Dalam perjalanan pulang dari store, Luna selalu cemberut.
Mark melirik Luna di sebelahnya, “Apa kamu tidak akan berterima kasih padaku?"
“Berterima kasih untuk apa?”
“Aku sudah membeli begitu banyak gaun, setidaknya kamu menunjukkan rasa terimakasih mu atas kemurahan hatiku.”
“Haha... aku bahkan tidak meminta untuk di belikan. Untuk apa berterima kasih." jawab Luna dengan senyum yang masam.
“Sudahlah, aku tahu kamu malu menunjukkan rasa terimakasih mu padaku.”
Mendengar perkataan Mark Luna hanya tersenyum kesal.
Aku tuh gemess, mau nyekek deh!
Luna menggerutu di dalam hati sambil mengangkat dan mengepalkan kedua tangannya dengan begitu kesal.
Mark melirik Luna, dia tersenyum kecil melihat tingkah gadis itu.
Kemudian suasana di mobil menjadi hening, Luna melirik Mark.
Ekspresi pria itu lebih cepat berubah dari pada membalikkan buku. Baru saja masih tersenyum, dan sekarang ekspresi wajahnya seperti gunung es. Luna menghela napas agak berat.
Beberapa menit kemudian mereka telah sampai di rumah. Luna keluar dari mobil tanpa sepatah katapun dan langsung masuk ke dalam rumah dengan wajah yang masih kesal.
“Nona, apa anda baik-baik saja?” tanya pelayan Zhaon menyambut Luna.
“Aku tidak pernah baik-baik saja, jika berurusan dengan si berengsek itu.”
“Eh, brengsek? Maksud, Nona?”
Luna mendekati pelayan Zhaon dan berbisik, "Ini rahasia kita, Tuan muda yang sombong itu adalah seorang berengsek. Dia selalu menindas ku, lain kali aku harap kamu bisa membantuku membalasnya.”
Pelayan Zhaon terkejut, “Sa-saya? tapi, Nona...” yang benar saja? bisa-bisa dia kena sial.
“Hush, jangan khawatir. Ini rencana kita, tidak boleh ada yang lain tahu.”
Dari belakang Mark datang, menyadari itu Luna langsung mengubah pembicaraannya.
Dia menguap seolah mengantuk dan lelah sekali, "Badanku sudah terasa lengket. Aku akan berendam dulu, terima kasih Zhaon.” Luna menepuk bahu Zhaon sambil berlalu menaiki tangga menuju kamarnya.
Pelayan Zhaon melirik Mark dengan ekspresi wajah yang dingin dan langsung berbalik badan dengan buru-buru.
Mengerjai Tuan Mark? Nona Luna, anda sama saja dengan menyuruhku melompati jurang. Melihat wajah dingin Tuan Mark saja, aku sudah membeku.
Sesampai di kamar, Luna langsung menuju kamar mandi dan membersihkan badannya. Setelah itu baru dia berendam. Seperti biasa, Luna berendam dengan di iringi musik, malam ini dia memilih untuk musi yang ringan dan tenang.
“Akhirnya aku merasakan ketenangan. Aroma vanilla yang manis ini membuatku menjadi rileks.” Luna menikmatinya.
Selesai berendam, Luna memakai skincare routine dan kemudian memakai piyama berwarna kuning dengan motif kelinci yang Lucu.
Dia merebahkan dirinya di ranjang dan memejamkan mata.
Beberapa saat kemudian dia mengingat sesuatu dan bergegas mengambil ponselnya.
Dia sudah lama tidak mengecek camera tersembunyi yang dia pasang. Beberapa kali mengecek sebelumnya, dia tidak pernah mendapatkan informasi yang berharga. Yang ada dia selalu muncul dengan telanjang dada.
Ah, benar-benar! dia kira, dia sudah begitu pintar dengan memasang camera tersembunyi tersebut. Tapi, ternyata salah, dia malah merasa bodoh. Benda yang berharga, tapi dia tidak bisa menggunakannya dengan baik.
“Haruskah aku non-aktif kan saja?” Luna ragu sambil menatap tombol control di ponselnya.
“Tidak perlu, aku harus tetap mengaktifkannya sampai dayanya habis sendiri. Siapa tahu akan ada hal berharga yang akan ku dapatkan. Aku sudah berjuang begitu keras ketika memasangnya, mana boleh menyerah secepat ini.” Luna menyemangati diri kembali.
Tiba-tiba ponsel di tangan Luna bergetar, membuat dia sedikit terkejut.
“Alexa Hou? untuk apa dia meneleponku malam-malam begini?" pikir Luna, dan menjawab panggilan tersebut.
“Hallo, Alexa.”
“Luna, aku ingat kamu kan sebentar lagi akan bertunangan, apa kamu tidak akan mengundangku?”
Ya Tuhan, dia menelepon hanya untuk menanyakan hal tak penting begini? Luna menghela napas berat.
“Tentu saja aku mengundangmu. Besok aku akan menyuruh orang ku mengirimkannya untukmu.” kata Luna dengan ramah.
“Haha... itu baru benar. Tapi, aku mau kamu sendiri yang memberikan undangannya padaku.” pinta Alexa.
“Alexa bukannya aku tidak mau memberikan secara langsung padamu, tapi akhir-akhir ini aku akan sibuk. Aku harap kamu paham, ya?”
“Ah benar juga, kamu pasti sibuk untuk mempersiapkan semuanya. Baiklah, kalau begitu aku paham. Tapi Luna, kamu juga harus bersantai agar di hari pesta tidak tegang. Itu saja ya, sudah malam. Kamu beristirahatlah, bye bye...” ucap Alexa sambil memutuskan panggilan.
“Tenyata dia lebih cerewet dari ku." Luna tersenyum sambil menggelengkan kepala.
“Tapi Hyena, apakah dia tidak akan datang? Meskipun ini hanya pertunanganan palsu dia tetap harus datang, kan?” Luna mencari kontak Hyena dan melakukan panggilan.
Panggilan masuk, tapi Hyena tidak menjawab.
Luna mencobanya sampai Lima kali, tapi Hyena masih tidak menjawabnya.
“Anak ini sekarang benar-benar sudah bernyali besar, sudah berani mengabaikan ku.” teriak Luna kesal, lalu berguling-guling di ranjangnya.
Tiba-tiba dia berhenti.
“Eh, apa dia sudah punya pacar? mungkin saja dia pergi liburan dengan pacarnya ke Brazil? dia menipuku dengan alasan pekerjaan. Mungkin saja begitu, Hyena... apa sekarang kamu sudah tidak terbuka lagi padaku? Awas saja jika sudah pulang, aku akan menyeret mu dan pacarmu. Aku akan mengintrogasi kalian!”
***
H-3 Pesta Pertunanganan.
Pesta pertunaganan Mark dan Luna akan di selenggarakan di Hotel Fantin. Dimana hotel Fantin sendiri merupakan hotel keluarga Luna, yaitu masih di bawah naungan Lixing Group.
Meskipun urusan dekorasi dan lainnya sudah di percayakan kepada Rangga, tapi Mark tetap memaksa Luna untuk melihat-lihatnya ke lokasi. Saat itu di ruang presdir Mark dan Luna berdebat.
“Mark aku benar-benar lelah, aku baru saja selesai rapat dengan para investor untuk proyek pusat perbelanjaan Hong. Ini sudah sore, dan kamu masih saja memaksaku pergi ke hotel Fantin?” Luna memberontak.
“Kita hanya melihat-lihatnya saja. Apa yang kamu keluhkan?”
“ Mark aku bukan robot yang tidak kenal dengan rasa lelah, ya.”
Mendengar ucapan Luna, Mark terdiam.
“Baiklah, jika kamu tidak mau pergi ya sudah.” ucap Mark, lalu pergi meninggalkan Luna.
“Cih! yang dia tahu hanya memerintah saja. Dia tidak mengerti bahwa aku benar-benar lelah.”
Luna merebahkan kepalanya di meja, dia benar-benar kelelahan sehingga dia berkeringat dingin. Beberapa menit kemudian Luna masih dengan posisi yang sama, dia sudah merasa tidak ada tenaga lagi.
“Air.” ucap Luna pelan, mata masih terpejam.
“Air.” dia menggerakkan tangannya, tanpa sengaja menyenggol setumpuk dokumen di meja, dan terjatuh.
Setelah itu Luna baru tersadar, bahwa dia masih di kantor. Perlahan dia membuka matanya, dan berusaha berdiri untuk mengambil air di pantri ruangan tersebut.
Luna memaksa dirinya untuk berjalan, namun baru beberapa langkah dia tak sanggup lagi. Luna jatuh dan terduduk di lantai. Dia merangkak dan bersandar di meja. Dia merasa kakinya sudah tidak berdaya, dia meluruskan kedua kakinya.
Luna menangis sambil memukul-mukul lututnya.
“Aku sangat haus.” keluhnya.
Sementara Mark masih di parkir bawah tanah, dia masih menunggu Luna di dalam mobilnya.
Kenapa dia belum turun juga? Mark sedikit tidak tenang. Tidak mungkin dia sudah pulang kan? sementara mobilnya masih di sini.
10 menit sudah berlalu jam sudah menunjukkan pukul 17:29. Mark tidak bisa lebih sabar lagi, dia memutuskan untuk menelepon Luna.
Luna mendengar ponselnya bergetar.
Siapapun itu tolong aku! bisik hati Luna.
Luna sudah tak bergerak lagi, dia hanya bersuara bersuara dalam hatinya.
“Dia tidak menjawab. Apakah terjadi sesuatu?”
Mark semakin khawatir, tanpa pikir panjang lagi dia keluar dari mobil dan memutuskan untuk mencari Luna.
Mark pergi dengan terburu-buru, dia memasuki lift “Hari sudah mulai gelap, dan sudah tidak ada lagi orang di kantor. Apa yang dia lakukan hingga belum turun juga.”
Ting! Lift terbuka.
Mark keluar dan bergegas pergi ke ruangannya. Sesampai di depan ruangannya dia tidak mendengar suara apapun.
Mark membuka pintu. Luna mendengar ada yang membuka pintu.
Ada yang datang? Tolong aku.
Mark melihat seluruh ruangannya, tapi tidak ada siapapun.
Dia sudah pergi? Tapi kenapa dia tidak membawa mobilnya? Mark sedikit marah.
Hah, sia-sia saja dia menunggunya.
Mark kembali menarik gagang pintu. Tapi, tiba-tiba dia berhenti. Mark melihat setumpuk dokumen bertebaran di lantar dekat meja Luna.
Dia melangkah mendekati meja Luna, memungut dokumen tersebut dan meletakkan di meja Luna.
Kemudian dia melihat tas Luna di kursi. Mark terkejut. Ekspresi nya langsung berubah.
D balik meja, Mark melihat sosok kaki di lantai. Mark langsung melangkah, alangkah terkejutnya Mark, dia melihat Luna yang sudah tak berdaya bersandar di kaki meja tersebut.
“Luna?” Mark menepuk-nepuk pipi Luna, Mark sangat khawatir.
Luna benar-benar sudah kehilangan kesadarannya.
“Apa yang terjadi? kenapa bisa begini?” Mark meraba kening Luna.
Panas sekali! Mark langsung menggendong Luna.
Dia bergegas memasuki lift, setibanya di parkiran dia membaringkan Luna di kursi belakang.
Dia bergegas memasuki mobilnya. Mark menoleh ke belakang dan meraba kembali kening Luna, “Ini sangat panas!”
Mark melepaskan jasnya kemudian merobek kemeja di bagian perutnya dan membasahinya dengan air.
Setidaknya ini sedikit membantu. Mark meletakkan kompres buatannya di kening Luna.
Setelahnya dia langsung melajukan mobil dengan kecepatan tinggi.
Beberapa menit kemudian Mark sampai di rumah sakit. Dia bergegas keluar mobil dan menggendong Luna. Dia memanggil dokter agar cepat menangani Luna. Mark benar-benar sangat khawatir saat itu.
Setelah dokter selesai memeriksa Luna, Mark sudah tidak sabaran mendengar penjelasan dari dokter tersebut.
“Apa yang terjadi dengannya, dok? “
“Nona Luna kelelahan dan dia juga banyak pikiran. Sepertinya akhir-akhir ini dia sering makan tidak tepat waktu. Hari ini, Nona Luna belum makan apapun, oleh karena dia tidak punya tenaga dan akhirnya pingsan.” jelas dokter.
Mark mengetab gigi. Dia ingat, Luna memang tidak ikut sarapan pagi tadi. Tapi, kenapa dia juga melewatkan makan siangnya?
“Tuan Muda jangan khawatir, ini tidak terlalu bahaya. Saya hanya berpesan, agar setelah ini tuan memperhatikan kesehatan, Nona.” ucap Dokter kembali.
“Baiklah. Terima kasih, dok.”
Tiba-tiba dokter salah fokus melihat baju Mark yang robek sehingga memperlihatkan otot perutnya sempurna.
“Baju anda, Tuan?”
"Oh ini, saya merobeknya untuk membuat kompres.”
“Begitu. Saya akan meminta orang untuk menyiapkan baju untuk anda.”
“Tidak perlu, saya akan meminta pengawal untuk menyiapkannya.” jawab Mark.
“Baiklah, Tuan. Kalau begitu saya akan mengurus semua hal lainnya." ucap dokter tersebut dan membungkuk untuk pamit undur diri.
Mark duduk dekat Luna, dan memegang tangan Luna.
“Dasar kucing kecil bodoh, bekerja begitu keras sampai-sampai tidak memikirkan kesehatan sendiri.”
Mark menggenggam tangan Luna cukup lama, tapi Luna belum sadar juga.
Kemudian Mark menelepon Rangga.
“Rangga tolong ke kantor, ambil tas Luna dan bawa ke rumah sakit Taikang.”
“Rumah sakit? Apa yang terjadi, siapa yang terluka?“ tanya Rangga khawatir.
“Tidak ada yang terluka, Luna pingsan.“
“ Apa? Luna pingsan? Apa yang terjadi dengannya?” teriak Rangga semakin khawatir.
“Kamu jangan teriak-teriak, cepat kerjakan saja apa yang ku suruh.” marah Mark.
“Baik, baik. Tapi katakan apa sekarang Luna baik-baik saja?” tanya Rangga lagi.
“Dia sudah mendapatkan perawatan, tapi dia belum sadar. Sekarang kamu lebih baik cepat kerjakan tugasmu!” setelah kalimatnya, Mark langsung memutuskan telepon.
“Eh, dia selalu melampiaskan kemarahannya padaku.” Rangga mengusap dada.
***
Dua orang pengawal datang ke rumah sakit.
“Ini pakaian yang anda minta, Tuan.” sambil mengulurkan bagpaper yang berisi pakaian Mark.
Mark mengambilnya, ”Kalian berdua berjagalah di pintu malam ini."
“Baik, Tuan."
Mark kembali masuk, dia melepas kemejanya dan mengenakan kemeja yang di bawakan oleh pengawal tadi. Ketika memasang kancing kemejanya, Mark menatap Luna, tangan Luna bergerak
“Air.” ucap Luna dengan mata yang masih tertutup.
Mendengar itu, Mark langsung mendekati Luna.
“Dia haus, tapi belum begitu sadar." ucap Mark.
Mark menyuapi air ke mulut Luna dengan sendok.
Luna dengan cepat meneguk air tersebut. Setelah beberapa sendok, Luna membuka matanya dengan perlahan.
“Syukurlah, akhirnya kamu sadar juga." Mark cukup lega.
Pandangan Luna masih kabur. Dia berusaha membuka matanya lebih besar, dan pandangannya pun sudah jelas.
“Aaa...kamu, kau apa yang kamu lakukan? kenapa tidak memakai baju dengan benar?” teriak Luna sambil menutup matanya dengan tangan.
“Eh, ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Tadi aku sedang mengganti bajuku. Tapi, tiba-tiba kamu sadar dan meminta air. Karena kebaikan hatiku, aku langsung menyuapimu air meskipun aku belum selesai memasang kancing bajuku.”
Jadi dia mengganti pakaiannya di sini? Sungguh tidak tahu malu, walaupun dia pasien yang tak sadarkan diri, tapi mana boleh mengganti pakaiannya sembarangan begini. Baru sadar saja dia sudah membuatnya ingin pingsan kembali.
“Sekarang kau mau apa lagi, cepat kancing kan bajumu. Tanganku bisa kaku jika terus begini.” ucap Luna.
“Mentang sudah bertenaga, sudah berani meneriakiku. Bahkan di saat pertamakali membuka mata.” Mark mencibir sambil memasang kacing bajunya. Dasar, tidak tahu terima kasih.
“Terserahmu mau bicara apa.” Luna sedikit melirik Mark.
“Kamu jangan melirikku!” ucap Mark.
Eh kenapa dia tahu?
Luna cepat melarikan anak matanya.
“Siapa yang melirikmu, kamu jangan asal menuduh, ya!”
“Heh, aku tahu badanku yang sempurna ini bisa membuat siapa saja terkesan. Kamu baru sadar saja sudah berani curi- curi pandang melihat otot-ototku ini." Mark tersenyum sinis.
Ya Tuhan! Ingin sekali rasanya mencekik orang ini.
Luna benar-benar kesal.
***
Sementara itu Rangga sudah sampai di ruang presdir, dia mengambil tas Luna.
Ponsel Luna bergetar.
“Eh?!"
Dengan sedikit ragu, Rangga mnengambil ponsel di dalam tas Luna.
“Begini tidak berdosakan?"
Dia mengecek panggilan dari siapa.
Kak Jiang He!
“Jiang He?, siapa laki-laki ini?” alis Rangga berkerut.
Rangga memilih untuk tidak menjawab panggilan tersebut. Ponsel Luna sudah berhenti bergetar.
Rangga melihat layar ponsel Luna. Sudah
38 panggilan tak terjawab dari pria bernama Kak Jiang He itu.
“Banyak sekali. Apa dia mempunyai ikatan batin dengan Luna? mungkin dia merasa khawatir hingga menelepon begitu banyak?”
Ponsel Luna kembali bergetar, tapi ini hanya sebuah pesan.
1 Message dari Kak Jiang He.
Rangga melihat pesan tersebut, dan ketika membaca pesan tersebut ekspresi Rangga langsung berubah...
.
.
Apakah isi pesan dari Jiang He???
Mari temukan jawabannya di episode selanjutnya,,,,!!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Bundane Vianco Risky
laanjuuuut
2019-12-19
2
Saniya Saniya
lanjut masih penasaran
2019-12-18
2
Acox
oke
2019-12-17
3