Mark dan Luna kembali ke perusahaan. Luna turun dari mobil dengan kesal, dia berjalan duluan.
Sesampainya di ruangan, Luna langsung duduk dan merebahkan kepalanya di meja. Dia seperti tak bertenaga lagi.
“Jika kamu hanya bermalas-malasan di sini, lebih baik pulang saja.” ucap Mark saat dia memasuki ruangan.
“Baiklah, terimakasih sudah mengizinkanku pulang.” Luna bangkit mengambil tasnya dan berjalan dengan linglung.
Eh, dia benaran mau pulang?
Mark menatapnya tenang, matanya sedikit berfluktuasi, lalu berkata, “Aku akan mengantarmu.” Mark menahan tangan Luna yang berjalan melewatinya.
“Tidak perlu, aku pulang dengan supir saja.” Luna menarik tangannya kembali, "Mark, aku punya permintaan padamu. Tolong jangan mengirim mata-mata lagi untuk terus mengikuti ku.” ucap Luna dengan dingin.
Mark hanya diam menatapnya, sementara Luna berlalu pergi.
***
Empat hari kemudian Luna berencana untuk pergi ke tempat Lou Hyena. Sampai sekarang Hyena tidak bisa di hubungi semenjak dia kembali ke rumah. Luna merasa sangat khawatir dengan sahabatnya itu.
“Bi Ina, aku pergi ke tempat Hyena.” Luna berucap sambil berjalan dengan tergesa-gesa.
“Baik, hati-hati, Nona.” bi Ina memandangi punggung Luna yang menjauh. Dia merasa ada yang tidak beres.
Luna melajukan mobil dengan kencang sambil terus mencoba menghubungi Hyena.
“Nomor yang anda tuju tidak dapat di hubungi…” (suara operator), Luna terus mencoba berkali-kali.
Hyena, kemana kamu sebenarnya?
Luna menggigit bibir dan sesekali berdecih karena sangat khawatir.
Luna juga sudah menghubungi temannya dan teman Hyena lainnya, tapi tidak ada yang tahu dengan keberadaan Hyena.
Ponsel Luna bergetar. Itu panggilan dari Lily, Luna bergegas menjawabnya.
“Lily bagaimana?” tanya Luna dengan tidak sabaran.
“Maaf Luna, aku juga tidak menemukan apa-apa.”
Mendengar kalimat Lily, Luna tampak kecewa. Tapi, dia berusaha untuk tenang. “Baiklah. Tidak apa-apa, maaf sudah merepotkanmu.”
“Jangan sungkan Luna, kamu dimana sekarang?”
“Aku sedang di jalan menuju apartemen Hyena.”
“Apa aku perlu menemanimu?”
“Tidak perlu, kamu istirahat saja.”
“Baiklah. Kamu hati-hati, jangan terlalu khawatir. Mungkin dia hanya ada sesuatu yang sangat penting sehingga tidak bisa mengabarimu.” Lily berusaha menenangkan Luna.
“Semoga saja begitu. Aku sudah sampai. Teleponnya ku tutup.”
Luna menutup telepon, lalu memarkir mobilnya.
Luna keluar dari mobilnya, dia menatap gedung apartemen Hyena dan mengambil nafas panjang.
Semoga saja tidak ada hal buruk yang terjadi denganmu Hyena.
Luna memasuki gedung apartemen dengan harapan agar sahabatnya telah kembali.
Sesampainya di depan pintu apartemen Hyena, Luna menekan bel bekali-kali tapi tidak ada jawaban.
Apa dia benar-benar tidak ada di dalam?
Luna langsung memasukkan password. Setela terbuka, Luna berjalan pelan-pelan.
Dia memperhatikan semuanya dengan teliti. Apartemen Hyena benar-benar kosong, sepertinya memang sudah di tinggalkan beberapa hari karena meja sudah sedikit berdebu.
Luna memasuki kamar Hyena, semuanya masih sama saat dia meninggalkan apartemen beberapa waktu lalu. Luna semakin khawatir, tangannya gemetaran. Lalu perlahan terduduk di lantai.
“Yang benar saja kamu tidak pulang sejak hari itu? Lou Hyena, apa yang terjadi denganmu?" rintih Luna nada bergetar. Tanpa sadar dia meneteskan air mata.
Oh iya, dia harus ke ruang kerja Hyena. Mungkin ada petunjuk di sana.
Luna bergegas berdiri dan berjalan menuju ruang kerja Hyena. Dia selalu berusaha dengan kemungkinan-kemungkinan yang ada di pikirannya.
Sesampainya di depan ruang kerja Hyena, Luna membuka pintu. Tapi pintu tersebut tidak bisa di buka.
“Kenapa di kunci? Hyena apa kamu sedang menyembunyikan sesuatu dariku?” Luna berucap pelan. Dia berbalik badan dan lansung berjalan keluar.
“Aku harus bertanya ke penjaga, dan siapapun yang ku lihat di sini. Oh iya... bibi! bibi yang bekerja di pagi hari itu, Hyena pasti menghubunginya. Tapi, dimana tempat tinggal bibi itu?"
Luna mempercepat langkahnya.
“Penjaga! lebih baik aku ke sana dulu.” Pikirnya tiba-tiba. Lalu Luna berjalan cepat menuju tempat penjaga apartemen tersebut.
***
Di Tempat Penjaga
“Permisi pak, saya Luna teman Lou Hyena penghuni salah satu apartmen di sini.” Luna berucap sopan kepada penjaga yang sudah cukup berumur itu.
“Oo... Nona Hyena, saya tahu. Ada perlu apa nak Luna?” tanya penjaga sangat ramah. Lalu mempersilakan Luna untuk duduk.
“Beberapa hari ini Hyena tidak bisa di hubungi, dan tadi saya juga sudah mengecek apartemennya, dia tidak ada. Um, apa dia memang tidak pulang beberapa hari ini?”
Tanpa basa-basi lagi Luna langsung bertanya dan menatap bapak penjaga dengan tatapan menyelidik.
“Haha... tidak perlu khawatir, nak. Hyena, memang sering tidak pulang, dia orang yang cukup sibuk.” jelas penjaga itu dengan tenang. Sepertinya dia cukup mengenal Hyena.
“Tapi, kontaknya juga tidak bisa di hubungi, saya khawatir.”
“Nak Hyena adalah orang yang baik dan ramah, setiap mau pergi dia selalu pamitan dengan saya. Tapi, hari itu dia pergi memang cukup tergesa-gesa, saya rasa memang ada hal mendesak yang harus dia urus. Jangan khawatir, dia pandai menjaga diri. Mungkin beberapa hari lagi dia akan pulang.” jelas penjaga itu berusaha untuk menenangkan Luna.
Tapi, meskipun begitu Luna masih tidak tenang.
“Baiklah. Um, apakah bapak tahu bibi yang bekerja setiap pagi dengan Hyena?” tanya Luna lagi.
“Oo.. dia adalah istri saya. Istri saya, yang selalu membantu Hyena bersih-bersih dan terkadang menyajikan beberapa makanan. Tapi, dia bekerja jika nak Hyena berada di apartemen saja.” penjaga sangat tenang.
“Kalau begitu, apakah Hyena ada menghubungi istri bapak?”
“Tidak ada. Tapi, itu juga sudah biasa, Hyena hanya akan menyampaikan pesan pada saya agar istri saya kembali bekerja ketika dia sudah pulang.”
“Baiklah, terimakasih sebelumya, Pak.”
“Sama-sama, jangan khawatir. Tidak akan ada hal buruk yang terjadi pada Hyena.”
Luna hanya tersenyum, lalu berpamitan untuk pergi.
Di dalam mobil Luna masih berfikir, dia merasa ada yang janggal. Tapi, dia tidak bisa menebaknya, dia hanya berharap Hyena baik-baik saja.
Ponsel Luna begetar. Panggilan dari nyonya Liang Xi.
“Nyonya Xi? Aaaa.. kenapa aku bisa lupa. Besok adalah acara pestanya.”
Dengan cepat Luna segera menjawab telepon tersebut. Tidak ingin membuat Nyonya Xi kecewa.
“Halo, Nyonya Xi apa kabar?” ucap Luna saat panggilan tersambung.
“Anak manis, sudah ku katakan panggil Bibi saja.”
“Haha... maaf. Iya, Bibi.” Luna tertawa malu-malu dan begitupun Nyonya Xi juga terdengar tertawa.
“Luna, apa kamu sibuk hari ini?”
“Tidak Bibi, aku sangat senggang hari ini.”
“Baguslah, Bibi perlu bantuanmu. Hari ini suami Bibi tidak bisa menemani Bibi untuk memilih gaun pesta besok. Jadi, Bibi pikir untuk mengajakmu saja.”
“Oke, baiklah, Bibi. Luna jemput Bibi sekarang ya.”
“Jangan repot-repot, Bibi saja yang menjemptmu.”
“Kebetulan aku juga sedang di luar sekarang dan lokasinya juga dekat dengan vila Bibi. Tidak apa-apa, aku saja yang ke sana.” jelas Luna.
“Baiklah, Bibi akan menunggumu.”
Setelah telepon berakhir, Luna segera melajukan mobilnya dengan lebih cepqt menuju kediaman Nyonya Xi.
Hmmm, aku harus melupakan masalah Hyena sejenak, mudah-mudahan dia memang baik-baik saja seperti yang di katakan penjaga itu. Sekarang aku juga bisa lebih leluasa, karena Mark memang tidak mengirim mata-mata lagi untukku. Dengan begitu bertemu siapapun aku tak perlu khawatir lagi.
***
Di store Luna membantu Nyonya Liang Xi untuk memilih gaun yang cocok. Luna sudah merekomendasikan 2 gaun yang menurutnya sangat cocok untuk nyonya Liang Xi. Nyonya Liang Xi sekarang di ruang ganti. Beberapa saat kemudian dia keluar.
“Wah, ini memang luar biasa.” ucap pegawai toko.
“Bibi, ini sangat cocok sekali, gaun ini sepertinya memang khusus di buatkan untuk mu.” puji Luna seraya matanya menatap kagum.
“Haha, terima kasih Luna. Aku memang tidak salah memintamu untuk menemaniku.”
Luna hanya tersenyum.
“Luna, kamu sendiri apa sudah memiliki gaun yang akan di kenakan?” tanya Nyonya Liang Xi.
“Aku, tentu saja sudah, Bibi.” jawab Luna dengan senyum.
“Anak gadis memang selalu bertindak lebih cepat, Bini yang sudah mulai menua terkadang agak sedikit malas untuk bergerak.” gurau Nyonya Liang Xi.
“Tante tetap cantik dan terlihat sehat.”
“Kamu pintar juga membuat hati orang senang, ya. ” Nyonya Liang Xi tampak tersenyum bahagia dengan pujian Luna.
“Aku mengatakan yang sebenarnya.” kata Luna lagi membuat Nyonya Xi semakin senang.
Setelah selasai membeli gaun, mereka lanjut membeli beberapa perhiasan dan perlengkapan lainnya.
Setelah semuanya selesai di beli, Luna mengantarkan Nyonya Liang Xi kembali ke villa.
Sesampainya di villa, "Luna, lebih baik kita makan malam dulu di sini.” tawar nyonya Liang Xi.
“Tidak perlu, Bibi.” Luna menolak dengan selembut mungkin.
“Sayang sekali. Hum, ya sudah, kamu hati-hati ya. Terima kasih untuk hari ini.”
“Iya sama-sama, Bibi. Aku pamit pulang dulu.” ucap Luna dan langsung melajukan mobilnya.
***
Sesampainya di rumah Luna langsung menuju ke ruang lukisnya, tapi tiba-tiba Mark datang menghampirinya.
“Luna, ada hal penting yang ingin aku bicarakan denganmu.”
“Katakan saja.”
“Kamu ikut ke ruang kerjaku.” Mark berjalan menuju ruang kerjanya. Ekspresi wajahnya datar hingga membuat Luna kesal.
“Heh, dia memang sangat suka memerintah.” celoteh Luna dan mengikuti Mark. Dia mengikuti pria itu.
“Hal apa yang ingin kamu sampaikan, jangan bertele-tele lagi.” tanya Luna saat mereka sudah berada di ruang kerja Mark. Luna duduk dengan santai dan menatap Mark tajam.
“Kamu kemana saja seharian ini?”
“Hah? Jadi kamu hanya ingin menanyakan ini, kenapa harus mengajakku ke ruang kerjamu?”
Bagaimana pria ingin mengintrogasinya dengan aktivitas apa saja yang dilakukannya?
“Luna, jawab saja pertanyaanku." suara Mark tegas, sangat jelas dia tidak senang dengan kalimat Luna.
“Aku kemana kamu tidak perlu tahu. Jika hanya menanyakan hal seperti ini aku lebih baik pergi." suara Luna tak kalah tegas. Dia merasa sangat kesal.
“Haha.. baiklah. Bukan ini yang ingin aku bicarakan padamu.” tiba-tiba Mark tertawa dan membuat Luna bergedik ngeri mendengarnya.
“Ok, sekarang bicaralah.” dia menahan kekesalannya, hingga dia menggenggam erat tangannya.
“Luna, menurutmu apakah perlu orang tuamu hadir di hari pertunanganan kita?” Tanya Mark serius.
Mendengar itu ekspresi Luna langsung berubah, dia diam sejenak. Dia tampak sedang meresapi emosionalnya.
“Aku rasa tidak perlu, aku tidak ingin Papa Mamaku menyaksikan hal yang konyol ini.” Luna tersenyum kecut.
Meskipun aku sangat merindukan Papa dan Mama, tapi mereka tidak boleh tahu kalau aku bertunangan dengan orang yang telah menghancurkan keluarga ini, meskipun ini hanya sandiwara, tetap saja tidak boleh. Aku tidak ingin mereka semakin sakit hati dan semakin hancur.
“Baiklah, aku hanya ingin menanyakan pendapatmu. Jadi aku juga bisa mengatur agar publick tidak terlalu mempertanyakan dengan tidak hadirnya orang tuamu nanti.” ucap Mark dengan santai.
Mendengar ini, sudut mulut Luna terangakat.
Sungguh licik tiada tanding!
“Tapi, aku punya permintaan.” ucap Luna. Walaupun kemungkinan sangat kecil untuk bernegosiasi dengan pria ini. Dia ingin tetap mencobanya.
“Katakan.”
“Kamu belum memberitahu Papa Mamaku bahwa kita akan bertunangan, bukan? jadi aku minta kau jangan pernah memberitahu mereka.”
“Selama kamu tidak buat masalah. Aku akan merahasiakannya dari mereka.” Mark menyetujui permintaan Luna.
“Baiklah, jika tidak ada lagi, aku pergi.” Luna meninggalkan Mark. Saat di luar Luna menghela napas berat.
Sementara itu, Mark langsung melakukan panggilan.
“Dokter Mico, aku sudah berbicara dengan Luna, semuanya sesuai denga perkiraan kita. Tetap perhatikan kondisi mereka. Mereka juga harus pulih, agar semuanya menjadi semakin jelas.”
“Anda tenang saja, Tuan Mark. Operasi berjalan sangat lancar dan dia juga sudah melewati masa kritisnya. Sebentar lagi, Tuan Aliester pasti sadar dan Nyonya Aliester sekarang sudah mulai bisa di ajak bicara.” Jelas dokter Mico.
“Bagus, terus kabari aku tentang perkembangannya. Maaf, merepotkan mu dokter Mico.”
“Ini bukan apa-apa Tuan, jangan menganggapku seperti orang lain.”
Mark hanya diam, dokter Mico kembali berucap, "Tuan, anda jangan menyiksa diri dengan rasa bersalah, jangan menyalahkan diri anda lagi. Semuanya sudah ditakdirkan.” sangat jelas dojter Mico ingin menghibur Mark.
“Terima kasih sudah menghiburku. Sampai jumpa.”
“Baiklah, jaga kesehatan anda di sana.”
“Um.” jawab Mark singkat, lalu dia mematikan panggilan.
Mark mengambil nafas panjang. Dia mengusap keningnya, dia diam dengan posisi itu. Dia mulai tenggelam dalam lamunannya, dia teringat kembali kejadian beberapa bulan lalu.
AMERIKA~ Mark dalam perjalanan pulang dari rumah sakit. Dia menyalakan musik dengan sangat keras.
Di jalanan yang sunyi, tiba-tiba ada yang menabrak mobilnya dari belakang.
Brakkk!
Bunyi yang sangat keras.
Dia hilang kendali dan berhasil memberhentikan mobilnya setelah beberapa saat.
“Sial! siapa yang ingin mencelakaiku.” gerutu Mark.
Dia keluar dari mobil dengan linglung, Kepalanya berdarah dan dia bersandar di mobilnya. Mark melihat ke belakang dan melihat sebuah mobil sport yang sudah penuh asap.
Brakkkkkk!
Sebuah truk besar menabrak kembali mobil sport tersebut. Mobil berputar beberapa kali dan kemudian terbalik.
Mark yang melihat kejadian tersebut sangat terkejut dan panik. Ketika mobil truk itu melewatinya, Mark mengenali sopir yang membawa truk tersebut.
“Bukankah dia?” ucap Mark dengan sangat marah dan bergegas memasuki mobilnya untuk mengejar truck tersebut. Setelah mengejar beberapa saat, Mark kehilangan jejak. Dia tidak bisa melajukan mobilnya dengan cepat karena kondisinya juga terluka.
“Aku tidak bisa mengejar lagi, kenapa dia mencelakai orang di mobil tadi? Begitukah cara mereka mencelakai Ayah ku?” Mark sangat marah dengan nafas yang tidak beraturan.
Dia segera kembali ke tempat kecelakaan. Mark keluar dengan linglung mendekati mobil yang sudah terbalik tadi, karena di situ tempat yang sunyi jadi akan jarang kendaraan yang lewat. Mark mengeluarkan ponselnya dan meminta bantuan.
Dia tetap berusaha berjalan mendekati mobil korban, setelah sampai dia melihat sepasang suami istri yang sudah berlumuran darah. Dia memeriksa orang tersebut.
“Masih bernafas."
Karena mencium minyak, Mark bergegas untuk mengeluarkan sepasang suami istri tersebut karena sebentar lagi mobil itu akan meledak. Mark mengupayakan semua tenaganya yang tersisa.
Istri dari orang tersebut sudah berhasil Mark keluarkan dan membawanya jauh dari mobil itu.
Tiba-tiba, ” To-tolong selamatkan suami sa- saya.” ucap perempuan itu dengan setengah sadar.
“Saya akan berusaha.” jawab Mark dan bergegas.
“Sial! kenapa bantuan lama sekali.” gerutu Mark dengan badan yang sudah penuh darah dan nafas yang tak beraturan.
Mark berjuang sendirian menyelamatkan suami dari perempuan itu. Setelah berusaha akhirnya dia berhasil dan tak lama kemudian mobil tersebut meledak.
Deru nafas Mark yang tak beraturan.
“A-a-apakah a-anda putra Tu-tuan Rendra?” tanya perempuan itu kembali. Perempuan itu berusaha sangat keras agar tidak kehilangan kesadarannya.
Mark terkejut, “Iya, anda mengenal Ayah saya?” tanya Mark dengan cepat. Dia sangat penasaran.
Perempuan itu menyerahkan tasnya kepada Mark kemudian dia pingsan dan kehialangan kesadarannya.
“Tante, tante tolong sadarlah. Apakah anda mengenal Ayah saya?” ucap Mark dengan perasaan kacau. Dia terus mengoyang-goyangkan tubuh wanita itu. Berharap agar wanita itu kembali sadar.
“Ada apa ini? apa yang sebenarnya terjadi, tante aku mohon sadarlah.” tanpa sadar air matanya menetes.
Tiba-tiba ambulance datang. Mark menenangkan dirinya dan menyembunyikan tas yang di berikan perempuan itu padanya.
Setelah mengobati dirinya, Mark segera kembali ke tempatnya dan menyuruh bawahannya untuk mencari tahu siapa pasangan suami istri tersebut, dan dia memeriksa tas yang di berikan oleh perempuan itu.
Beberapa saat kemudian bawahannya datang.
“Tuan, kami sudah mengetahui identitas sepasang suami istri tersebut.”
“Saya juga sudah tahu. Kalian pergilah.” ucap Mark dengan ekspresi yang dingin.
“Baik, Tuan.” dia menunduk, berjalan mundur dan meninggalkan ruangan.
Mark mengambil minumannya, “Keluarga Aliester apa hubungannya dengan Ayahku? Kenapa Jhon juga menginginkan nyawa mereka?” Mark sangat marah dan menggenggam gelas di tangannya hingga pecah dan tangannya berdarah.
.
.
Semenjak itu Mark menyelahkan dirinya dalam beberapa hal, terlebih lagi masih banyak teka-teki yang harus ia temukan jawabannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Arin
owh udh mulai paham,brrti Mark itu yg nlong orng tua Luna...wah mkin menarik nich,sy ksih kopi ya Thor biar tmbh smngt up😍
2022-12-10
0
Rossi Dahlia
SDH mulai terungkap,
2020-08-23
0
Seny Hasan
Kren Thor alur cerita nya
suka sama Luna yg keras kepalanya😄
sama Rangga yg lucu😄
2020-08-07
0