“Kemana nih opa, lama kali jemputnaaa .. “ rengek Jelita kesal.
Kini ketiganya sudah kembali ke kota Jakarta dan sedang menunggu jemputan. Sudah dua jam lamanya, dua bocah gendut itu sudah memasang wajah cemberut lantaran opanya belum menjemput.
“Ketemu cewek kaliiii… “ sahut Ravin kesal bersedekap dada.
Mendengar sahutan putranya sontak, Cherry menegur. “ Shhh, nggak boleh ngomong begitu. “
“Opa lamaaa mommyyy… kaki na Celita cudah kelaaammmm cekaliii… “
“Kram dari mananya, orang kamu duduk dari tadi… “ sahut Cherry.
“Pantat kau kali yang klammm ! “ seru Ravin yang duduk menyender.
“Ndaaaa ! Lasa tebal ja pantat naaaa… “ ujar Jelita tak terima.
“Selah kau lah… “
Sedangkan di sisi lain, Leci sedang mengendarai mobilnya dengan ugal-ugalan.
“Huuuuuuu… . tau kayak gini, pake helikopter aja deh jemputnyaaa… “ gerutu Leci yang baru saja memasuki halaman bandara.
“Dimana mereka ya ? “ ucapnya lagi mencari keberadaan kakak kesayangannya.
Tak lama Leci menemukan keberadaan sang kakak. Ia pun segera membunyikan klakson dan menurunkan kaca jendela.
“KAKKKKK CHERRYYY !! “ teriak Leci dari dalam mobil.
“BUNDAAAAAAAAAAAA !!! “ teriak Jelita dan Ravin serempak saat melihat siapa yang mengklakson mereka.
“Maaf kak, lama. Dijalan macet luar biasa parah ! “
“Kok bisa kamu yang jemput ? Papi kemana ? Terus putri kecilmu sama siapa ? “ tanya Cherry heran.
“Nanya nya satu-satu aja dulu… “ rengek Leci kesal.
“Ya ya ya !! “ sahut Cherry.
“Papi sama mami ajak si bayi pergi ke pesta pernikahan rekan kerja papi ! Maka dari itu, aku yang jemput.. “
“Suami mu nggak mana ? “ tanya Cherry bingung.
“Biasaaaa, pergi sama bang Cingaaa !! “ jawabnya kesal.
Cherry menganggukkan kepalanya, ia melihat ke belakang kedua anaknya sudah tertidur pulas.
Sedangkan di sebuah mansion keluarga Sanjaya, dua keluarga akan berkumpul untuk membahas pertunangan anak-anak mereka hari ini.
“Ma, apa yang kamu lakukan ? Ini sangat mendadak untuk putra kita Raden ! “ ucap seorang pria paruh baya kepada istrinya. Keduanya masih berdebat di dalam kamar sembari mengambil mahar yang akan diberikan kepada calon menantunya, lebih tepatnya mama Raden yang sangat excited.
“Pahhh, papa dengar sendiri ucapannya Glady, kan? Mama nggak mau Raden salah pilih ! Apa lagi berhubungan sama janda itu ! “.
“Maa ! Mama itu jangan mudah terpengaruh dengan omongan Glady ! Belum tentu itu benar, mah ! “ seru Papa Raka kepada istrinya yang keras kepala.
“Papa apa-apaan sih ! Kok jadi bela si janda itu ! “ sarkas Mama Chika menapa kesal suaminya.
“Bukan papa belain ! Tapi mama itu yang mudah terpengaruh dari mulut satu orang ! Mama yakin Glady baik untuk putra kita ? “ tanya Papa Raka menatap istrinya tegas.
“Pastiiii ! Pasti Glady adalah calon menantu mama yang baik untuk istri putra kita ! “ sahut Mama Chika membanggakan sosok Glady.
Papa Raka menggelengkan kepalanya. Istrinya itu mudah sekali terpengaruh bisikan setan membuat dirinya sebagai suami tidak becus mengarahkan hal yang baik untuk istrinya itu.
“Pah, Mah ! “ panggil Raden yang kini berdiri di depan pintu yang terbuka.
Kedua paruh baya itu menoleh. Mama Chika tersenyum dan menghampiri putra sulungnya. “Kamu kok belum siap sayang ? Sebentar lagi keluarga Glady akan datang.. “
“Mah, Raden mohon jangan paksa Raden buat bertunangan dengan Glady. Raden nggak suka.. “ ucap Raden memelas.
Perkataan Raden, sukses membuat Mama Chika naik darah. “Mama nggak mau tahu ! Kamu harus bertunangan dengan Glady ! Dia wanita baik-baik, tidak seperti wanita janda itu ! “ ucap Mama Chika marah.
“Janda siapa mahhh ? “ tanya Raden bingung.
“Halahhhh, jangan berlagak pikun kamu ! Pokoknya kamu harus tunangan sama Glady, TITIK !! “
Setelah mengatakan itu, Mama Chika berjalan meninggalkan suami dan putranya. Papa Raka menghela nafasnya dengan kasar, sedangkan Raden mengusap wajahnya, bingung dengan tindakan sang mama.
“Kanan kili, kanan kili … putal-putal jaliiiii… “ Seorang bocah perempuan datang dengan wajah cemongnya menatap sang abang di depan pintu.
“Bang Laden, nda mau macuk aja ? Kata papa, beldili di depan pintu nda boleh, nanti nda jadi nikah. Calon na lali…“ ucapnya polos.
Raden yang mendengar celoteh adik bungsunya tersenyum, ia mengacak-acak rambut panjang adiknya itu.
“Kau cemong sekali ! Pergi mandi sana, nanti ikut abang jalan-jalan… “ seru Raden membuat bocah itu memekik senang.
“Holeeeee, “ teriaknya semangat dan bergegas ke kamarnya untuk mandi dan bersiap.
Setelah kepergian adik perempuannya, Raden berjalan menghampiri papa Raka. “Papa, apa yang harus Raden lakukan ? Raden nggak cinta sama Glady.. “
Tatapan memelas Raden membuat Papa Raka kembali menghela nafas kasar. “ Papa juga bingung, mama mu susah dikasih tau. Malah ngotot buat jadiin Glady menantu di rumah ini… “
Sedangkan di bawah, mama Chika menyambut calon besannya dengan semangat membara. Keduanya tampak cipika-cipiki, saling menanya kabar.
“Jeng Lita apa kabar ? “ tanya Mama Chika basa-basi.
“Baik, jeng… “ sahutnya senang.
“Tante, Radennya mana ? “ tanya Glady tak sabar ingin bertemu pria nya itu.
“Ada, Raden ada di atas. “ sahut Mama Chika.
“Glady mau liat ke atas boleh, tan ? “ tanyanya tak sabar.
“Samperin aja ke atas ! “ jawabnya kepada Glady.
Dengan senang hati Glady berjalan meninggalkan ruang keluarga menuju lantai atas.
Sedangkan kedua orang tua Glady sedang berbincang dengan Mama Chika membahas pertunangan Glady dan Raden.
*
*
*
*
*
“Mending kamu siap-siap, takut mama kamu ngereog lagi. Papa mau kebawah nemenin egonya mama kamu ! “ ujar Papa Raka meninggalkan Raden yang kini berwajah datar.
Raden keluar dari kamar orang tuanya dan berjalan dimana kamarnya berada. Melihat pintu kamar adiknya terbuka, Raden masuk terlihat sang adik sedang dibantu mandi oleh Mbok Darni.
Raden menutup pintu kamar adiknya dan berjalan ke ranjang sang adik kemudian merebahkan dirinya di sana.
“Udah wangi belum mbok ? “ tanya bocah itu kepada Mbok Darni.
“Sudah wangi, nduk ! Mau kemana sih, tumben jam segini mau mandi… “ tanya Mbok Darni.
“Tela mau jalan sama abang, abang Laden mau ajak Tela pelgiii… “ jawabnya semangat.
Lentera Ayu Sanjaya, bocah perempuan berusia 3 tahun. Adik perempuan satu-satunya Raden. Mengenai Rendi, dia adalah sepupu Raden, keponakan kandung Papa Raka.
“Pintunya di kunci ? Pasti di dalam ! “ seru Glady saat berada di depan pintu kamar Raden.
Untungnya pintu kamar Raden memiliki screen finger sehingga tak ada yang bisa leluasa masuk ke kamarnya. Galdy yang kesal terus-terusan menggedor dan memanggil nama Raden membuat seorang bocah perempuan kesal.
“OIII NENEK LAMPIL ! TELIAKANMU SEPELTI KUNTILANAK NYALI MANGCAAA !! KESAL KALI LOOOHHH ! LIBUT TAU NDAAA !! “ teriaknya kesal dari arah kamarnya ia berteriak sambil memegang cangkir miliknya.
Setelah kepergian Mbok Darni dan melihat abang kesayangannya tidur di kasur empuk miliknya, Lentera berniat ingin tidur di samping sang abang akan tetapi belum merebahkan kepalanya di atas bantal, suara familiar merusak gendang telinganya.
“Ehhh bocah tengik ! Diam kau ! “
“Cih, sepelti itu kau mau nikah cama abang kecayanganku ? Nda ku bialkan ! “ ucapnya dalam hati menatap Glady yang kembali menggedor pintu kamar Raden.
Lentera kembali masuk ke dalam kamarnya, tak lupa mengunci pintu agar kuntilanak tidak masuk ke kamarnya.
“Memang adik abang yang terbaikkkkk !! “
Suara itu mengejutkan Lentera yang hendak naik ke atas ranjangnya. Bocah itu sangat kesal sekali dengan sosok wanita yang menurutnya pengganggu. Lentera saja tidak suka apalagi Raden, tapi ya namanya orang tidak tahu malu ya gitu.
“Abanggggggg… … jangan nikah cama nenek lampil ya, kasihan ponakan Tela, jadi anak kunti… hiiii selemmmm… “
...***...
Jangan lupa dukungannya🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Lilik Lailiyah
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2024-12-03
0
Dian Soedarminto
/Joyful//Joyful//Joyful/
2024-07-16
0
sendy kiki
up lah
2024-04-18
1