciri khas mata berwarna merah. Itu tanda keluarga kita." Dia berkata dengan nada sedikit preman, tapi ada sedikit kelembutan di baliknya, terutama saat ia melirik Hanna.

Reina dan Hanna saling berpandangan, akhirnya mengerti. "Oh…" gumam Reina, masih sedikit terkejut.

Di dalam kamar, Lynn mengintip dari balik pintu, ketakutan. Kenzi, sepupunya, ternyata teman Reina. Ia merasa terjebak dalam situasi yang tak terduga. Reina yang melihat Lynn yang sedang mengintip Reina yang dan teman teman nya, berbicara dengan Kei, Hanna dan Kenzi, badan nya memutar, melihat ketiga teman nya, "Kalian... tunggu di sini sebentar... " ujar Reina berbisik dengan suara pelan. Kei, Kenzi dan Hanna hanya mengangguk. Reina pun masuk ke kamar nya. menutup pintu nya.

Lynn pun langsung berjalan ke arah Reina "Reina, aku… aku ingin pulang," bisik Lynn, suaranya bergetar. Kehadiran Kenzi dan teman-temannya membuatnya sangat tidak nyaman.

Reina menoleh ke arah Lynn, "Kenapa, Lynn? Kamu tidak suka dengan mereka?" tanyanya dengan lembut, berusaha menenangkan Lynn.

"Bukan… bukan itu… Aku hanya tidak suka ramai," jawab Lynn, matanya masih terpaku pada pintu.

Reina tersenyum lembut. "Tenang saja, Lynn. Mereka baik kok. Lagipula, Kenzi kan sepupu kamu. Tidak usah takut," ujarnya, berusaha menenangkan Lynn.

"Ha...dia bilang itu sama kamu barusan?" Lynn masih ragu, tapi akhirnya memutuskan untuk tetap tinggal. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Baiklah… aku tetap di sini," ucapnya, suaranya masih sedikit gemetar.

Reina tersenyum lega. Ia berharap Lynn bisa merasa lebih nyaman di sana.

Reina bersorak, "Kalian bertiga... kalian sudah boleh masuk!" Suaranya, sebuah ledakan energi yang dibungkus kelembutan, seperti kilat yang menyambar di tengah badai. Senyumnya, campuran petir dan embun, mencerminkan kegembiraan yang terancam oleh bayang-bayang ketakutan.

Kei membuka pintu, tatapannya seperti pisau es yang langsung menusuk Lynn yang meringkuk di balik Reina. Lynn, bayangan hidup dari trauma, kurus kering bagai kerangka yang terbungkus kulit, tulang pipinya menonjol tajam, mata cekung dan kosong, rambut kusut seperti sarang burung yang ditinggalkan. "Lynn... kenapa kamu bersembunyi di balik badan Reina...?" Suaranya, bukan sekadar dingin, tetapi menusuk tulang, seperti bisikan kematian dari neraka beku.

Lynn, pucat pasi seperti hantu, berusaha menjawab dengan suara yang nyaris tak terdengar, suara yang tercekik oleh keputusasaan. Bibirnya gemetar hebat, menunjukkan betapa rapuhnya dirinya. "Aa... aa.. aku... ga terbiasa berbicara dengan orang yang tidak pernah ku ajak bicara, aa.. aa.. aku tidak suka keramaian... " Matanya, dua sumur tanpa dasar yang siap menenggelamkan jiwa, mencerminkan keputusasaan yang mencekam. Tangannya gemetar hebat, kuku-kukunya pendek dan patah, seperti cakar binatang yang terluka parah.

Kenzi, dengan gerakan sigap yang dipenuhi kecemasan yang membara, berbisik pada Hanna, "Hanna... pegang ini sebentar," seraya menyerahkan plastik kresek dengan gerakan yang terburu-buru. Wajahnya, biasanya ceria, kini dipenuhi bayangan gelap—bayangan ketakutan dan keprihatinan yang mengerikan.

Kenzi mendekati Kei, tangannya mencengkeram pundak Kei dengan kuat, "Hei... kulkas... jangan berbicara dengan adik ku dengan suara dan tatapan yang menjengkelkan itu." Suaranya, bukan sekadar berat, melainkan sebuah gempa bumi kecil—suara yang mampu mengguncang jiwa. Amarahnya terpendam, namun di baliknya, terlihat percikan kepedulian yang menyala-nyala. Ia melangkah menuju Lynn, langkahnya penuh tekad, namun dipenuhi keraguan yang menggerogoti hatinya. Kenzi memperhatikan lingkaran hitam yang pekat di bawah mata Lynn, menunjukkan betapa kurangnya istirahat yang didapat adiknya, dan betapa dalamnya luka yang menggerogoti jiwanya.

Lynn, melihat Kenzi mendekat, tubuhnya menegang seperti patung yang terbuat dari es. "Hei... kau... jangan mendekati ku... Reina tolong aku... " Tangisannya meledak, suaranya diselingi isakan yang pilu, seperti ratapan jiwa yang tercabik-cabik. Tubuhnya gemetar hebat, bahu-bahunya naik turun dengan cepat, menunjukkan betapa terguncangnya jiwanya.

Reina, dengan wajah yang pucat pasi seperti mayat hidup, mencoba menghalangi Kenzi, "Kenzi... " Suaranya, lirih dan putus asa, seperti bisikan angin yang akan segera padam.

Kenzi, dengan nada yang lebih lembut, namun tetap tegas, berusaha menenangkan Lynn, "Percaya dengan ku... aku tidak akan kasar dengan adik kesayangan ku... " Suaranya bergetar, campuran antara kekhawatiran dan kasih sayang yang membuncah.

"Lynn... adik ku... bisa kah kita berbicara sebentar... aku mohon, dengar kan aku... " Kenzi meraih tangan Lynn, namun Lynn menepisnya dengan penuh amarah yang membara. Kuku Lynn yang pendek dan patah meninggalkan bekas merah di tangan Kenzi.

Lynn, dengan amarah yang membara bagai api neraka, menampar tangan Kenzi, "Jangan mendekat! Aku benci dengan mu dan keluarga mu! " Tangisannya seperti air bah yang menerjang bendungan, meluapkan kebencian yang membakar jiwanya. Kei, Reina, dan Hanna terpaku, menyaksikan adegan tersebut dengan perasaan yang tercabik-cabik. Rambut Lynn yang kusut seperti jerami menutupi sebagian wajahnya yang pucat pasi.

Lynn melanjutkan, suaranya dipenuhi rasa sakit yang amat dalam, "Kalau bukan karena papa kau, ibu ku masih hidup sekarang!, papa kau yang sangat najis, berselingkuh dengan wanita muda! mengapa dia tega membunuh mama ku sendiri karena mama ku telah memergoki papa mu selingkuh, ha....! " Tangisnya mengguncang ruangan, diselingi isakan dan jeritan yang menusuk kalbu. Reina menutup mulutnya, air matanya membanjir, Hanna tercengang, sementara Kei, dengan tatapan dinginnya yang tak tergoyahkan, mengamati situasi tersebut dengan penuh perhitungan. Lynn tampak kurus dan lemah, bahunya tampak menciut seperti hendak menghilang ke dalam dirinya sendiri. Tubuhnya gemetar hebat, menunjukkan betapa terguncangnya jiwanya.

Kenzi, dengan wajah yang tak terbaca—wajah yang menyimpan segudang emosi yang rumit dan gelap, memeluk Lynn erat-erat. Tatapannya datar, namun tangannya yang mengusap rambut Lynn dipenuhi kelembutan yang tak terbantahkan.

"Kalian jahat.... jahat... jahat! haa...! " Lynn memukul dada Kenzi dengan keras, kemudian tubuhnya lemas, membalas pelukan Kenzi. "Abang... aku sangat sedih... kenapa semua ini terjadi, kenapa papa mu membunuh ibu ku... aku... aku... tidak terima ibu ku di bunuh oleh papa mu... " Suaranya bercampur antara amarah yang membara, kesedihan yang mendalam, dan keputusasaan yang mencekam. Lynn tampak sangat rapuh, tubuhnya gemetar hebat, menunjukkan betapa terguncangnya jiwanya.

Kenzi, dengan suara yang bergetar hebat, berkata, "Adik ku... maaf kan aku... aku sangat cemas dengan mu... aku berusaha menghubungi kontak mu, tapi, nomor ku tidak aktif lagi... aku sangat cemas dengan mu dan perubahan mental kamu, Lynn, aku tau... cuman aku yang sangat mengerti dengan mu, tapi di saat nomor pesan ku terbaca dan nomor mu mendadak tidak aktif... aku sangat panik... aku pergi ke rumah mu dan kamu tidak membukakan pintu rumah nya. maafkan abang mu yang bodoh ini... "

Lynn merengek histeris di pelukan Kenzi, memukul-mukul dada Kenzi dengan penuh amarah. Kenzi tetap memeluknya dengan lembut, mengusap rambutnya dengan penuh kasih sayang yang tak tergoyahkan. Hanna membawa teh panas dari dapur, langkahnya tergesa-gesa, dipenuhi kekhawatiran.

Lynn, dengan suara yang nyaris tak terdengar, berkata, "Ibu... sk.. skk... aku kangen dengan mu ibu... " Ia melanjutkan, suaranya seperti bisikan dari alam kubur, "Di saat abang mengirim kan pesan terakhir, aku membuang Hp ku sampai hancur, aku tak tau apa yang harus ku lakukan.... aku sangat tertekan.... sangat... sk.. sk... "

Kenzi, dengan suara yang penuh kelembutan dan pengertian yang mendalam, berkata, "Lynn... ada abang mu di sini, aku akan menjaga mu, melebihi dari bibi Nene... jangan takut ya... abang tidak kuat melihat kamu tersakiti seperti ini... Lynn, kembali lah bermain bersama ku, bercerita dengan ku tentang kejam nya dunia ini, dan kembali kan lah senyuman ceria mu, walaupun berat untuk mengembalikan nya... "

Lynn memeluk Kenzi dengan erat, "Jangan pergi... bang Kenzi... dunia sangat kejam, jangan lepas kan pelukan ku... sk.. sk.."

"Iya... adik ku... aku ngerti... " Kenzi menyandarkan kepala Lynn di dadanya, mengusap rambutnya dengan penuh perhatian dan kasih sayang yang tulus. Reina, memegang erat tangan Kei, menyaksikan adegan tersebut dengan air mata yang membanjir. Kei, meskipun wajahnya tetap datar, seakan merasakan getaran emosi yang kompleks dan dahsyat di ruangan tersebut. Suasana dipenuhi tangisan yang menggema, kebencian yang membara, kasih sayang yang tulus, dan keputusasaan yang mencekam. Lynn, dengan tubuhnya yang kurus dan rapuh, tampak seperti bayangan yang terluka parah, sebuah korban dari kekejaman dunia.

Episodes
1 Bab 1: beginning
2 Bab 2: kembali bertemu setelah dua tahun.
3 Bab 3: perkenalan yang berarti.
4 Bab 4: Laki laki yang di kelilingi aura jahat, tapi tidak mematikan.
5 Bab 5 : maksud dari semua ini.
6 Bab 6 : pengalaman pertama yang sangat mengharukan.
7 Bab 7 : Reina dan sekolah.
8 Bab 8 : Masalalu Hikari Kei.
9 Bab 9 : Rahasia Terkuak di malam yang Tenang.
10 Bab 10 : Kedua masalalu yang saling terhubung.
11 Bab 11 : Kejadian lucu di dalam dapur di subuh yang sunyi.
12 Bab 12 : Gaun nan indah dan Reina.
13 Bab 13 : jas
14 Bab 14 : Acara pernikahan.
15 Bab 15 : Masakan untuk Kei.
16 Bab 16 : Arisu Lynn.
17 Bab 17 : Nobar bersama Lynn.
18 Bab 18 : Kisah keluarga Kenzi dan Lynn.
19 Bab 19 : Di dalam kamar Reina.
20 Bab 20 : Di halaman rumah Reina.
21 Bab 21 : Apa itu kebahagiaan?
22 Bab 22 : Spin the Wheel of Truth "part 1".
23 Bab 23 : Spin the Wheel of Truth "part 2".
24 Bab 24 : Spin the Wheel of Truth "part 3".
25 Bab 25 : Kemana.
26 Bab 26 : Persiapan yang matang.
27 Bab 27 : Menuju Osaka.
28 Bab 28 : Osaka.
29 Bab 29 : Pencarian di gudang.
30 Bab 30 : Dua anak berbahaya.
31 Bab 31 : Ada yang tidak beres.
32 Bab 32 : Cacian.
33 Bab 33 : Kembali.
34 Bab 34 : Apa yang terjadi sebenarnya?
35 Bab 35 : Ada apa sebenarnya di masa depan.
36 Bab 36 : Reina pulang.
37 Bab 37 : Rencana bodoh dan pintar.
38 Bab 38 : Perasaan spesial.
39 Bab 39 : Hadiah untuk Reina.
40 Bab 40 : Persiapan Kejutan.
41 Bab 41 : Kejutan dari Reina.
42 Bab 42 : Kejutan untuk Reina.
43 Bab 43 : Ucapan terimakasih.
44 Bab 44 : Bisikan bulan dan bintang.
45 Bab 45 : Tanda tanda hilang nya bulan.
46 Bab 46 : Merahasiakan dari Reina.
47 Bab 47 : Ketakutan Reina.
48 Bab 48 : Keterpurukan.
49 Bab 49 : Firasat di bawah bulan.
50 Bab 50 : Selamat tinggal, Yotami.
51 Bab 51 : Duka.
52 Bab 52 : Kalung bulan sabit.
53 Bab 53 : Tiga sahabat peduli Kei dan Reina!
54 Bab 54 : Penculikan Kei.
55 Bab 55 : Kesedihan masih membekas Reina.
56 Bab 56 : Merawat Kei.
57 Bab 57 : Jawaban iya atau tidak.
58 Bab 58 : Celina Andras.
59 Bab 59 : Reina dan Andras.
60 Bab 60 : Perkenalan.
61 Bab 61 : Pertarungan di mulai.
62 Bab 62 : Mata merah Andras.
63 Bab 63 : Persahabatan SMA.
64 Bab 64 : Kandidat calon ketua OSiS.
65 Bab 65 : Rumah keluarga Kei dan Andras.
66 Bab 66 : Peninggalan.
67 Bab 67 : Hadiah dari kakak ipar.
68 bab 68 : Diskusi tentang sekolah Kyoko.
69 Bab 69 : Kemarahan Andras.
70 Bab 70 : Cara licik dan tuduhan di depan umum.
71 Bab 71 : Pendukung.
72 Bab 72 : VMPK (Visi Misi Program Kerja)
73 Bab 73 : Pink Ayes Reina.
74 Bab 74 : Pink-eyed miracle!
75 Bab 75 : Pembagian Anggota inti OSIS.
76 Bab 76 : Emi, Earl.
77 Bab 77 : Rapat festival sekolah.
78 Bab 78 : Di jodoh kan demi bisnis.
79 Bab 79 : Cerita kan semua nya.
80 Bab 80 : Tercekik :v
81 Bab 81 : Janji Perlindungan.
82 Bab 82 : Konflik lama hadir kembali.
83 Bab 83 : Festival SMA Kyoko di mulai.
84 Bab 84 : Kekacauan.
85 Bab 85 : Akibat.
86 Bab 86 : Ketenangan Di Kyoko.
87 Bab 87 : Pemimpin tak terkalahkan.
88 Bab 88 : Lanjutan meriah Kyoko.
89 Bab 89 : Solo gitar.
90 Bab 90 : Tak terduga.
91 Bab 91 : Aku juga, dan dukungan dari Reina.
92 Bab 92 : Ryu dan Zerav.
93 Bab 93 : Cari aku. Ku ada untuk mu.
94 Bab 94 : Surat cinta untuk Andras.
95 Bab 95 : Melihat Ryu.
96 Bab 96 : Berusaha lah!
97 Bab 97 : Kembali ceria lah!
98 Bab 98 : Berlari.
99 Bab 99 : Yang di ingin kan.
100 Bab 100 : Astaga.
101 Bab 101 : Ular.
102 Bab 102 : Ancaman dan Teror.
103 Bab 103 : Kamu telah berubah.
104 Bab 104 : Bayangan masalalu.
105 Bab 105 : Hanna, Reina, Yotami...
106 Bab 106 : Kenzi, Lynn, Yotami...
107 Bab 107 : duka dan kenangan tentang mereka berdua.
108 Bab 108 : Menguntit.
109 Bab 109 : Mengalahkan rasa putus asa.
110 Bab 110 : Stadion Kuroku.
111 Bab 111 : Cinta dalam pertarungan.
112 Bab 112 : Pengakuan cinta di antara darah dan haru.
113 Bab 113 : Max, Yumi.
114 Bab 114 : Berlatih untuk konser.
115 Bab 115 : Undangan konser.
116 Bab 116 : Keinginan untuk berubah.
117 Bab 117 : Lirik lagu buatan Yumi.
118 Bab 118 : Joging.
119 Bab 119 : Pengumuman penting.
120 Bab 120 : Stadion Leisia.
121 Bab 121 : Penampilan YMEE BAND.
122 Bab 122 : Pertanyaan untuk YMEE.
123 Bab 123 : Selamat YMEE.
124 Bab 124 : Teror 2.
125 Bab 125 : Bertarung melawan api.
126 Bab 126 : Apa yang sebenarnya terjadi.
127 Bab 127 : Ingin menyelamatkan dia.
128 Bab 128 : Kita gagal.
129 Bab 129 : Berputar kembali.
130 Bab 130 : Berpikir kritis.
131 Bab 131 : Rencana untuk Kenzi dan Zerav.
132 Bab 132 : Rencana terakhir di mulai.
133 Bab 133 : Pertarungan melawan anak buah Danton.
134 Bab 134 : Dia lolos.
135 Bab 135 : Berhasil melewati putaran waktu.
136 Nan 136 : Surat.
137 Bab 137 : Rencana Kei dan Reina.
138 Bab 138 : Persiapan untuk menghadapi Danton.
139 Bab 139 : Izin Ina.
140 Bab 140 : Reiz, Tia.
141 Bab 141 : Leon Rombert.
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Bab 1: beginning
2
Bab 2: kembali bertemu setelah dua tahun.
3
Bab 3: perkenalan yang berarti.
4
Bab 4: Laki laki yang di kelilingi aura jahat, tapi tidak mematikan.
5
Bab 5 : maksud dari semua ini.
6
Bab 6 : pengalaman pertama yang sangat mengharukan.
7
Bab 7 : Reina dan sekolah.
8
Bab 8 : Masalalu Hikari Kei.
9
Bab 9 : Rahasia Terkuak di malam yang Tenang.
10
Bab 10 : Kedua masalalu yang saling terhubung.
11
Bab 11 : Kejadian lucu di dalam dapur di subuh yang sunyi.
12
Bab 12 : Gaun nan indah dan Reina.
13
Bab 13 : jas
14
Bab 14 : Acara pernikahan.
15
Bab 15 : Masakan untuk Kei.
16
Bab 16 : Arisu Lynn.
17
Bab 17 : Nobar bersama Lynn.
18
Bab 18 : Kisah keluarga Kenzi dan Lynn.
19
Bab 19 : Di dalam kamar Reina.
20
Bab 20 : Di halaman rumah Reina.
21
Bab 21 : Apa itu kebahagiaan?
22
Bab 22 : Spin the Wheel of Truth "part 1".
23
Bab 23 : Spin the Wheel of Truth "part 2".
24
Bab 24 : Spin the Wheel of Truth "part 3".
25
Bab 25 : Kemana.
26
Bab 26 : Persiapan yang matang.
27
Bab 27 : Menuju Osaka.
28
Bab 28 : Osaka.
29
Bab 29 : Pencarian di gudang.
30
Bab 30 : Dua anak berbahaya.
31
Bab 31 : Ada yang tidak beres.
32
Bab 32 : Cacian.
33
Bab 33 : Kembali.
34
Bab 34 : Apa yang terjadi sebenarnya?
35
Bab 35 : Ada apa sebenarnya di masa depan.
36
Bab 36 : Reina pulang.
37
Bab 37 : Rencana bodoh dan pintar.
38
Bab 38 : Perasaan spesial.
39
Bab 39 : Hadiah untuk Reina.
40
Bab 40 : Persiapan Kejutan.
41
Bab 41 : Kejutan dari Reina.
42
Bab 42 : Kejutan untuk Reina.
43
Bab 43 : Ucapan terimakasih.
44
Bab 44 : Bisikan bulan dan bintang.
45
Bab 45 : Tanda tanda hilang nya bulan.
46
Bab 46 : Merahasiakan dari Reina.
47
Bab 47 : Ketakutan Reina.
48
Bab 48 : Keterpurukan.
49
Bab 49 : Firasat di bawah bulan.
50
Bab 50 : Selamat tinggal, Yotami.
51
Bab 51 : Duka.
52
Bab 52 : Kalung bulan sabit.
53
Bab 53 : Tiga sahabat peduli Kei dan Reina!
54
Bab 54 : Penculikan Kei.
55
Bab 55 : Kesedihan masih membekas Reina.
56
Bab 56 : Merawat Kei.
57
Bab 57 : Jawaban iya atau tidak.
58
Bab 58 : Celina Andras.
59
Bab 59 : Reina dan Andras.
60
Bab 60 : Perkenalan.
61
Bab 61 : Pertarungan di mulai.
62
Bab 62 : Mata merah Andras.
63
Bab 63 : Persahabatan SMA.
64
Bab 64 : Kandidat calon ketua OSiS.
65
Bab 65 : Rumah keluarga Kei dan Andras.
66
Bab 66 : Peninggalan.
67
Bab 67 : Hadiah dari kakak ipar.
68
bab 68 : Diskusi tentang sekolah Kyoko.
69
Bab 69 : Kemarahan Andras.
70
Bab 70 : Cara licik dan tuduhan di depan umum.
71
Bab 71 : Pendukung.
72
Bab 72 : VMPK (Visi Misi Program Kerja)
73
Bab 73 : Pink Ayes Reina.
74
Bab 74 : Pink-eyed miracle!
75
Bab 75 : Pembagian Anggota inti OSIS.
76
Bab 76 : Emi, Earl.
77
Bab 77 : Rapat festival sekolah.
78
Bab 78 : Di jodoh kan demi bisnis.
79
Bab 79 : Cerita kan semua nya.
80
Bab 80 : Tercekik :v
81
Bab 81 : Janji Perlindungan.
82
Bab 82 : Konflik lama hadir kembali.
83
Bab 83 : Festival SMA Kyoko di mulai.
84
Bab 84 : Kekacauan.
85
Bab 85 : Akibat.
86
Bab 86 : Ketenangan Di Kyoko.
87
Bab 87 : Pemimpin tak terkalahkan.
88
Bab 88 : Lanjutan meriah Kyoko.
89
Bab 89 : Solo gitar.
90
Bab 90 : Tak terduga.
91
Bab 91 : Aku juga, dan dukungan dari Reina.
92
Bab 92 : Ryu dan Zerav.
93
Bab 93 : Cari aku. Ku ada untuk mu.
94
Bab 94 : Surat cinta untuk Andras.
95
Bab 95 : Melihat Ryu.
96
Bab 96 : Berusaha lah!
97
Bab 97 : Kembali ceria lah!
98
Bab 98 : Berlari.
99
Bab 99 : Yang di ingin kan.
100
Bab 100 : Astaga.
101
Bab 101 : Ular.
102
Bab 102 : Ancaman dan Teror.
103
Bab 103 : Kamu telah berubah.
104
Bab 104 : Bayangan masalalu.
105
Bab 105 : Hanna, Reina, Yotami...
106
Bab 106 : Kenzi, Lynn, Yotami...
107
Bab 107 : duka dan kenangan tentang mereka berdua.
108
Bab 108 : Menguntit.
109
Bab 109 : Mengalahkan rasa putus asa.
110
Bab 110 : Stadion Kuroku.
111
Bab 111 : Cinta dalam pertarungan.
112
Bab 112 : Pengakuan cinta di antara darah dan haru.
113
Bab 113 : Max, Yumi.
114
Bab 114 : Berlatih untuk konser.
115
Bab 115 : Undangan konser.
116
Bab 116 : Keinginan untuk berubah.
117
Bab 117 : Lirik lagu buatan Yumi.
118
Bab 118 : Joging.
119
Bab 119 : Pengumuman penting.
120
Bab 120 : Stadion Leisia.
121
Bab 121 : Penampilan YMEE BAND.
122
Bab 122 : Pertanyaan untuk YMEE.
123
Bab 123 : Selamat YMEE.
124
Bab 124 : Teror 2.
125
Bab 125 : Bertarung melawan api.
126
Bab 126 : Apa yang sebenarnya terjadi.
127
Bab 127 : Ingin menyelamatkan dia.
128
Bab 128 : Kita gagal.
129
Bab 129 : Berputar kembali.
130
Bab 130 : Berpikir kritis.
131
Bab 131 : Rencana untuk Kenzi dan Zerav.
132
Bab 132 : Rencana terakhir di mulai.
133
Bab 133 : Pertarungan melawan anak buah Danton.
134
Bab 134 : Dia lolos.
135
Bab 135 : Berhasil melewati putaran waktu.
136
Nan 136 : Surat.
137
Bab 137 : Rencana Kei dan Reina.
138
Bab 138 : Persiapan untuk menghadapi Danton.
139
Bab 139 : Izin Ina.
140
Bab 140 : Reiz, Tia.
141
Bab 141 : Leon Rombert.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!