Pagi hari luna sudah bersiap-siap, kemudian turun ke lantai bawah untuk sarapan. Semua mata tertuju pada Luna karena penampilannya.
“Tidak disangka Nona Luna begitu cantik. Semalam saku tidak begitu memperhatikannya.” ucap seorang pengawal.
“Jaga matamu kalau tidak Tuan muda mencongkelnya.” jawab pengawal lainnya memperingati.
“Hehe, aku hanya bergurau.”
Ini memang pertama kalinya Luna dengan style seperti itu. Biasanya dia hanya memakai pakaian longgar untuk kenyamanannya selama melukis, memakai stelan simpel ketika dan dress yang tidak begitu mencolok.
Tapi kali ini berbeda, Luna mengenakan stelan elegan berwarna putih dipadukan dengan rok span yang ketat sehingga memperlihatkan lekuk tubuh indahnya.
Luna memang merupakan gadis cantik dengan mata bulat besar dan bersinar. Hidung medium dan bibir bervolume yang mempesona. Bentuk tubuh indah dan kaki jenjang dengan tinggi 164cm.
Di ruang makan ada pria itu yang sudah memulai sarapannya. Luna duduk tepat di hadapan pria itu, tanpa melihat pria ataupun menyapa. Menyadari hal itu pria tersebut tersenyum dan dan mengangkat alisnya.
“Sepertinya kamu cukup semangat dihari pertamamu.” dia memulai percakapan.
Luna hanya diam dan tetap memakan sepotong roti dan meminum sedeguk susu. Setelahnya baru bersuara, “Terimakasih pujiannya Tuan muda.” Luna tersenyum cerah, tanpa beban.
Melihat respon Luna seperti itu, Bi Ina dan pelayan lainnya sedikit terkejut.
“Tak disangka nona Luna begitu ramah.” bisik salah satu pelayan baru.
“Tapi aku merasa ada yang tidak beres.” kata Bi Ina curiga. Bi Ina sebagai orang yang mengasuh Luna sedari kecil sangat tahu bagaimana tabiat Luna.
“Oh iya, kamu belum memperkenalkan diri semalam. Siapa namamu?” Tanya Luna dengan santai.
Pria tersebut mengerutkan keningnya, "Kamu seharusnya mencari tahu tentang atasanmu dihari pertamamu kerja.” suara sangat tenang, tapi sampai di telinga Luna seperti nada ejekan.
“Hah, apaan? Ya sudah kalau begitu aku akan memanggilmu brengsek saja.” Dia tersenyum dan tetap tenang.
“Berani sekali, kamu akan mendapat konsekuensinya.” suara itu terdengar mengancam.
“Oh begitu?! um, baiklah,” Luna melihat kearah seorang pengawal dan memanggilnya dengan siulan. Sikap ini tidak ubahnya seperti seorang berandalan.
Pria di depannya sampai mengerutkan alis melihatnya.
“Kakak pengawal, bisakah kalian memberitahuku siapa nama Tuan kalian?” Dia tersenyum.
Walaupun Luna tersenyum, tapi keadaannya terasa mencekam.
“ I-itu, Tuan Muda Mark Rendra.” salah satu dari mereka menjawabnya.
“Baiklah, Kakak pengawal kembalilah ke tempatmu.” Pengawal tersebut membalikkan badan dan pergi.
“ Pengawal mu sepertinya sakit, dia berkeringat dingin. Kamu harus memperhatikan bawahan mu lho, Tuan muda Mark Rendra.”
Mendengar perkataan Luna, pelayan dan pengawal lainnya menjadi menahan tawa.
“Aku berkeringat hanya karena melihat mata Nona Luna dari jarak dekat dan memanggilku dengan sebutan Kakak. Kalian jangan mengejekku.” jelas pengawal tersebut pada temannya.
“Kamu begitu perhatian, Nona Luna.” Mark tersenyum.
Luna meminum susunya. Tiba-tiba dia tersedak dan batuk. Lalu...
Byurrr!
Dia menyemburkan susu dalam mulutnya tepat ke wajah Mark Rendra.
Semua pengawal dan pelayan terkejut dengan keberanian Luna. Mereka ternganga.
“Sudah ku duga, Nona Luna pasti bertingkah.” Bi Ina menggelengkan kepala.
“Maaf, aku tidak sengaja. Akhir-akhir ini aku kurang sehat.” Luna seolah merasa sangat menyesal.
Semua orang melirik Mark, jantung mereka sudah berdegup sangat kencang. Saking takutnya melihat ekspresi Mark saat ini, mereka menundukkan kepala.
Mampulah! selesai sudah!
“Kau harus jaga kesehatanmu."
Eh! siapa sangka Mark sangat tenang.
Dia lanjut berkata, "Jika tidak kau akan banyak kehilangan yang berharga bagimu.” nadanya mengancam, dia berdiri dan beranjak pergi membersihkan diri.
Luna mengambil nafas panjang dan tersenyum puas, karena dia bisa mengerjai Mark Rendra hari ini.
“Lihat ekspresi, Nona Luna. Sepertinya dia sengaja membuat tuan muda marah.” bisik salah satu pelayan.
“Iya berani sekali.” pelayan baru lainnya. Mereka mulai bergosip
“Hush, diam.” Bi Ina mengisyaratkan untuk berhenti bergosip.
Luna yang mendengar itu hanya tersenyum, tapi seketika wajahnya terlihat murung.
Mark Rendra, dia pernah mendengar keluarga itu. Dia harus menyelidikinya, apakah mereka berkhianat kepada Papanya. Tapi, dia harus mendapatkan kembali ponsel, laptop dan mobilnya terlebih dahuu.
Sementara itu Mark Rendra telah selesai mengganti pakaiannya dan berjalan langsung keluar. Menyadari itu, Luna segera mengejar Mark Rendra dan mengikutinya di belakang.
“Tuan Mark, bisakah sata mendapatkan barang-barang saya kembali?”
“Nanti ku pikirkan.” jawab Mark Rendra dengan dingin.
Luna merasa pria ini berubah menjadi gunung es. Mungkin dia kurang lembut. Baiklah, dia akan lebih lembut.
Luna berjalan lebih cepat dan berdiri Mark didepannya, "Begini Tuan, ponselku, aku sangat membutuhkan itu sekarang.” kali ini benar-benar lembut dan memasang mode imut.
Melihat tingkah Luna, Mark membuang muka dan tersenyum kecil, tapi dengan cepat dia merubahnya.
“Baiklah, nanti di kantor kamu akan mendapatkan kembali barang-barang mu, tapi tidak dengan mobilmu. Ku bisa berangkat denganku.” tetap dingin, dan dia segera mengambil arah lain dan melangkah pergi.
Luna terdiam, bingung dan mengedipkan matanya.
Apa itu artinya pergi dan pulang, dia dalam mobil yang sama dengannya?
“Apa kamu tetap membatu di sana, segera berangkat.” sorak Mark.
Luna tertegun dan segera mengikuti Mark dari belakang.
Baiklah. Itu tidak terlalu buruk, yang penting dia mendapatkan ponselnya.
...
Di perjalanan di dalam mobil terasa sangat canggung.
“Hem hem.” Luna mencoba mencairkan suasana.
“Apa tenggorakanmu masih tidak nyaman?”
Apa dia khawatir? heh, perhatian dengan cara yang dingin. Apa dia tidak merasa aneh? Luna mencibirnya di dalam hati.
Dia melihat kearah Mark, “ Tidak, aku baik-baik saja.”
Mark diam, kemudian mengalihkan wajah ke jendela.
Dia hanya ingin memulai pembicaraan. Tapi, mengapa Mark mengira kalau dia benaran sakit. Tadi juga berpura-pura batuk hanya untuk mengerjainya, ternyata cukup mudah menipu seorang tuan muda, haha.. Luna terkekeh dalam hatinya.
Sesampainya di perusahaan Luna dan Mark jalan bersamaan. Diruang *r*esepsionis, para karyawan berbaris menyambut kedatangan mereka.
“Pagi, Tuan muda.” serentak dan membungkukkan badan mereka.
“Tuan Mark, ternyata anda bertindak dengan sangat cepat, dulu mereka adalah orang-orang keluarga Aliester. Sekarang aku seperti tak terlihat oleh mereka.” nadanya kesal dan sakit hati yang tidak bisa di sembunyikan.
“Jika kamu ingin terlihat kembali oleh mereka, maka kamu harus pintar dan kalahkan aku."
Mendengar ucapan itu, Luna sangat marah hingga menggertakkan gigi, "Sombong sekali.” ucap Luna pelan. Meskipun pelan Mark tetap mendengarnya dan dia hanya tersenyum.
Begitulah dunia mempermainkan kita, ketika kita berkuasa semua orang akan datang menjilat, tapi ketika kita kehilangan segalanya mereka akan buang muka bahkan menghina kita.
Tapi dengan begitu kita bisa melihat siapa kawan dan lawan kita sebenarnya.
Yakkk! Begitulah kehidupan didunia kerja, mereka hanya akan mendekati yang berkuasa. Untuk di kantor dia memaklumi ini, tapi di luar akankah mereka tetap mengabaikannya?
Sesampainya di depan pintu ruangan Presdir, seorang perempuan membukakan pintu dan mempersilahkan masuk.
Tapi, Luna berhenti seolah kakinya terasa berat untuk memasuki ruangan itu. Bagaimana tidak, biasanya ketika dia masuk ruangan ini, dia selalu melihat Papanya dengan gagah dan elegan duduk di kursi yang di dambakan oleh semua orang.
Namun, sekarang yang akan dia lihat adalah pria licik yang telah merampas semuanya dari keluarganya.
Semua kenangan diruangan itu terputar bagaikan sebuah kaset yang telah di mainkan dipikiran Luna. Membawa Luna larut dalam ingatan tersebut.
Akankah aku bisa mengembalikan posisi Papa?
“Apakah kamu akan terus berdiri disana?” Mark memecahkan lamunan Luna.
Luna menghela nafas kemudian menggigit bibir untuk menguatkan dirinya. Luna melangkah masuk dan dia berdiri di depan Mark yang sudah duduk di kursi kekuasaannya.
“Tuan Mark posisi apa yang akan kau berikan padaku untuk melawanmu?”
“Sekretaris ku.” Mark tersenyum jahat.
“Apa? sekretaris mana bisa aku gunakan untuk melawanmu?” Luna marah dan tidak senang.
“Lantas kamu mau apa? Jadi wanitaku?”
Luna tertawa dengan keras, "Haha, tak disangka ternyata tuan Mark menggodaku di hari pertama kerja.” dia menatap Mark tajam diakhir kalimatnya.
Mark tidak senang dengan perkataan Luna, dia berjalan mendekati Luna, "Bukankah cara itu bisa lebih memudahkaan mencapai tujuanmu?” wajahnya sangat dekat dengan Luna, sehingga beradu tatapan dengan sangat intens.
Luna tersenyum dan memalingkan wajahnya, “Aku tidak tertarik.”
Mark hanya mengerutkan dahi, lalu dia mengeluarkan ponsel dibalik jasnya, "Ini milikmu.” dia meletakkannha di atas meja, "Sekarang pelajarilah apa yang harus kamu kerjakan sebagai sekretarisku.” setelah kalimatnya dia berjalan keluar.
“Apa kamu benar-benar menjadikanku sekretarismu?” tanya Luna dengan lantang dan kesal.
Langkah Marka terhenti, tanpa menoleh dia menjawab, "Mengapa? Tidak puas? Kalau begitu terima saja tawaranku!” lalu dia meninggalkan ruangan.
“Brengsek dia meninggalkanku begitu saja. Sekretaris? Heh.. beraninya dia.” Luna mengumpat kesal.
“Tidak, aku tidak mau mengurus si brengsek itu.” baru beberapa menit, dia sudah frustasi menghadapinya.
“Ponselku.” dia mengambil ponselnya dengan semangat.
“Sekarang lebih baik aku mencari tahu apa yang sebenarnya.”
Luna berjalan dan menutup pintu dengan sangat keras.
***
Disisi lain, Mark Rendra dalam perjalan menuju villa.
“Rangga, apakah ada perkembangan mengenai Jhon?”
“Belum Mark, mungkin akan sangat sulit bagi kita mencari infornasinya sekarang, karena dia sudah memalsukan kematiannya.”
“Jika begitu tambah orang kita untuk menyelidiki perihal ini.”
“Aku mengerti."
Suasana menjadi hening, Rangga melirik Mark dari spion tengah. Rangga merupakan teman dekat Mark masa perkuliahan, hingga saat ini dia masih setia dengan Mark. Jika di ibaratkan, Rangga sudah seperti perangko yang selalu lengket dengan Mark.
Meskipun dia sebagai bawahan Mark, itu tak masalah baginya. Bahkan dia sendiri yang menawarkan diri untuk menjadi bawahan Mark, agar selalu bisa menemani sahabatnya itu.
Walaupun mereka teman dekat, Rangga sangat professional. Dia tetap memanggil Mark dengan sebutan Tuan muda atau Tuan Mark ketika dalam bekerja.
“Mark boleh aku menanyakan sesuatu.” ucap rangga memecah keheningan.
“Bicaralah.”
“Kenapa kamu membantu keluarga Aliester?”
Membantu?
Mark sedikit mengerutkan bibir. Lalu berkata, “Entahlah, aku hanya ingin memastikan sesuatu.” tetap tenang dan mengarahkan pandangannya keluar jendela.
Rangga sangat paham dengan perasaan Mark, sebenarnya ia tahu ada suatu hal yang berusaha disembunyikan oleh Mark darinya. Makanya dia memancing Mark untuk bercerita. Tapi, dia tidak akan memaksa Mark. Dia mengerti, mungkin belum saatnya dia mengetahuinya.
“Rangga, maaf akhir-akhir ini aku sudah sangat merepotkanmu. Apakah tidurmu nyenyak pada malam hari.” suasana berubah sedikit melo.
“Hahaha.. Mark kau jangan memperlakukan aku seperti anak kecil. Kamu tahu aku adalah orang yang sanggup tidak tidur berhari-hari. Apakah kau masih ingat, dulu sewaktu kau sakit akulah yang merawatmu, aku tak bisa tidur berhari-hari karena kau selalu memegang tanganku dan sesekali menendangku. Kamu bahkan memanggilku Ibu.” dia bercerita dengan semangat.
“Hahaha, benarkah? Aku ingin membuang ingatan itu.”
“Kenapa? Apa kamu malu karena saat itu kamu benar-benar menjijikkan. Kamu pernah ingin menciumku, apa kamu mengira aku adalah seorang wanita cantik?" Rangga semakin senang mengejek Mark.
“Aku rasa, aku tak pernah melakukan itu, hahaha.." dia menendang kursi Rangga karena malu dan kesal, hingga Rangga sedikit hilang kendali.
“Mark aku belum siap mati. Aku belum menemukan cinta sejatiku. Dan juga harus memberikan ibuku seorang cucu.” celoteh Rangga dengan gelagapan mengendalikan setir.
“Apakah kamu sudah berfikir untuk berkencan sekarang?” Mark bertanya, lebih tepatnya mengejek, sih.
“Haha..entahlah.”
Sepanjang perjalan di penuhi gelak tawa mereka dengan saling mengejek dan mengingat masalalu.
Begitulah hubungan yang hangat diantara mereka berdua, mereka saling menguatkan dan saling menghibur diri.
***
Luna di ruang presdir sibuk searching mencari tahu apa penyebab berpindahnya kepemilikan perusahaan Papanya. Tapi, tidak ada satupun artikel yang ia dapatkan dengan jelas.
“Apakah si brengsek itu telah menutup mulut media untuk memberitakan ini?” pikir Luna.
“Aku bahkan sudah menghubungi temanku, mereka juga tidak pernah mendengar berita ini. Sepertinya tidak banyak yang mengetahui hal ini.”
Luna mengambil nafas panjang. “Aku ingin menghubungi Kak Jiang He, tapi aku takut mengganggunya.”
Tok, tok, tok!
Seseorang datang mengejutkan Luna.
“Tuan Mark-nya ada?” Tanya perempuan itu.
“Tidak. Ada apa kamu mencarinya?” Luna galak luar biasa.
“I-i-ini ada beberapa berkas yang harus ditandatanganinya. Apa Nona sekretarisnya.”
“Bukan. Letakkan saja di mejanya, dan segeralah pergi.”
Perempuan itu meletakkan semua berkas dan bergegas pergi karena Luna menakutinya.
“Aku akan menghancurkan reputasimu Mark Rendra! Siapa suruh kau menunjukku sebagai sekretaris mu. Hahaha..”
.
.
.
Apakah hal yang dilakukan Luna untuk mempermalukan Mark Rendra? Mari tunggu episode berikutnya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Aurora
Good👍👍👍
2022-08-14
0
sky
Dan apakah luna bakal jadi bucin duluan.?? 😂
2020-11-11
1
anie
mudah mudahan tidak mengecewakn
2020-09-02
0