“Sakit!" rintih Luna.
“Luna, kamu jangan terlalu sering menguji kesabaran ku, atau aku tidak akan sungkan lagi memperlakukan orangtuamu dengan buruk.” bisik Mark, tatapan matanya tajam bagai srigala.
“Kamu sudah beberapa kali menemui pria itu, mulai dari sekarang menjauh lah. Kamu tidak boleh menemui pria lain tanpa izinku!” tegasnya, lalu melepaskan tangan Luna dengan kasar.
Luna sudah kesakitan dan merasa sangat kesal. Dia menatap Mark nanar seraya mengusap pergelangan tangannya yang sakit.
Sepertinya berengsek ini sudah mengirim mata-mata untuknya. Luna paling tidak suka cara ini.
“Kenapa kamu tidak menanyaiku terlebih dahulu siapa pria itu? tapi malah langsung berbuat kasar padaku dan mengancam?”
“Aku sudah katakan, kamu tidak boleh berhubungan dengan pria manapun. Perlukah aku mananyaimu siapa pria itu?” suara Mark semakin dalam.
“Hah, akan sia-sia aku melawanmu.” Luna dengan menggertakkan giginya, lalu dia pergi berjalan menuju toilet.
Di toilet Luna masih menahan sakit di tangannya. Menatap lama dirinya di cermin, lalu diakhiri dengan memejamkan matanya pelan dan membukanya kembali. Dia mengatur napasnya yang tadi seolah telah menghilang.
“Si brengsek ini, benar-benar kejam. Dia bisa saja membuat tanganku cacat, dan tatapan tadi... benar-benar sangat menakutkan.” Luna mengiram tangannya dengan air, lalu membalutnya dengan tisu.
Setelah serasa cukup untuk menenangkan diri, Luna memutuskan untuk kembali.
Melihat Luna dari kejauhan, Mark langsung menghampiri. Dia menarik tangan Luna yang sudah di balut seadanya. Luna menepisnya dan menjauhkan tangannya darinya.
“Ini baik-baik saja, kamu tak perlu mengurus ku.” Nada suara itu terdengar sangat kesal.
Jangan sok peduli, bukankah ini ulah mu?
Tapi Mark malah memaksa. Dia menarik kembali, sehingga membuat Luna terkejut.
“Ini sedikit lembam, harus segera di kompres.” Mark dengan lembut sambil meniup bekas merah di sana.
Ada apa dengan pria ini? tadi terlihat menakutkan, sekarang malah mengkhawatirkannya? Luna benar-benar tidak memahami pria di depannya ini.
“Tidak perlu. Aku hanya ingin pulang, kamu tidak perlu mengantarku. Terima kasih atas makan malamnya.” dia kembali menarik tangannya dengan paksa. Lalu mengambil tasnya, dia ingin cepat-cepat pergi dari tempat ini.
Rasanya tidak ingin berada di tempat yang sama dengan pria ini. Tapi, tiba-tiba Mark malah menggendongnya.
“Eh eh apa-apan ini?” tubuhnya sudah melayang dan mendekap di tubuh pria itu. Luna meronta dengan memukul lengan, dada, bagaian apa saja yang dia jangkau.
“Tanganmu sakit karena aku, maka aku harus mengurusnya.”
“Yang sakit tanganku, bukan kakiku. Apa hubungannya dengan menggendongku?” teriak Luna masih meronta, memuku-mukul dada Mark dan bahu Mark kembali. Tapi tidak sedikitpun hal itu membuat Mark terganggu.
Mark menantapnya tajam, tatapan Mark kali ini Luna langsung kicut menelan ludah dan menyerah. Tak lagi meronta, yang ada hanya gunam-gumam kecilnya.
“Tapi aku berat. Kamu tidak akan kuat menggendongku samapai ke bawah.” ucap Luna pelan, lebih baik cari aman dari pada di terkam manusia aneh ini.
“Kamu jangan meragukan kekuatanku. Akan ku tunjukkan berapa kuatnya aku.”
Eh, kata-kata ini kenapa kedengaran sedikit ambigu. Ya Tuhan.. sepertinya dia terlalu banyak berfikir. Kenapa kamu mendadak jadi gadis bodoh Luna? Luna menggelengkan kepalanya. Pikiran apa ini?
Mark melihat Luna seperti itu membuat nya sedikit tersenyum.
Beberapa menit kemudian mereka telah sampai di bawah. Rangga yang melihat Mark menggendong Luna langsung terkejut. Dengan cepat dia mendekat.
" Apa yang terjadi?”
“Jangan banyak tanya. Cepat bukakan pintu!” perintah Mark mendelik kesal.
"Luna kenapa?” Rangga masih khawatir.
“Rangga, gadis ini sangat berat. Kenapa kamu masih berdiri?”
“Iya, iya. Aku buka, aku buka.” dengan segera membukakan pintu mobil.
Berat? pria memang sulit di percaya, tadi bukankah bilang sangat kuat.
Bibir atas Luna terangkat karena kesal diiringi dengan bola matanya memutar malas.
Diperjalanan Rangga melirik ke belakang lewat spion tengah. Hatinya terus bertanya-tanya tentang apa yang telah terjadi.
Kenapa sekarang terlihat seperti bermusuhan? Tadi masuk dengan gandengan tangan, keluarnya Mark menggendong Luna dan sekarang mereka seperti ini.
Padahal mereka bukan anak remaja umur 17 tahun lagi. Tapi kelakuan mereka benar-benar kekanak-kanakkan.
Ranggamenggeleng-gelengkan kepalanya, lalu fokus menyetir.
“Apa anda baik-baik saja, Nona Luna?” tanya Rangga memecah keheningan.
“Um,” hanya begitu respon Luna.
Ya Tuhan... kenapa mereka selalu memperlakukanku dengan dingin dan dengan situasi yang canggung.
“Taangan anda?” Rangga tetap memberanikan diri bertanya.
“Kenapa kamu banyak bicara Rangga. Fokus saja menyetir!” bentak Mark secara tiba-tiba hingga membuat Rangga dan Luna sedikit terperanjak.
“Baiklah, baiklah, aku akan menutup mulutku.” jawab Rangga sambil mengusap dadanya. Saparuh darah serasa melayang karena bentakan tadi.
Luna memaki dalam hatinya, dia memegangi lama dadanya sambil melirik Mark penuh kekesalan.
Dasar gila!
***
Di kamar, Mark mengompres tangan Luna dengan batu es. Dia melakukannya dengan sangat lembut.
“Apa ini sakit?” tanyanya.
“Iya, sangat sakiiittttt.” teriak Luna penuh penekanan dengan kata sakitnya.
Pletak!
Mark menjentik kening Luna “Kamu jangan pura-pura.”
“Awww, kalau sudah tahu kenapa bertanya?” Luna cemberut dan menatap Mark dengan tajam.
“Tadi aku memegang tanganmu tidak begitu kuat, tapi kenapa semerah ini?”
“Apa? Kamu bilang Tidak begitu kuat? Tadi kamu sudah mau membunuhku tahu tidak?"
“Kamu jangan teriak-teriak. Aku dekat denganmu, tapi kamu seperti berbicara dengan orang yang jaraknya 10 km. Kamu seorang gadis, kenapa tidak bisa lebih lemah lembut.”
Lemah lembut? Luna mencibir.
“Aku tidak perlu berlemah lembut di depanmu. "
Mark hanya tersenyum melihat tingkah Luna. Lanjut mengompres dan sesekali senyum tipis.
Tiba-tiba ponsel Mark bergetar.
Panggilan dari Rangga, Mark meletakkan handuk kompres dan menjawab panggilan.
“Ada apa?”
“Mark, sekarang kamu harus bergegas ke club XX, kami menangkap mata-mata Jhon di sini.” jelas Rangga dengan gembira.
“Oke, aku akan segera ke sana.”
Mark mengambil mantelnya dilemari dan memakainya. Semantara Luna tetap mengusap tangannya , tapi berusaha curi pandang pada Mark yang terlihat bergegas.
“Kamu mau pergi kemana?”
“Aku ada urusan, kamu tidurlah di sini!”
“Disini? Tidak, tidak. Aku akan ke kamarku sekarang.” nada penolakan Luna terdengar spontan.
“Malam ini aku tidak pulang, terserah kamu mau tidur dimana.” Mark keluar dan menutup pintu.
Setalah Mark keluar dari kamar tersebut, Luna langsung tersenyum. Dia serasa di beri angin segar yang menenangkan. Lalu dia berfikir untuk mengambil kesempatan.
“Ini memang kesempatan yang bagus, aku di kamarnya atas izinnya. Berarti dia sama sekali tidak mencurigaiku.”
Luna memperhatikan kamar Mark dengan teliti dan mengambil kamera tersembunyi yang sudah disiapkannya.
"Dimana aku harus menaruhnya.” gumamnya.
“Dia bilang dia tidak pulang malam ini, jadi aku bisa bertindak lebih leluasa." mata Luna meliar mencari tempat yang pas untuk menaruh siasatnya.
Luna melihat miniatur elang.
"Miniature elang? Jika aku memasangnya di ini seharusnya dia tidak akan mengetahuinya kan?”
Tanpa pikir panjang lagi, Luna membawa miniatur itu ke kamarnya untuk mengakali bagaimana dia memasang camera tersembunyi di sana.
“Lou Hyena sudah memberi ku camera terbaik dengan ukuran yang sangat mini, harusnya akan lebih mudah untuk mengakalinya.” dia memperhatikan miniatur dan berfikir.
***
Dua jam kemudian Luna baru berhasil memasangnya.
“Sempurna. Aku memasang di mata elang ini pasti tidak akan ketahuan, karena mata elang ini juga memiliki pancaran berwarna merah. Kamu memang pintar Luna.” Luna menganggukkan kepala membanggakan dirinya sendiri.
“Aku harus bergegas untuk menaruhnya, dan selanjutnya aku jga harus memasang di ruang bacanya.”
Malam itu Luna sudah menyelesaikan misinya memasang camera tersembunyi. Untuk di kamar Mark dia sudah meletakkan miniatur tersebut ke tempat semula.
Sementara di ruang baca Mark, dia memasang camera tersebut pada lampu hias yang terpajang di sana.
“Lelah sekali.” Luna berjalan sambil merenggangkan tubuhnya.
“Aku sudah menghubungkan ke ponselku. sekarang aku bisa memantau si berengsek ini. Haha.” gelak tawanya merasa sangat puas.
***
Di club XX, Mark sedang mengintrogasi mata-mata yang ditangkap oleh Rangga.
Pllak! plak!
Bugh! Bugh!
Suara tamparan dan pukulan.
Mata-mata tersebut sudah berlumuran darah dan sudah tak berdaya.
“Apa yang harus kita lakukan Mark, ini sudah hampir dua jam. Tapi kepar4t ini tidak berbicara apa-apa. Dia benar-benar menutup mulutnya.” Rangga sangat tidak sabar.
“Sepertinya dia lebih memilih mati dari pada buku mulut.” Mark tersenyum.
“Lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya Rangga kembali.
“Kalian sekap bajing4n ini di tempat kita, dan kamu ikuti aku.” tegas Mark berjalan keluar yang di ikuti oleh Rangga.
“Baik, Tuan muda.” jawab pengawal.
“Apa rencanamu Mark?”
“Aku ingin memancing Jhon. Sebentar lagi Jhon pasti akan mendapat kabar kalau kita menangkap mata-matanya. Dia pasti akan mengirim mata-mata yang lebih kuat. Semakin kuat semakin lebih berguna, lebih banyak mengetahui tentang Jhon.
Saat itu kita harus mendapatkannya, kita akan membuat perangkap untuk kedua mata-mata tersebut agar bisa mendapatkan apa yang ingin kita inginkan.” Jelas Mark dengan yakin.
“Itu sangat brilliant Mark, baiklah aku akan mengaturnya.” Rangga terlihat bersemangat dengan taktik Mark.
“Mulai sekarang suruh bawahanmu menjaga mata-mata itu, jangan menyakiti dia lagi. Saat temannya muncul dia harus terlihat sehat, di sinilah kita mulai bertindak. Tapi jaangan sampai lengah.” tegas Mark.
“Aku paham. Mark, lain kali kamu harus mentraktirku, malam ini aku sudah bekerja keras untukmu. Hehe.." Rangga mendekat dan menepuk bahu Mark.
“Baiklah, sekarang lakukan tugasmu.” dia menyingkirkan tangan Rangga dan berlalu pergi.
“Eh, kenapa dia seperti ini. Tidak kah kamu tahu ini menyakiti hatiku Mark.” Rangga menatap punggung Mark yang menajauh sambil memegang dadanya.
Mobil Mark melaju dengan cepat, di dalam mobil dia melakukan panggilan telepon.
“Bagaimana keadaannya sekarang?” tanya Mark terdengar sangat serius.
“Sekarang sudah lebih baik Tuan, minggu depan sudah bisa kita lakukan operasi terakhir.”
“Syukurlah, pantau terus perkembangannya dan laporkan padaku. Di hari operasinya aku datang ke sana.”
“Baik. Aku mengerti, Tuan.”
***
Keesokan paginya Luna bangun dengan semangat, setelah bangun dia bergegas mengecek ponselnya untuk melihat keberadaan Mark di dalam kamar.
“Hmm.. ternyata dia benar-benar tidak pulang semalam.” dengan sedikit kecewa. Lalu dia bergegas pergi mandi.
Sesampainya di kantor, suasana di kantor tidak seperti biasanya. Para karyawan sangat ribut, seperti ada hal besar yang terjadi. Tapi ketika melihat Luna datang mereka langsung diam dan terlihat canggung.
“Selamat pagi, Nona Luna.” sapa mereka sambil membungkuk memberi hormat.
Luna sedikit bingung melihat tingkah mereka yang awalnya ribut, tapi dia tidak terlalu memperdulikan. Dia langsung masuk ke lift khusus eksekutif.
Ponsel Luna bergetar. Itu panggilan dari Lily.
“Hallo, ada apa kau meneleponsepagi ini Lily?”
“Luna bagaimana menurutmu berita pagi ini? Apa yang akan kamu lakukan pada Mark calon tunanganmu?” di seberang sana suara Lily terdengar sangat bersemangat.
“Berita apa? aku tidak mendengar berita apapun pagi ini.” tanya Luna bingung.
“ Ya Tuhan! kamu masih saja tidak berubah, masih saja tidak update. Sementara seluruh kota sudah membicarakan kalian.” j
Lily menepuk keningnya. Capek deh!
“Aku? aku tidak melakukan kesalahan apa-apa.” Luna lebih terkejut.
“Ah, kamu tidak seru. Padahal aku ingin mewawancaraimu, tapi kamu tidak tahu apa-apa. Sekarang lebih baik kamu lihat artikel 5 menit lalu!"
“Tunggu, tunggu. Aku akan mngeceknya sekarang. Jangan menutup telepon!”
Luna bergegas searching, karena selama ini dia tidak pernah mengaktifkan notifikasi dari media apapun, karena itu sangat menjengkelkan baginya. Tapi hal itu membuat dia selalu ketinggalan.
Dan benar saja di berita utama terpampang.
“PRESDIR LIXING: Mark Rendra dan Artis ternama Zhan Sherlok subuh ini diketahui keluar bersama dari hotel D’Lux.”
“PESELINGKUHAN PRESDIR LIXING, Bagaimanakah tanggapan Luna Aliester?”
“DIKETAHUI SELINGKUH, Akankah pertunagan Mark Rendra & Luna Aliester dibatalkan?”
Dan masih banyak artikel serupa lainnya.
Membaca artikel-artikel tersebut kemarahan Luna memuncak, tangannya gemetaran karena menahan amarah.
“Mark Rendra berani-beraninya kamu!” teriak Luna.
Sementara Lily, “ Luna kamu tidak apa-apa? Haloo..bicaralah...haloo... kamu belum mematikan telepon lho.”
Luna tidak peduli lagi, “Terima kasih sudah memberitahuku Lily, sekarang ku tutup.” Dia langsung mengakhirinya, sorot mata Luna tajam, dia mengenggam ponselnya dengan erat. Sementara bibirnya terlihat sedikit bergetar menahan umpatan.
“Ya Tuhan! sejak kapan menjadi kejam begini, dia tidak pernah seperti ini sebelumnya.” ucap Lily dengan matanya membulat dan menelan ludah.
Ting!
Lift terbuka, dan dia langsung menuju ruangan presdir.
Pantas saja tidak pulang semalaman. Hah,ternyata dia bersenang-senang, gerutu hatinya.
“Si brengsek itu pasti belum datang, lebih baik aku menunggunya.”
Luna berjalan cepat, sehingga dia tidak melihat Stepanus yang sudah melambaikan tangan kepadanya.
“Haha.. dia tidak melihatku.” Tuan Stepanus menarik tangannya kemabli dan tersenyum penuh kekesalan.
“Dia pasti sangat marah karena berita pagi ini, Tuan.” ucap asisten Stepanus.
“Tentu saja. Luna merupakan gadis yang sangat melindungi reputasinya mengenai hubungan asmaranya. Selama ini dia selalu bergaul dengan pria kalangan atas.
Begitu banyak yang menginginkannya, bahkan pangeran Inggris aku dengar juga tertarik dengannya. Tapi saat itu mereka masih sangat muda, Luna tak menganggapnya serius." Tuan Stepanus masih memandangi punggung Luna.
"Lalu sekarang tiba-tiba seorang anak buangan membuat dia hilang muka di depan publick. Pasti dia akan sangat marah. Haha... mari kita nantikan. Pasti akan menyenangkan.” ucap Stepanus terlihat gembira.
"Iya, Tuan.”
Di dalam ruangan presdir, Luna duduk di kursi Mark. Dia banyak mendapat panggilan dari teman-temannya dan nomor tidak dikenal, membuat dia sangat jengkel.
“Kenapa mereka selalu menelepon ketika aku ada masalah? kenapa mereka merasa senang sekali mengejek orang?” teriak Luna, kemudian dia mematikan ponselnya.
Luna mengambil nafas panjang untuk menenangkan diri. Menyandarkan kepalanya di sandaran kursi, lalu memejamkan matanya sejenak.
Mark Rendra, kamu sudah mendapatkan segalanya, tapi menjaga sedikit nama baikku saja kamu tak bersedia. Aku malu pada diriku sendiri pernah mengagumimu.
Luna melamun cukup lama, tapi Mark belum juga datang.
“Kenapa si brengsek ini lama sekali, kenapa semuanya menjadi sangat menjengkelkan?” gerutu Luna dan merebahkan kepalanya. Kali ini dia merebahkan kepalanya di meja.Dia berhitung dengan lesu kapan pintu itu akan di buka.
1, 2, 3, 4, 5,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,112, 113,
Krek!
Ada yang membuka pintu.
Mendengar itu dia bergegas mengangkat kepalanya.
“Yaa, kenapa kamu lama sekali.” bentak Luna.
Suara Luna mengejutkan orang itu. Tapi Ternyata yang datang bukan Mark, melainkan Rangga.
“Kenapa kamu sendirian, mana Tuanmu?” bentak Luna.
Mark memang kenapa kamu memberiku masalah lagi? Aku mana bisa menghadapi Luna. Sekarang dia kelihatan sangat marah.
Sungguh malang nasib Rangga yang selalu menjadi korban.
“Mark, eh maksudku Tuan muda ada urusan lain. Dia menyuruhku untuk mengambil beberapa berkas.”
“Oo.. berkas apa yang dia perlukan. Aku akan ikut kamu.”
“Tapi, Nona Luna.”
“Tidak ada tapi-tapian. Cepat katakan, aku akan mencarikannya!”
Bagaimana ini.. apa yang harus dia lakukan?
Luna mengangkat alisnya, dia semakin curiga dengan tingkah Rangga.
Ponsel Rangga bergetar, itu panggilan dari Mark.
Kamu tapat waktu Mark, aku tidak sanggup menghadapi Luna.
“Apa kau sudah menemukan berkas itu Rangga.” tanya Mark.
“Begini Mark.."
Luna merebut ponsel Rangga.
" Berkas apa yang anda butuhkan, Tuan Mark Rendra?”
“Kamu, kamu kenapa tidak bisa di hubungi?” Mark memarahinya.
“Hah, kamu masih berani membentakku Mark? apa kamu tahu karena ulahmu banyak orang yang meneleponku?” Luna membalas Mark.
“Jadi kamu membuang ponselmu.” Mark mencemooh.
“Iya, dan aku juga sudah menghancurkan ruanganmu.” teriak Luna.
Mark tertawa mendengar kemarahan Luna, “Sekarang apa maumu? Kenapa kau merubut ponsel Rangga?”
“Aku ingin bertemu denganmu.”
“Baiklah, kamu ikutlah dengan Rangga. Jangan lupa berkas yang ku minta.” setelah kalimatnya, Mark langsung memutuskan telepon.
“Aaaa, lagi-lagi dia mematikannya.” Luna sangat kesal, lalu dia menoleh pada Rangga, “Rangga aku ikut denganmu, dan kamu ambillah berkas yang dia perlukan.” ucap Luna dengan lesu sambil memegang keningnya.
“Sudah, Nona.” Rangga mengangkat dokumen di tangannya, “Nona kamu kenapa?” tanyanya.
“Tidak apa-apa. Aku hanya kehabisan tenaga menghadapi Tuanmu yang gila itu. Ayo kita pergi.”
***
Restoran M5,
Mereka diantar oleh pelayan restoran ke private room.
“Apa yang dilakukan Tuan mu di sini Rangga?”
“Saya juga tidak tahu, Nona. Saya belum ada bertemu dengan Tuan pagi ini. Tadi dia langsung menyuruh saya ke kantor untuk mengambil berkas.”
Luna berhenti dan membalikkan badan untuk menoleh pada Rangga, "Kamu tahu Tuan mu itu seorang berengsek?” Luna menatap Rangga dengan tatapan yang mengintimidasi.
“Kenapa Nona berkata seperti itu?”
“Sudahlah, kamu orangnya. Bagaimanapun kaum akan membelanya.” dia lanjut jalan dengan sedikit lunglai.
“Nona ,kelihatan tidak sehat.”
“Aku memang sudah tidak sehat semenjak kemunculan Tuan mu di keluarga Aliester.”
Rangga terdiam dan merasa bersalah. Tak ingin bicara banyak lagi, cukup diam agar tidak memancing masalah baru.
Mereka sudah sampai di private room yang di sewa Mark.
Pelayan membukakan pintu dengan sopan.
Luna melangkahkan kakinya masuk dengan menunduk, dia mendengar gelak tawa Mark dengan seorang wanita.
Dia langsung mengangkat kepalanya. Yang benar saja, ternyata wanita itu adalah Zhan Sherlok.
Wanita yang di beritakan dengan Mark tadi pagi. Mereka terlihat sangat akrab, sehingga tidak menyadari kedatangan Luna dan Rangga.
Luna memegang erat tasnya dan menggigit bibir bawahnya menahan amarah .
Rangga yang melihat Luna seperti itu dia langsung memanggil Mark.
“Kami sudah datang, Tuan.”
Mark dan Zhan Sherlok berhenti tertawa, lalu menoleh pada sumber suara.
“Eh kalian, cepatlah bergabung.” Mark mempersilakan.
Tiba-tiba Zhan Sherlok mencium pipi Mark. Dia seperti ingin menunjukkan pada Luna bahwa berita yang menghebohkan itu adalah benar-benar fakta.
Suasana jadi semakin mencekam, Rangga terus memandangi Luna, " Ya Tuhan..." ucap Rangga, dia semakin frustasi dengan melihat situasi ini.
Luna yang melihat itu merasa sangat jijik. Bagaimana seorang wanita tidak bisa menjaga harga dirinya.
“Hah, sangat murahan!” Luna bergegas pergi keluar.
“Nona!" panggil Rangga. Luna tetap bergegas pergi, tidak merespon sama sekali.
Mark juga terkejut dengan tindakan Zhan Sherlok, lalu dia mendoronng tubuh Zahan Sherlock darinya.
Mark kekuar mengejar Luna. Dia tidak memeperdulikan suara Zhan Sherlock yang berusaha menahannya untuk tidak mengejar Luna.
“Luna.”
Luna tidak memperdulikan Mark dan semakin mempercepat Langkahnya.
Luna menabrak seseorang.
“Maaf kan aku.” Luna tetap lanjut berlari tanpa melihat wajah orang itu.
“Siapa gadis ini?” gumam pria itu.
Dari kejauhan Mark masih memanggil Luna.
Menyadari hal itu, pria tersebut mengejar Luna dan menarik tangan Luna.
.
.
Siapakah pria yang di tabrak Luna?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Aurora
Siapakah itu?
2022-08-15
0
Fajariah Tis'ata Asyaro
ha
2020-07-20
0
Acox
iklan geng
2019-12-08
3