Pagi hari Luna dan Mark berangkat ke perusahaan. Seperti biasa, suasana didalam mobil tetap canggung.
“Karena Luna juga disini jadi aku tidak bisa menanyai Mark tentang semalam.” bisik hati Hati Rangga kecewa. Ah, gagal bergosip.
Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di perusahaan, sebelum turun dari mobil, Mark memperingatkan Luna, "Luna ingatlah, sekarang statusmu adalah sebagai calon tunangan ku.” nada bicaranya terdengar dingin.
“Tapi, di kantor aku adalah asisten mu. Tenang saja, aku tidak akan mengecewakanmu. Atau haruskah kita bergandengan tangan saat di kantor?” goda Luna.
"Jangan kekanak-kanakan.” Mark keluar dari mobil.
Luna mencibir, dia juga segera keluar dari mobil. Dia dan Mark berjalan berdamoingan dan diikuti oleh Rangga di belakang.
Karyawan yang perpapasan dengan mereka selalu menunduk memberi hormat. Namun, ada juga yang bisik-bisik selepas meraka menjauh.
“Wahh.. lihatlah Tuan muda dan Nona Luna terlihat sangat serasi. Tuan muda sangat tampan, dan Nona Luna sangat cantik, aku jadi iri.”
“Iya aku juga iri. Aku juga ingin berada di posisi Nona Luna.” jawab yang lainnya.
Meskipun dari kejauhan, mereka tetap saja mendengarnya. Ketika di dalam lift, Luna langsung menggerutu.
“Orang-orang di resepsionis, aku rasa kita perlu menggantinya.”
Rangga melirik Luna dan berkata, “Maaf Nona, aku tidak tahu itu akan mengganggu anda.”
“Mereka hanya memuji kita, kenapa harus memecatnya.” Mark malah tidak masalah dengan ini.
“Tidak hanya suka bergosip, tapi mereka juga memiliki penilaian yang buruk.” celoteh Luna.
Mendengar ucapan Luna, Rangga menjadi khawatir.
Apa maksudmu Luna? apakah sekarang kamu sedang memancing kemarahan Mark?
“Mengatakan aku cantik, itu memang hal yang tak bisa di pungkiri.” kata Luna dengan sombong.
“Ya ampun Luna, yang benar saja. Kenapa aku selalu ada diantara mereka dalam situasi ini?” celoteh Rangga dalam hatinya dengan kesal dan juga khawatir.
Mendengar kalimat Luna, Mark mengerutkan dahi, “Jadi menurutmu aku tidak tampan?”
Luna menahan tawanya, "Aku tidak bilang itu, loh.” dalih Luna dengan santai, lalu dia tersenyum tipis setelahnya.
Ting!
Pintu lift terbuka.
"Kita sudah sampai.” ucap Rangga dengan canggung.
“Disaat seperti tadi, syukurlah pintu lift terbuka tepat waktu. Tuhan memberkatiku.” bisik hati Rangga lega.
***
Dihari pertama Luna menjadi asisten, Mark sudah mulai mengerjai Luna. Dia meminta Luna untuk mengurus semua dokumen yang bertumpukan, menyiapkan semua berkas- berkas penting dan masih banyak tugas lainnya.
Pada saat istirahatpun Luna tidak sempat untuk makan siang, karena saking banyaknya berkas-berkas yang harus diurusnya. Sementara Mark dan Rangga pergi keluar untuk menemui klien.
Jam sudah menunjukkan Pukul 4 sore,
“Akhirnya.... aku menyelesaikan semua berkas berkas ini. Tapi kemana perginya si berengsek itu, kenapa belum kembali juga. Dia bahkan tidak meneleponku untuk makan siang.” nadanya sangat marah dan kesal.
“Tapi, tidak apa-apa setidaknya aku mendapatkan beberapa informasi dari berkas-berkas ini. Untuk selanjutnya aku harus bekerja keras lagi.” Raut wajah Luna terlihat bahagia.
Perut Luna berbunyi.
“Oh.. aku sangat lapar. Aku akan memesan beberapa makanan. Aku tidak bisa menunggu sampai dirumah.” dia berucap dengan lesu sambil menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi.
Beberapa menit kemudian pesanan Luna datang. Melihatnya saja sudah sangat lezat, dia akan menghabiskan semuanya. Saatnya balas dendam. Haha...
Beberapa saat kemudian Luna sudah selesai makan. Di meja, kotak makanan sudah kosong.
“Hoaaam... kenapa aku jadi sangat rakus. Huh, akan sangat memalukan juka orang lain mengetahui ini. Aku harus membereskannya.” Dengan cepat dia membereskannya.
Setelah selesai beres-beres Luna memeriksa ponselnya. Berharap si Tuan muda menghubunginya.
“Hah, tidak ada pesan satupun. Sepertinya dia tidak akan menjemputku. Aku akan pulang dengan taksi.”
Dia terus menggerutu dengan kesal, dia tidak terima diperlakukan seperti ini.
Ketika hendak memasuki lift, Luna mendengar sebuah percakapan. Langkahnya terhenti dan dia melihat ada sebuah ruangan dengan pintu sedikit terbuka. Luna mengintip dan menajamkan pendengarannya.
"Aku tidak suka dengan presdir baru kita. Dia begitu sombong. Kitab harus mencari cara untuk menyingkirkannya!"
Mendengar percakapan tersebut Luna menjadi sangat tertarik. Dia semakin menajamkan pendengarannya.
Akhirnya, dia menemukan orang yang bisa dia ajak kerja sama. Tapi dengan siapa pria itu berbicara? Ah, sudah itu tidak penting. Tuan Stepanus, kenapa dia tidak memikirkannya dari awal. Dia harus segera pergi sebelum mereka melihatknya.
***
Sesampainya di rumah, bi Ina menyambut Luna, "Nona sudah pulang, tapi kenapa Nona sendirian saja?” Tanya bi Ina sambil menolehkan pandanganannya keluar.
Hah, bi ina memang sudah berubah. Dia lebih mempedulikan si berengsek itu ketimbang aku.
“Mana aku tahu kemana perginya si berengsek itu. Jika kamu khawatir lebih baik kau hubungi Tuanmu itu.” dengan nada sindiran dan berjalan melewati bi Ina.
Bi ina terkejut dengan respon Luna yang sangat menohok itu.
“Nona Luna memang sudah salah paham padaku.” ucap bi Ina dengan sangat menyesal.
“Oh iya , bi Ina tolong siapkan air panas dengan taburan bunga mawar untukku.” perintah Luna dengan menghentikan langkahnya.
“Baik, nona.”
***
Di kamar mandi, Luna sangat menikmati rendaman air mawar kesukaannya di iringi dengan music yang keras. Dia memutar lagu secara acak, ketika lagu gembira dia gembira, ketika lagu sedih dia ikutan sedih, dia begitu menikmati lagu tersebut hingga ikut hanyut dalam suasana.
Setelah puas berendam Luna langsung berpakaian dan merebahkan diri di ranjang.
“Aku masih sangat kenyang, aku rasa tidak perlu ikut makan malam. Jadi aku cukup menghubungi bi ina untuk tidak menggangguku. Sekarang melihat wajah bi Ina saja sudah membuatku kesal. Apa lagi si berengsek itu. Malam ini aku cukup beristirahat saja dan memikirkan rencanaku selanjutnya.”
***
Keesokan harinya,
Luna makin disibukkan dengan berbagai berkas di kantor. Luna menjadi sangat kesal, sumpah serapah tak luput dari mulutnya.
“Si berengsek itu kenapa seperti menghindariku, pagi ini aku bahkan tidak bertemu dengannya. Aku pikir dengan menjadi asistennya, aku bisa selalu mengikuti dia kemanapun dan bisa mendapatkan berbagai informasi penting. Tapi ternyata Rangga sudah cukup untuk menemaninya kemanapun.” Saking kesalnya Luna berbicara dengan menggertakkan giginya.
Hari berikutnya pun masih sama Luna masih disibukkan dengan kertas dan kertas dia sangat jarang bertemu dengan Mark. Hari-hari seperti itu berjalan selama dua Bulan.
Mark semakin dingin kepadanya dan tidak bicara bahkan basa basipun tidak ada. Mark hanya sibuk siang dan malam, dan sering ke luar negeri untuk perjalanan bisnis.
Di ruang presdir saat jam istirahat, Luna sedang menikmati makanannya. Luna lebih sering makan di kantor dan hanya membeli pesanan antar ketimbang makan di luar, karena dengan begitu dia lebih menghemat waktunya.
Siang itu Mark kembali ke kantor, ketika hendak memasuki ruangannya dia melihat pintu sedikit terbuka dan mengintip. Dia melihat Luna yang hanya makan pesanan antar hatinya tertegun.
*Dia gadis yang sudah biasa hidup mewah, tapi tak masalah dengan makanan seperti itu, padahal begitu banyak di restoran mewah di sekitar sini. Sesibuk itukah dia? Tapi sesibuk apapun setidaknya makan di katin kantor.
Kantin kantor tak kalah mewah dari restoran terkenal. Dia begitu semangat, sebegitu besarkah keinginannya untuk membalasnya*?
Begitu banyak pertanyaan yang terlintas dipikiran Mark.
Dia mengurung niatnya untuk masuk dan menelepon Luna.
“Halo, Tuan Mark, aku pikir kamu tidak punya waktu untuk menghubungiku.”
“Apa kamu sudah makan siang” Tanya Mark basa basi.
“Kamu tidak perlu mengkhawtirkanku, aku selalu makan dengan baik.” jawab Luna dengan sedikit kesal.
“Aku hanya ingin memberitahumu, malam ini kita makan di Luar. Ada hal yang penting yang ingin ku bicarakan denganmu.” mematikan telepon.
“Mark berengsek! lagi-lagi dia mematikan telepon ketika aku belum selesai bicara. Dia hanya memerintah saja, tanpa menanyakan apakah aku bersedia atau tidak.”
Kemudian ponsel Luna bergetar lagi.
1 pesan masuk
Mark: Kamu jangan menyumpahiku karena kesal.
“Eh. kenapa dia tau? jangan-jangan dia…???” Luna merinding, dan mengusap tengkuknya.
"Tidak mungkin. Apa dia seorang psikopat, kenapa dengan satu pesan darinya membuatku merinding.” Kemarahan Luna semakin meledak.
Mark yang berada di balik pintu hanya tersenyum puas melihat Luna seperti itu. Kemudian dia beranjak pergi meninggalkan Luna yang sudah menggila karena ulahnya.
Mark keluar dari lift dan mendengar orang-orang di repsionis bergosip.
"Akhir-akhir ini aku sering melihat kurir antar makanan memasuki kantor kita."
"Iya, aku juga melihatnya, aku pernah melihatnya. Dia bertanya dimana ruangan presdir."
"Benarkah? wah ini berita besar."
"Tapi aku pikir tidak mungkin Tuan muda yang memesan, dia sering tidak di kantor akhir-akhir ini."
"Jadi maksudmu, Nona Luna yang memesan? Hah, tidak di sangka. Orang kaya dan secantik dia makan makanan seperti itu."
"Jaga ucapanmu, nanti kamu dapat masalah."
Seperti kata Luna, mereka sangat senang bergosip. Sepertinya aku harus mendisiplinkan mereka.
Ditengah asyiknya mereka bergosip, mereka melihat Mark lansung diam dan memberi memberi salam. Wajah mereka sangat ketakutan.
***
Di ruang Presdir Luna masih sangat kesal.
“Huh, gara-gara si berengsek aku jadi tidak nafsu makan.” Luna menaruh makanannya.
“Makan malam? Apakah aku perlu membeli gaun?,larrghhh... tidak perlu, untuk apa aku berdandan untuk si berengsek itu. Tapi aku Luna Aliester tidak boleh juga terlihat buruk. Tidak apa-apa membeli gaun, anggap saja aku berdandan untuk diriku sendiri.” Luna menggerutu tidak jelas dan membereskan semua makanannya kemudian pergi membeli gaun.
Hari ini Luna pulang lebih awal, meskipun dia kesal tapi sepertinya dia ada kebahagian yang terpancar di wajahnya. Entah apa yang membuatnya senang hari ini.
***
Malamnya Luna sedang berdandan di depan meja rias.
“Aku tidak perlu ke salon untuk merias diri, cukup dengan riasan sederhana ini, aku sudah terlihat luar biasa. Jika aku jatuh miskin, sepertinya bukanlah hal yang besar bagiku. Aku sangat bisa menghemat uang, hehe.” gurauan Luna untuk memuji dirinya sendiri.
Luna yang masih sibuk dengan dandanannya, sementara Mark sudah menunggunya di bawah.
“Kenapa dia lama sekali.” ucap Mark sambil melihat jam tangannya.
“Tuan, itu Nona Luna sudah siap.” kata bi Ina.
“ Wahhh... cantik sekali” puji para pelayan ketika melihat Luna.
Luna hanya berdandan sederhana, memakai gaun berwarna putih, riasan tipis, dengan rambut yang biarkan terurai. Tapi dengan pesona yang dimiliki Luna, akan membuat siapa saja berdecak kagum melihatnya.
Luna yang berjalan menuruni tangga dengan anggun terlihat seperti putri kerajaan. Sangat mengagumkan.
Semua mata memandanginya, tak terkecuali Mark dan Rangga. Mark memandangi Luna cukup lama, menyadari hal itu bi ina pura-pura batuk untuk menyadarkan Mark dari lamunannya.
“Ehm.. hemm.. karna kamu sudah siap. Mari kita segera berangkat.” Mark melirik jam tangannya.
“Rangga ayo berangakat.” sambil menarik Rangga yang masih memandangi Luna.
Luna mengikuti Mark “Si berengsek ini benar-benar tidak tau bagaimana cara memperlakukan wanita ya?!” celoteh Luna.
Di dalam mobil seperti biasa masih dalam suasana canggung, mereka hanya saling berbicara dan mengumpat dalam hati mereka masing-masing.
Sesampainya di restoran XX mereka langsung turun dari mobil dan Mark mendekati Luna memberikan isyarat untuk menggandeng tanggannya.
Luna menatap dengan heran.
“Jangan salah paham, ingat banyak mata yang memperhatikan kita di sini.” bisim Mark.
“Haha.. aku sangat paham tuan Mark."
“Si brengsek ini benar-benar pandai mengelabui banyak orang.” bisik hati Luna dengan kesal.
Pelayan mengantar mereka ke tempat yang sudah di pesan oleh Mark. semuanya sudah disiapkan dengan sempurna. Setibanya di tempat yang sudah dipesan oleh Mark, Luna terkejut.
“Kenapa tidak ada orang, apa kamu menyewa 1 lantai ini?” tanya Luna bingung.
Mark hanya tersenyum dan mempersilahkan Luna duduk.
Luna duduk, tapi ekpresi wajah Luna tampak tidak senang.
“Kenapa, kamu tidak suka?” tanya Mark.
“Aku suka, hanya saja ini ini terlalu berlebihan.”
Menyewa 1 lantai di restoran mewah yang disuguhi pemandangan malam yang indah dengan kelap kelip lampu. Dari kita bisa melihat keindahan kota, hidangan mewah, dan di iringi alunan music.
Sungguh makan malam yang sangat mengagumkan. Akan sangat membahagiakan jika ku lalui dengan orang yang dicintai. Kuna tiba-tiba merasa sedih.
Sebelumnya, Luna juga sudah mengalami hal seperti ini, dulu Jiang He seniornya mempersiapkan sebuah makan malam yang sangat romantis untuk menyatakan perasaannya kepada Luna.
Tapi Luna menolaknya, dia tidak ingin menyakiti lebih jauh hati Jiang He. Karena dia tidak yakin dengan perasaannya terhadap Jiang He, apakah dia menyukai Jiang He karena cinta ataukah hanya karena rasa kagumnya terhadap seniornya itu.
Bukankah akan sangat menyakitkan menjalin hubungan sepasang kekasih tapi hanya cinta sepihak?
Berita Luna menolak Jiang He tersebar di seluruh kampus. Walaupun begitu Jiang He tidak marah. Dia tetap baik dan malah semakin melindungi Luna. Padahal pasti sangat memalukan dan melukai harga dirinya.
Melihat wajah Luna yang murung, Mark menyuruh untuk menghentikan musik, lalu menyuruh orang-orang itu pergi. Sekarang hanya mereka berdua di ruangan itu.
Luna masih terlihat murung sambil memandangi keindahan malam kota Beijing.
Mark menatap Luna dengan dalam. Dia ini hanya berdandan sederhana, kenapa bisa terlihat sangat mengagumkan malam ini, tapi kenapa terlihat murung? Mark mulai terganggu dengan keheningan Luna.
Sesaat kemudian Mark tefokus pada kalung Luna. Dia melihat Luna selalu memakai kalung ini, siapakah yang memberikannya?
“Hem hemm.." Mark berusaha memecahkan lamunan Luna, tapi tidak berhasil.
Mark memegang tangan Luna, “Apakah kamu sangat tersentuh dengan makan malam ini Nona Luna?”
Luna menarik tangannya, “Tidak juga, hanya saja aku teringat seseorang.”
Apakah Luna mempunyai seorang kekasih?
“Apakah seorang kekasih?” dia memperhatikan wajah Luna menunggu jawaban.
“Hanya seorang Kakak. Jika dia kekasihku, pasti dia sudah membunuhmu saat mengetahui berita rencana pertunanganan kita beberapa waktu lalu.”
Hanya seorang kakak membuatmu semurung ini? heh!
Mark berhenti mencari tahu dan menyuruh makan.
Mereka makan dengan sangat tenang, hidangan pertama telah selesai. Lanjut dengan minum anggur yang sangat mahal yang sangat langka.
“Aku tidak bisa minum.” tolak Luna.
“Benarkah? Aku tidak tahu. Apa mau yang lain?” Tanya Mark.
“Tidak, air putih saja cukup.” jawab Luna.
Hmm..benar gadis yang aneh, banyak orang mencicipi anggur ini. Tapi, dia menolak dengan mudah. Apa dia benar-benar tidak bisa minum?
“Luna pertunanganan kita akan diadakan satu bulan lagi.”
“Iya aku tahu.” jawab Luna singkat.
Mendengar jawaban acuh tidak acuh Luna, Mark merasa tidak senang
Kenapa gadis ini sangat pandai membuatnya marah?
“Begitu saja?” Tanya Mark.
“Terus harus bagaimana? Harus aku mempersiapkan diri? Mempersiapkan gaun dan lainnya? Mark ini hanya pertunangan Palsu. Kamu minta saja orangmu mengurusnya. Aku tidak akan banyak tingkah, aku tidak akan menolak. Karena, karena... walaupun aku menolak, aku tidak bisa melakukannya, kan?”
Mark sangat tidak senang melihat respon Luna.
“Luna, aku membawamu ke sini bukan untuk mendengar keluhanmu. Aku hanya ingin kamu tidak bertingkah lagi. Kamu pikir aku tidak tahu akhir-akhir ini kamu sering menemui laki-laki lain.” Bentak Mark dengan sangat marah.
Luna sangat terkejut mendengar perkataan Mark, hingga dia menumpahkan minumannya.
Luna berdiri, “Aku perlu ke toilet dulu.”
Tapi Mark berdiri melepas jasnya, menarik tangan Luna, mendorong Luna ke kaca dan menahan tangan Luna dengan sangat kuat dan tatapan yang sangat menakutkan.
Melihat sikap Mark seperti ini, Luna sangat takut dan khawatir.
Deg!
.
.
.
Apakah yang akan terjadi selanjutnya???? mari tunggu episode berikutnya ya READER
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Aurora
Sy jg ga bisa minum anggur..yg ada muntah2...enakan air putih.
2022-08-15
0
Seny Hasan
🤣🤣🤣
2020-08-06
0
Putry
mark kasar2 perhatian 😅
2020-03-29
1