Pagi hari di apartemen Hyena. Luna bangun, tapi matanya masih terpejam.
“Hyena, apa kamu belum bangun? Sebaiknya cepat bangun dan buatkan aku sarapan. Aku rindu roti bakar selai kacang hazelnut buatan mu.” rengeknya. Satu tangannya meraba-raba mencari Hyena di sampingnya.
Namun, Luna tidak menemukan Hyena. Dia meraba lebih jauh, masih juga tidak ada.
“Eh kok tidak ada, apa kamu berguling ke bawah ranjang Hyena?” Luna membuka matanya cepat, lalu merangkak melihat ke bawah ranjang.
“Di bawah ranjang juga tidak ada, apa dia sudah bangun. Um, baiklah aku akan bergerak.”
Luna bangkit dari tempat tidur, dia merapikan ranjang terlebih dahulu. Setelah selesai beres-beres dia menoleh pada jam dinding.
“Apa, jam 9? Aku tidur seperti orang mati saja, kenapa bisa bangun selama ini? Aku harus mencari Hyena. Mungkin dia sedang di ruang kerjanya. Tapi aku harus mencari minum dulu.” sambil berjalan sambil mengomel menuju dapur. Penampilannya masih acak-acakan, dia hanya melilit dan mencepol rambutnya dengan asal saja.
Luna keluar dari kamar, ruangan sudah rapi dan bersih, semuanya tertata rapi. Untuk merawat apartemennya Hyena hanya mempekerjakan seseorang untuk beres-beres setiap pagi hari saja.
Luna sampai di dapur, dia membuka kulkas mencari minum. Dia minum segelas air putih kemudian dia melihat memo di meja.
[“Luna, maaf. Aku tidak membangunkanmu, aku tidak tega, kamu terlihat kelelahan jadi aku pikir kau lebih baik istirahat dengan banyak. Pagi ini aku pergi menemui klienku, jangan khawatirkan aku. Aku sudah menyiapkan roti bakar selai kacang hazelnut kesukaanmu dan bubur dari yang dimasak oleh Bibi. Jika sudah dingin kamu bisa memanaskannya kembali. Kamu bersantailah. Jika bosan, keluarlah sejenak mencari angin. Aku akan pulang malam.”] tulis Hyena dalam memo itu.
Luna membuka penutup makanan, lalu tersenyum dengan apa yang dia dapati.
"Dia memang selalu memperhatikanku, dia selalu membuatku merasa nyaman. Lou Hyena kau memang sahabatku, tidak salah aku rela membagi kasih sayang papa dan mama padamu.
Sampai sekarang kamu masih merawatku seperti saudara, tak bisa di bayangkan jika kau tidak ada saat keadaanku seperti ini. ” Luna bergumam dengan senyum. Lalu dia duduk dan menikmati sarapannya.
Luna dan Hyena sudah berteman sejak sekolah menengah pertama. Sejak itu mereka selalu bersama. Tapi, suatu hari orang tua Hyena mengalami kecelakaan. Dan kecelakaan itu merenggut nyawa kedua orang tuanya.
Hyena berasal dari keluarga sederhana dan juga tidak ada keluarganya yang mau merawatnya. Oleh karena itu Luna membujuk Papanya untuk membawa Hyena ke rumahnya.
Mereka tumbuh bersama selama 3 tahun, saat Kelas 2 SMA Hyena ingin hidup mandiri. Entah apa yang membuatnya sangat bertekad untuk hidup mandiri saat itu, karena dia begitu bertekad, Papa Mama dan Luna terpaksa menyetujuinya.
Papa Luna berencana untuk menyediakan apartemen besar untuk Hyena saat itu, tapi dia menolak. Dia hanya meminta apartemen yang sederhana saja, dan meminta satu set komputer. Keluarga Luna menurut saja dengan keinginan Hyena.
Pada saat lulus, Luna memilih ke Prancis untuk melanjutkan studynya. Berbeda dengan Hyena yang tidak berniat untuk kuliah meski sudah di bujuk oleh Luna dan Papa Pamanya.
Dia bilang tidak ingin kuliah, dia hanya ingin melatih kemampuannya, dia tidak butuh kuliah. Dia menolak bantuan keluarga Luna.
Hyena sangat yakin akan pilihannya saat itu. Dan benar saja sekarang dia bisa menjadi sukses dengan menjadi hacker handal dengan bayaran yang sangat tinggi.
***
Di kantor, Mark sedang sibuk rapat. Rapat sudah berlangsung selasa 4 jam.
Stepanus memperhatikan Mark dengan raut wajah kesalnya.
“Kita lihat saja seberapa lama kau akan menikmati posisi ini Mark Rendra.” bisik hati stepanus dengan kesal.
Lalu Mark juga melihat ke arah Stepanus, mata mereka beradu.
“Ada apa? kenapa anda memandangi saya Tuan stepanus? apa wajah saya juga menarik anda?” sindir Mark
“Haha... anda berlebihan, Tuan muda. Anda begitu cekatan. Saya hanya berfikir Tuan Aliester sungguh beruntung memilih anda sebagai menantu dan pewarisnya.” Dalih Stepanus.
“Tentu saja mereka sangat beruntung telah mempercayai saya.” ungkap Mark dan kembali membaca berkas.
“Heh, kamu kira aku tidak tahu yang sebenarnya, kita Lihat saja. Kamu terlalu percaya diri.” gerutu Stepanus dalam hatinya.
Setelah selesai rapat Mark dan Rangga kembali ke ruang Presdir. Mark sedikit melonggarkan dasinya, lalu duduk di kursi kekuasaannya.
“Rangga, apa Luna akan benar-benar menghindariku?”
“Mark kamu cobalah menghubungi dia terlebih dulu. Dia pasti sudah sangat sakit hati akhir-akhir ini. Terlebih lagi setelah kejadian kemarin.”
“Baiklah. Tolong undur semua jadwalku hari ini. Aku akan mencoba menghubunginya” pinta Mark pada Rangga.
“Ok, aku akan mengurusnya.” Rangga keluar untuk meminta sekretaris untuk mengosongkan jadwal Mark hari ini.
Mark mangambil ponselnya, dia sudah mencari kontak Luna tapi belum melakukan panggilan.
“Apakah dia akan mengangkat telvonku?” Tanya hati Mark ragu.
“Argghh...sudahlah. Aku harus menghubunginya.” sambil melakukan Panggilan.
Tut tuutt!
1 panggilan, Luna tak menjawab telepin dari Mark.
“Sudahlah, dia memang tidak akan mengangkat teleponku. Untuk apa aku membujuknya?" Mark meletakkan ponselnya di meja dengan kesal.
Rangga kembali keruangan Mark, keningnya ikut berkerut melihat kening Mark yang berkerut karena kesal.
“Apa kamu sudah menghubungi Luna?” Tanya Rangga
“Sudah. Dia tidak menjawabnya." Mark menjawab dengan santai.
“Memangnya kamu sudah melakukan berapa panggilan?” teriak Rangga kesal.
“1 Panggilan, itu benar-benar merusak harga diriku. Berani sekali tidak menjawab telvonku.” balas Mark tak kalah kesal.
“1 Panggilan mana bisa di tunjukkan sebagai rasa bersalahmu. Kamu kesampingkanlah persoalan harga diri untuk sekarang ini.”
“Aku mana bisa seperti itu. Kalau dia marah, ya sudah marah saja sana. Aku tidak perlu membujuknya.” teriak Mark.
Rangga mengambil nafas panjang dan mengambil ponsel Mark yang terletak di meja.
“Hey! apa yang akan kau lakukan dengan ponselku?”
“Aku akan menggantikanmu untuk menelepon Luna. Kamu pria yang tidak bisa di andalkan.” ucap Rangga sambil melakukan Panggilan.
Panggilan tersambung, terdengar suara Luna di sana.
“Ada perlu apa kamu menelepon ku?”
Mark terkejut, kemudian Rangga memberikan isyarat agar Mark berbicara. Mark menolak sambil menggelengkan kepalanya.
“Kenpa tidak bicara? apa kamu mencoba mempermainkan aku lagi, baiklah ku tutup.”
Marena kesal Rangga memukul kepala Mark.
“Tunggu!” ucap Mark dengan terpaksa sambil menahan sakit.
“Apa kamu ada waktu, bisakah kita makan siang bersama?” Mark agak canggung.
“Aku sudah makan siang. Aku tidak ada waktu hari ini.” tolak Luna dengan dingin.
Luna saat itu sedang makan siang dengan seseorang di restoran Royal.
“Baiklah. Kalau begitu, Rangga kamu terima saja tawaran nona Zhan untuk makan siang denganku.” ucap Mark untuk memancing Luna sambil memberi kode ke arah Rangga.
“Baiklah. Aku tidak akan mengganggu. Ku tutup.” Luna berucap dengan santai.
Tutt!
Panggilan terputus.
“Eh, kenapa dia seperti ini? Ternyata dia lebih sangat menyeramkan bersifat dingin dari pada bertindak gila dengan teriakannya.” Ucap Mark
“Kenapa kamu bodohhh!” Rangga sangat kesal.
“Aku tidak bodoh. Aku akan meneleponnya lagi.” Mark menelepon Luna kembali.
Luna tidak menjawab, tapi Mark tidak menyerah kali ini. Berkali kali dia mencoba untuk tetap menelepon, karena dia masih kesal Luna memblokir nomor Mark.
“Nomor yang ada tuju tidak dapat di hubungi...” suara operator di sana.
“Sial, dia bahkan berani memblokirku.”Mark marah, lalu dia memandangi Rangga dengan tatapan tajam.
“Ini gara-gara kamu Rangga! dia jadi anggap enteng aku karena selalu mengganggunya.”
Rangga gelagapan, tapi dia mengangkat dagunya dan berusaha terlihat tenang, “Maaf, tapi aku rasa aku tidak salah. Kamu saja yang banyak tingkah ketika dia mengangkat telepon tadi.” Rangga memebela diri.
“Kamu masih berani menyangkal ku?! siapa yang memaksaku untuk menghubunginya?” teriak Mark.
“Baiklah, baiklah, aku salah. Aku yang salah." Rangga hanya bisa mengangguk dengan kasihan.
\=Restoran Royal \=
“Maaf Nyonya Xi, ponselku mengganggu pembicaraan kita.”
“Tidak apa-apa, mungkin ada hal mendesak, kenapa kamu tidak mengangkatnya?” Nyonya Liang Xi sangat ramah bertanya.
“Itu bukan orang penting, aku sudah memblokirnya. Agar tidak mengganggu lagi.” jelas Luna.
“Haha.. baiklah. Kamu kejam juga Luna.” gurau Nyonya Liang Xi. Luna hanya tersenyum.
“Aku akan membantumu untuk membangun relasi dengan pemilik saham lainnya, seminggu lagi aku akan mengadakan pesta. Datanglah, disana kamu dapat mendekati mereka.” kata Nyonya Xi ambil memberikan undangan kepada Luna.
“Aku pasti akan datang, Nyonya.” Luna menerima undangan, dan melihatnya sejenak.
“Aku ada urusan lain, harus segera pergi. Jadi untuk selanjutnya aku akan mengabarimu.” jelas Liang Xi.
“Baiklah. Terima kasih atas kerja samanya, Nyonya Xi.” Luna berdiri sambil mengulurkan tangan.
Nyonya Liang Xi menjabat tangan Luna, “ Jangan sungkan Luna, jika ada kesulitan lain hubungi saja aku. Ini tidak sebanding degan bantuan Papa mu padaku.”
Luna mengangguk, lalu mereka keluar bersama dan berbincang dengan hangat seperti ibu dan anak.
“Aku pergi dulu Luna, jangan Lupa dengan pestanya. Dan jangan panggil aku Nyonya lagi. Panggil saja Bibi, lebih akrab.”
“Baik, Tante” jawab Luna dengan senyum.
Nyonya Xi memeluk Luna kemudian masuk ke mobilnya dan berlalu pergi.
Luna mengambil nafas panjang, "Syukurlah, semuanya berjalan lancar. Aku harus mengumpulkan kekuatan untuk melawan Mark Rendra. Tapi, sekarang aku belum punya ide untuk menangani Tuan Stepanus. Sebelumnya pembicaraanku dengan Stepanus juga belum mencapai kesepakatan. Sepertinya aku harus membuat goncangan dulu untuknya. Agar dia bisa goyah sehingga bersedia bekerjasama denganku." Luna berpikir sambil menggigit bibir bawahnya.
Luna kemudian memanggil taxi untuk kembali ke apartemen Hyena.
Luna melamun sambil melihat ke jendela, tatapannya kosong. Hari ini dia beruntung bisa mengelabui orang-orang Mark, tapi tidak tahu untuk selanjutnya.
Pria itu terlalu ketat, benar-benar bikin repot saja.
Ponsel Luna bergetar memecahkan lamunannya.Panggilan dari Hyena, dia segera menjawabnya.
" Halo Hyena, apa kamu sudah pulang? aku dalam perjalanan ke apartemenmu. Apa aku perlu membeli makanan untukmu?” Tanya Luna.
“Tidak perlu. Luna sepertinya aku masi tidak pulang malam ini. Banyak yang harus aku kerjakan. Maaf aku tidak bisa menemanimu.” jelas Hyena dengan nada bersalah.
“Haha.., kamu ini masih saja menganggapku seperti anak kecil yang manja. Kamu pasti sangat sibuk. Aku tidak akan mengganggumu. Tapi ingatlah, sesibuk apapun kamu tetap jaga kesehatanmu. Apa kamu mengerti?” ucap Luna menasehati sahabatnya.
“Tentu saja. Luna aku harus menutup telvonnya, bye” ucap Hyena dan menutup telepon begitu saja.
“Sekarang aku sendirian. Pasti akan membosankan. Sebaiknya aku pulang ke rumah untuk mengambil peralatan lukisku dan aku juga harus membawa mobil. Si brengsek itu pasti belum kembali dari kantor, jadi aku tidak akan bertemu dengannya." Luna menggerutu sendiri.
“Pak putar balik ke perumahan the sky.” ucap Luna ke supir taxi.
Sesampainya dirumah, Luna langsung bergegas masuk dan bibi Ina menyambutnya.
“Nona akhirnya anda pulang, aku sangat mengkhawatirkanmu.” Bi Ina terlihat sangat lega.
“Aku hanya pulang sebentar untuk mengambil peralatan lukisku. Jangan laporkan ke si berengsek Mark itu kalau aku pulang.” ucap Luna dingin sambil menaiki tangga menuju ruang Lukisnya.
”Kenapa Nona Luna menjadi sangat dingin?" bisik para pelayan.
Beberapa saat kemudian Luna turun,
“Bi Ina, aku akan membawa mobil, tolong katakan pada si berengsek Mark itu untuk tidak mengirimkan lagi mata-matanya untukku. Itu benar-benar membuatku merasa tidak nyaman.” sambil berkata sambil berjalan keluar. Dia benar-benar dingin dan acuh.
Luna meminta pengawal untuk mengeluarkan mobilnya dari basement, tapi pengawal tersebut menolak.
“Nona, Tuan muda sudah berpesan, anda tidak boleh mengemudi. Kami bisa mengantarkan Nona kemanapun.” jelas pengawal tersebut.
“Hah, kalian sangat berani melawan kata-kataku. Mobilku, aku membelinya sendiri tidak ada sedikitpun uang Tuan kalian yang ku pakai untuk membeli mobil itu.” bentak Luna.
“Maaf Nona, kami hanya menjalankan perintah.” jawab pengawal tersebut.
“Baiklah. Jika kalian tidak mau, aku bisa mengeluarkannya sendiri." Tidak mau berdebat lagi, Luna melewati pengawal berjalan menuju basement.
Pengawal tersebut menarik tangan Luna, Luna menangkisnya dengan tidak sabar.
“Kalian jangan mengikutiku, apalagi menyentuhku. Siapa kalian berani sekali berbuat seperti ini terhadapku?” tatapannya yang sangat marah.
Kali ini Luna benar-benar tidak tahan lagi, pengawal tersebut membatu dan membiarkan Luna mengambil mobilnya.
Luna mengeluarkan mobilnya, dan meminta pengawal mengambil peralatan lukis yang sudah dia siapkan untuk dimasukkan ke dalam mobil.
“Nona, berhati-hatilah saat mengemudi." ucap pengawal tersebut.
“Kalian tidak perlu mengkhawatirkanku.”
Luna menjalankan mobilnya, tapi ketika di gerbang, dari arah yang berlawanan mobil Mark juga datang.
“Mark itu mobil Luna, apa dia pulang untuk mengambil mobilnya?” mata Rangga sedikit menyipit.
“Hah, apa yang telah dia lakukan sehingga pengawal bisa membiarkannya membawa mobil. Hadang jalannya!” perintah Mark.
“Baiklah.” Rangga menghadang mobil Luna.
“Aishh! kenapa si berengsek ini cepat sekali pulang. Aku sungguh tidak ingin bertemu dengannya.” Luna sudah menggertakkan gigi.
Mark keluar dari mobilnya, dan mengetuk kaca mobil Luna.
Tok, tok!
Luna diam saja, tidak memperdulikan Mark.
“Nona Luna, kenapa kamu membatu di dalam? apa kau ingin aku memecahkan kaca mobilmu?" ancam Mark.
Luna membuka kaca mobilnya, tapi dia tidak melihat ke arah Mark.
Sudut mulut Mark sedikit terangkat, lalu berkata, “Nona Luna, anda hendak kemana? kenapa kelihatan tergesa-gesa sekali?”
“Tuan, saya bosan di rumah. Saya ingin sedikit jalan-jalan.” jawab Luna dengan santai, tapi tetap tidak menatap Mark.
“Kamu baru saja kembali, aku tidak mengizinkan mu keluar, sekarang lebih baik kamu kembali ke rumah.”
Luna sudah bisan dengan nda perintah ini. Dia mendengus dan sedikit tertawa, “Anda tidak ada hak memerintah saya. Saya bebas melakukan apapun yang ingin saya lakukan.” tegas Luna
“Luna, kamu menurutlah. Saat ini kau belum bisa melawanku...” belum selesai Mark menyelesaikan kalimatnya, Luna memotong kalimat Mark.
“Apa? Apa yang ingin kamu ucapkan? Apa kamu akan mengamncamku lagi dengan orang tuaku lagi? Hah, kamu memang luar biasa!” Luna menatap Mark dengan penuh kebencian dan bertepuk tangan.
Luna keluar dari Mobilnya, “Mark aku sangat membencimu!” ucap Luna sambil berjalan kembali ke rumah.
.
.
Selepas perdebatan tadi, Luna menenangkan diri di taman, tidak ada yang berani mendekat dan menanyainya. Karena mereka tahu suasana hati Luna benar-benar sedang tidak baik.
Para pelayan dan bi Ina hanya memperhatikan Luna di balik kaca.
Luna duduk di kursi yang tersedia di taman. Dia merebahkan kepalanya dan memejamkan matanya denga cukup lama. Ketika dia membuka mata dia sudah melihat Mark yang sedang memandanginya. Dia menutup matanya,
Sial! aku bahkan berhalusinasi.
Luna marah di dalam hatinya, sambil menggeleng-gelengkan kepala dan membuka matanya kembali, tapi dia masih melihat Mark yang memperhatikannya.
Apa ini nyata? Luna membesarkan matanya.
“Haha.. kenapa kamu melihatku seperti melihat hantu?” suara itu sangat renyah, membuat Luna langsung mengetab bibir.
Benar-benar sial!
“Kamu lebih menyeramkan daripada hantu tau tidak” jawab Luna sambil berdiri dan pergi, tapi Mark menahan tangannya.
Luna menarik tangannya kembali, “Kamu apa mau mu?" tanya Luna dingin.
“Duduklah, kita bicara baik-baik. Aku akan menjelaskan mengenai kedekatanku dengan nona Zhan.” nadanya sangat lembut.
“Aku tidak butuh penjelasan apapun. Kita hanya akan menyelenggarakan pertunanganan palsu untuk memperkuat kepercayaan public padamu. Pemberitaan mengenai kamu dan Zhan Sherlok juga tidak akan berkembang, jika kamu lebih pintar untuk menghindari paparazzi untuk selanjutnya, aku tidak akan berkomentar apapun. Dengan begitu, publick akan melupakan pemberitaan itu dan menganggapnya hanya sebuah isu belaka. Reputasiku juga akan kembali membaik.” setelah kalimatnya, dia berjalan meninggalkan Mark di taman.
Aku sudah memutuskan dan aku harus bertindak, walaupun ini akan menyakiti perasaanku sendiri.
Sekali lagi Luna meyakinkan hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Gabrielle
next
2022-08-15
0
Seny Hasan
👌👌😊
2020-08-06
0
Bundane Vianco Risky
neext
2019-12-19
2