Sesampainya di restoran Dream Island, Luna langsung menuju ke Lantai dua. Dia melihat ke sekeliling untuk mencari nomor meja yang telah di pesan oleh Alexa.
Dari kejauhan Luna melihat Alexa yang sudah menunggunya di meja paling ujung dekat balkon.
Alexa berdiri sambil menikmati segelas Anggur di tangannya. Pemandangan di restoran Dream Island sangat mengagumkan.
Dari lantai dua ini para tamu restoran bisa melihat hamparan taman yang dihiasi dengan bunga berwarna ungu dan putih di sekitaran kolam.
Kolam tersebut memiliki air jernih yang cukup Llluas dan di tengah kolam ada replica bukit, sehingga terkesan seperti sebuah pulau yang sangat indah.
Luna menghampiri Alexa, “Maaf sudah membuat anda menunggu, anona Alexa.”
“Nona Luna, sudah datang. Tidak apa-apa, menunggu di sini juga tidak membosankan. Kita bisa menikmati pemandangan ini. Indah bukan?" Alexa menaikkan alisnya.
Luna tersenyum, dia berdiri di samping Alexa, “Benar, ini mengagumkan. Pemilik restoran sungguh mempunyai ide yang cemerlang mendesign restorannya dengan konsep seperti ini.”
Alexa tersenyum mendengar jawaban Luna,
“Oh iya Nona Luna, saya belum memesan minuman dan makanan untuk anda, karena saya tidak tau selera anda.” ucap Alexa, lalu dia memanggil pelayan dan Luna memesan minuman dan cake stoberi.
Sembari menunggu pesanan mereka datang, Alexa memulai pembicaraan.
“Nona Luna, pasti bertanya-tanya kenapa saya ingin menemui anda secara pribadi.”
“Iya, itu cukup mengejutkan banyak orang. Tapi, saya yakin Nona Alexa pasti punya sesuatu hal yang baik untuk di bicarakan.” Luna tersenyum tenang.
“Hum, begini saja, Nona Luna cukup memanggil saya Alexa saja, tidak perlu dengan sebutan 'Nona' segala.”
“Boleh, kalau begitu anda juga cukup memanggil saya dengan Luna. Kita terlalu formal, lagian saya rasa kita ini seumuran. Bukan kah begitu?"
Alexa sekedar mengangkat kedua bahunya, "Bisa jadi, tqpi aku tidak akan berbicara tentang umur." Alexa menyesap anggurnya.
Luna tersenyum, perempuan memang terlalu sensitif perkara umur.
Di tengah perbincangan, pesanan merekapun datang, mereka mulai menikmatinya.
“Oh iya Alexa, kamu belum mengatakan tujuanmu untuk menemuiku” ucap Luna
“Itu sebenarnya hanya karena aku penasaran dengan kamu Luna.” ucap Alexa dengan wajah dingin.
Penasaran? hanya itu? Alis Luna sedikit berkerut. Luna tersenyum, dia melirik Alexa sejenak, "Benarkah?"
“Kamu pasti sudah mendengar dari orang-orang bahwa aku merupakan gadis sombong, berkuasa dan suka menindas orang lain. Setelah mengetahui itu, bagaimanakah penilaian mu terhadapku?” Alexa serius menanyai Luna.
Luna tersenyum, “Aku memang mendengar tentangmu yang begitu dari orang lain. Tapi, aku tidak bisa langsung percaya saja, karena kita tidak bisa membuat penilaian berdasarkan kata-kata orang lain. Belum tentu orang tersebut telah mengenalmu dengan baik. Meskipun di pesta itu aku juga sedikit gugup ketika berbicara denganmu, tapi aku tidak akan langsung menilai buruk dirimu pada pertemuan pertama.”
Alexa memegang tangan Luna, “Luna, terima kasih tidak menghakimi ku seperti yang lainnya.” ucap Alexa dengan dengan nada sedih tapi ada kebahagian terpancar di matanya.
Luna terkejut melihat Alexa yang seperti itu, dia mengedipkan matanya.
“Dulu aku memang orang yang seperti itu, aku sangat suka menindas orang lain. Dari kecil hingga masa kuliahku, tidak sedikit yang telah menjadi korbanku. Bahkan teman dekatku menjadi korban kesombonganku dan akhirnya tidak tahan dan meninggalkanku."
Alexa menghela napas berat dan lanjut berkata, "Sekarang aku sudah berubah, tapi julukan itu tidak lepas dariku. Meskipun sekarang orang terlihat baik di depanku, tapi di belakang mereka banyak menyumpahiku. Mereka mendekat hanya karena statusku. Aku tahu ini karma, tapi...” tangis Alexa pecah.
“Sudah jangan lanjutkan lagi, aku paham dengan perasaanmu. Memang sulit untuk mengubah pandangan buruk orang terhadap kita. Tapi, kamu juga tidak boleh menyiksa diri dengan penilaian orang tersebut. Yang terpenting sekarang kamu sudah berubah, apapun penilaian orang tentang masalalumu itu tidak penting." Luna memegang kedua tangan Alexa, dia menatapnya dengan lembut.
Dia melanjutkan, "Sekotor apapun masalalumu, masa depanmu masih belum ternodai. Ingatlah orang yang benar-benar tulus denganmu tidak akan mempermasalahkan masa lalu mu. Um?"
“Ternyata aku tidak salah menilaimu. Malam itu aku melihat kamu yang polos dan berinteraksi dengan orang-orang secara tulus. Oleh karena itulah aku tertarik padamu. Aku pikir kamu tidak akan mau menemuiku karena berbagai penilaian buruk orang padaku. Tapi, ternyata kamu memang tulus, kamu datang menemuiku meskipun aku mengajakmu bertemu bukan untuk urusan bisnis.” Alexa tertawa dalam tangisnya. Dia benar-benwr bahagia.
“Ingatlah Alexa, Tuhan tidak akan membiarkanmu sendiri. Jadi kamu jangan bersedih lagi.”
“Terima kasih Luna, aku beruntung bisa bertemu denganmu, jadilah temanku Luna. apa kamu bersedia?” tanya Alexa.
“Tentu saja aku mau menjadi temanmu.” jawab Luna dengan senyum yang tulus.
“Hari ini memang keberuntunganku.” Alexa mengusap air matanya, tapi bulir jernih itu malah semakin lancar keluar.
“Bukan hanya kamu, aku juga beruntung.” ucap Luna.
Mendengar ucapan Luna, Alexa langsung berdiri dan memeluk Luna.
“Sekali lagi terima kasih Luna. Sudah lama ku tidak merasakan kehangatan seorang teman.”
Luna tersenyum dan mengelus rambut Alexa yang berada di pelukannya.
Alexa melepas pelukannya, “Luna jika kamu suka restoran ini, kamu bisa setiap saat ke sini. Restoran ini milik kakak ku.” ucap Alexa dengan bersemangat.
“Kakakmu? Apa nama kakakmu Alexs Hou?” Tanya Luna spontan.
“Eh, kamu kenal kakak ku?” Tanya Alexa terkejut.
“Haha, aku baru-baru ini mengenalnya, kami menjalin kerjasama. Dia menjual lahan dan menjadi investor untuk proyekku.” Jelas Luna.
“Wah, ini seperti memang sudah di takdirkan. Bagaimana kamu biasa menaklukkan kakak ku? Kakak ku merupakan orang yang sulit untuk di dekati.” Alexa menatap Luna dengan serius dan penasaran.
"Benarkah? tapi aku tidak melakukan apa-apa.”
“Hum, sepertinya bukan hanya aku yang tertarik denganmu. Kakak ku sepertinya juga sudah melihat keistimewaan pada dirimu.” ucap Alexa.
Luna tertawa, "Istimewa apanya. Aku tidak sebaik yang kamu pikirkan Alexa. Aku juga mempunyai sisi yang buruk.” jelas Luna dengan santai.
“Haha, aku tidak peduli dengan hal itu. Oh iya hari sudah mulai gelap bagaimana aku mengantar kamu pulang.” Alexa menawari Luna.
“Tidak perlu, aku bawa mobil sendiri.”
“Sayang sekali. Um, tapi lain waktu apa aku boleh ke rumahmu Luna?” Tanya Alexa dengan penuh harap.
“Tentu saja boleh.”
“kamu memang yang terbaik.”
***
Di perjalanan pulang Luna senyum-senyum sendiri, karena dia tidak menyangka bahwa sifat Alexa sangat bertentangan dengan wajah dingin Alexa pada saat pertama kali bertemu.
Tiba-tiba Luna tertegun, Kedekatannya dengan Alexa hari ini membuat dia teringat dengan sahabatnya Hyena.
“Oh iya, Hyena apa dia sudah bisa di hubungi?”
Luna mengambil ponselnya lalu melakukan panggilan untuk Hyena.
Nomor Hyena sudah bisa di hubungi, dan Hyena menjawab telvon Luna.
“Yaa, kauu kemana saja Hyena? Kenapa sangat sulit menghubungimu? Kamu membuatku khawatir.” Luna langsung memborbardir.
“Haha, maaf, maaf. Akhir-akhir ini aku benar-benar sibuk. Sekarang aku di Brazil dan beberapa bulan ke depan aku akan semakin sibuk.” jelas Hyena.
“Sesibuk itukah, hingga tak mengabariku? Hyena nyawamu bukan hanya untukmu saja, aku di sini juga mengkhawatirkan nyawamu. Kamu bekerja begitu keras, aku khawatir kamu akan mati di usia muda.” ucap Luna karena saking kesalnya dengan Hyena.
“Kamu tidak perlu khawatir, aku tidak selemah itu. Luna, aku masih ada urusan lain. Aku akan menutup teleponnya.” ucap Hyena dan langsung memutuskan panggilan.
“Aikh, anak ini! berani-beraninya dia. Aku baru belum selesai bicara.” Luna sangat kesal.
“Tapi, aku merasa ada yang salah dengan Hyena. Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Apakah ada hal tak baik terjadi?” Luna berkata sendiri, entah kenapa hatinya masih belum nyaman.
“Nada bicaranya, kalimat terakhirnya terdengar sangat aneh. Hum, semoga tidak terjadi apa-apa. Mungkin hanya aku yang terlalu banyak berfikir.” Luna berusaha menenangkan dirinya.
Beberapa saat kemudian Luna berteriak.
“Tapi, anak ini benar-benar membuatku khawatir!”
Luna mengambil nafas panjang dan melajukan mobilnya dengan semakin kencang.
Sesampainya dirumah, Luna lansung memanggil pelayan.
“Apa bi Ina, sudah menentukan siapa yang melayaniku?”
“Sudah Nona, namaku Zhaon. Aku lah yang melayanimu mulai dari sekarang.” jelas pelayan Zhaon.
“Bagus, tapi pelayan Zhaon kamu masih terlihat muda.”
“Um, begitulah kira-kira." Zhaon tersenyum sungkan.
‘”Tidak apa-apa, jangan sungkan padaku. Aku harap kita bisa dekat dengan cepat. Oh iya, Zhaon apa kamu sudah mengetahui semua kebutuhanku?”
“Sudah Nona, kepala pelayan bi ina sudah memberikan catatan kebutuhanmu padaku."
“Baiklah, kalau begitu siapkan air panas untukku, jangan lupa wangian sesuai jadwal.”
“Baik, Nona.” ucap pelayan Zhaon dan segera melaksanakan tugasnya.
Luna meletakkan tasnya di kursi, lalu meregangkan badannya.
“Huh, lelah sekali hari ini." lalu merebahkan dirinya di sofa, serta menutup matanya.
Seseorang datang, “Nona Luna, apa anda ketiduran?” Tanya orang tersebut.
Luna langsung membuka matanya dan memperbaiki duduknya dengan benar, yang datang adalah Rangga.
“Tidak, aku hanya sedikit lelah dan beristirahat di sini sebentar.” jawab Luna dengan dingin.
Rangga mengangguk ringan, "Um, begini Nona, Tuan muda menyuruh saya untuk membawa anda untuk mencoba gaun yang akan Bona kenakan di pesta pertunanganan.” ucap Rangga.
“Bukankah aku sudah mengatakan padanya, aku tidak perlu mencoba gaun apapun. Siapkan saja, aku pasti akan memakainha. Aku tidak pilih-pilih.”
“Tapi Nona, kamu tahu Tuan Mark. Dia akan memarahiku jika aku tidak membawamu. Dia sudah menunggumu di mobil.” Rangga memelas.
“Itu masalahmu, bukan masalahku.” balas Luna sewot.
“Nona...” rengek Rangga.
“Kenapa kamu tidak bisa menurut saja padaku?” tiba-tiba Mark datang.
“Bukan aku yang tidak penurut, tapi kamu saja yang tidak menggunakan telingamu dengan baik. Aku sudah menyatakan ini dari awal, kenapa kamu masih memaksaku? Aku bilang tidak, ya tidak!” tegasnya.
“Jangan terlalu sering menguji kesabaranku Luna.” Mark mendekati Luna.
“Kamu mau apa? jangan mendekat!” Luna mundur beberapa langkah.
Dan yak! Mark menggendong Luna.
“Kamu ini apa-apaan. Aku belum mandi, Zhaon sedang menyiapkan air panas untukku. Aku mau mandi.” teriak Luna sambil meronta-ronta.
Tapi Mark tidak memperdulikan, dia tetap menggendong Luna ke mobil.
"Zhaon tolong aku!” teriak Luna.
Pelayan Zhaon yang di kamar mandi terkejut.
Eh kenapa aku merasa ada yang memanggilku?
“Ah mungkin hanya perasaanku saja." kemudian dia melanjutkan tugasnya.
Di luar, Mark memasukkan Luna ke mobil. Luna tetap berusaha kabur, dia membuka pintu mobil di sebelahnya, tapi tiba-tiba pengawal lainnya menghalanginya dari Luar.
“Kamu!berani sekali.” bentak Luna.
Mark dan Rangga juga masuk, lalu Rangga mengunci pintu mobil.
Maafkan aku, Luna. Rangga menghela napas, dan mulai menjalankan mobil.
“Kalian ini apa-apan? Ini namanya penculikan. Aku bisa saja melaporkan kalian ke polisi.” teriak Luna kesal.
“Mana ada orang yang percaya dengan perkataanmu.” jawab Mark.
“Bagaimana mungkin mereka tidak percaya, kalian benar-benar telah menculikku. Aku akan berteriak.”
“Berteriaklah, jika kamu ingin muncul lagi di berita utama. Seorang pria menculik wanitanya untuk mencoba gaun yang akan di gunakan di hari pertunanganan mereka. Haha, jika di pikir-pikir tema ini akan bagus, dan seluruh wanita di kota ini akan heboh. Memuji betapa romantisnya aku, dan betapa beruntungnya wanita itu.” Dia begitu membanggakan diri dan meledek Luna.
“Apa kamu gila? mana ada hal seperti itu. Yang namanya penculikan tetaplah perbuatan kriminal.” Luna semakin kesal.
“Kamu coba saja kalau kau tidak percaya.” Mark dengan sombong mengangkat kedua bahunya. Acuh tidak acuh.
“Menyebalkan!” Luna memalingkan wajahnya ke jendela.
Mark tersenyum puas, karena dia berhasil membuat Luna menyerah.
***
Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di tempat tujuan. Mark keluar dari mobil dan membukan pintu mobil untuk Luna, tapi Luna tetap diam.
“Hey, apa kau akan tetap di dalam?"
“Mark, aku malu keluar. Kamu lihat saja aku masih memakai baju kantor dan berantakan.” Luna sengaja mencari alasan.
“Kamu tak perlu malu. Jika kamu bergandengan denganku, Wlwajah tampanku akan menutupi kekuranganmu.” ucap Mark dengan percaya diri.
Hah? Luna benar-benar tidak percaya akan mendengar kalimat ini dari Mark, atau pendengarannya yang salah?
Dia menatap Mark dengan dahi berkerut dan bibir yang sinis.
“Kenapa kau masih tidak bergerak? Apa kamu ingin aku menggendongmu lagi?” Mark sudah menunduk untuk menggendong, dan Kuna cepat bergerak.
“Iya, iya aku akan keluar.” Luna bergegas keluar.
Mark meberikan isyarat agar Luna menggandeng tangannya.
"Ayolah Mark, kita tidak perlu melakukan hal kekanakkan begini.” Luna memutar matanya ke langit.
“Lakukan saja, hari pertunanganan kita semakin dekat. Sedikit lebih mesra akan semakin baik penilaian orang kepada kita. Aku tidak ingin orang-orang berfikir kalau aku memperlakukanmu dengan tidak baik.”
“Haha, perkataanmu sangat tidak masuk akal.” bantah Luna.
“Apa kamu ingin membuat tanganku kaku? Apa kau ingin membuatku malu Luna?” Mark sudah kesal. Luna selalu tidak menuruti kata-katanya.
Luna melakukan apa yang di suruh Mark dengan tidak Ikhlas.
“Kamu tersenyumlah, jangan cemberut.” bisik Mark.
“Hum.” Luna melihat ke arah Mark, Mark juga menatapnya dan menunjukkan senyumnya.
Mark mengedipkan matanya, “Ya, begitu lebih bagus.”
Entah itu ilusi, tapi Luna melihat telinga Mark sedikit memerah?
Apa dia gugup? atau tersipu?
Heh, begini saja dia sudah gugup, malah berani sok keren di depanku. Ini belum apa-apa, jika aku menunjukkan pesonaku. Mungkin kau akan mimisan.
Mereka memasuki store, sementara Rangga hanya menunggu mereka di luar.
Mark dan Luna di sambut dengan ramah,
“Silahkan sebelah sini, Tuan Mark.” ucap seorang pelayan.
Mereka mengikuti pelayan tersebut.
Luna melihat sekeliling, “Kenapa tidak ada orang lain sama sekali?” tanya Luna.
“Sekarang tempat ini khusus untuk kita sampai kita selesai.” ucap Mark dengan santai.
“Ya Tuhan, kamu tidak perlu melakukan hal seperti itu."
“Kamu itu putri tuan Aliester dan Aku Mark Rendra, sudah semestinya untuk berbelanja dengan nyaman.”
Mendengar perkataan Mark, Luna hanya menggelengkan kepalanya.
Setelah sampai pelayan mempersilahkan Mark dan Luna untuk duduk. Dua orang membuka tirai dan menunjukkan beberapa pakaian yang sudah mereka siapkan untuk Luna.
Luna mengerutkan dahinya dan melihat ke
arah Mark.
“Ini kenapa banyak sekali?”
“Sudahlah, kamu coba saja satu persatu, aku akan menilainya.” ucap Mark.
“Apa kamu ingin menyiksaku?” Luna kesal.
Mark hanya tersenyum.
"Mari ikuti kami ke ruang ganti, Nona." ucap seorang pelayan.
“Baiklah, tapi aku tidak perlu mencoba semuanya, kan? Aku akan memilih beberapa saja untuk di coba.” ucap Luna.
“Itu kita lihat saja nanti, aku yang akan menilainya untukmu." Mark tidak suka ditolak.
Mark berengsek!
Tangan Luna mengepal dengan kuat, lalu dia pergi bersama pelayan toko.
.
.
Beberapa saat kemudian Luna dari ruang ganti dengan memakain gaun yang sangat elegan dan mewah.
“Bagaimana sayang, aku rasa ini sudah cocok untukku.” Luna sengaja seolah dia sangat senang.
Mark melihat Luna, dan kagum dengan kecantikan Luna serta gaun yang dia kenakan. Tapi..
“Ini terlalu biasa, ganti!"
Luna cemberut dan kembali ke ruang ganti mencoba gaun yang lain.
Pakaian kedua.
“Warnanya terlalu mencolok, ganti!”
Pakaian ketiga.
“Ini terlalu terbuka, ganti yang lain!”
Pakaian ke 4, 5….12
“Ganti!”
“Ganti!”
“Ganti!” .....
Aishh! ini jelas sekali bakwa dia ingin mengerjaiku!
Luna keluar lagi dari ruang ganti, “Sayang aku sudah lelah, ini yang terakhir, ya? Aku rasa ini cukup cocok.” Luna membujuk Mark dan dia juga sudah kelihatan lelah.
“Baiklah sayang, aku jadi tidak tega melihatmu.” ucap Mark.
Tidak tega?! tidak tega?! dia sudah mau tahu tidak?!
Luna mengangkat sudut bibirnya dengan sinis.
“Bungkus semuanya, termasuk beberapa pakaian yang belum di coba, kirim ke rumah keluarga Aliester.” perintah Mark ke pelayan.
Hah? Jika semuanya akan di beli juga, buat apa kamu menyuruhnya mencobanya satu persatu di sini? Memang manusia yang sangat menyebalkan. Luna memutar matanya ke langit, jika bisa dia ingin mencekik Mark sekarang.
Mark melihat wajah Luna yang sangat kenal, dia merasa puas.
“Sayang untuk apa kamu membeli semua gaun ini. Jelas begitu banyak yang tidak kau sukai.” Luna tersenyum paksa.
“Karena ada beberapa gaun yang hanya boleh kau kenakan saat bersamaku.” ucap Mark menggoda Luna.
“Dasar mesum!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Rossi Dahlia
syuka...bgtt
2020-08-23
0
Elis Suhartini
luna jgn nyerah,lwn terus si mark.jgn biarkan dia mau menang sendiri
2020-01-22
2
Bundane Vianco Risky
laaanjuuut mkin seruuu
2019-12-19
3