pertemuan kembali Raden dan Ravin

“MANAAAA ?!!! “

“ITU LOOOHH YANG DI CANA NYELET KOPEL HITAM NAAAA !! “ pekik Jelita gregetan

“LIHATTTT NDA KAU !!! ITU LOHHHHHHH !! “ tunjuk Jelita semakin greget saat Ravin masih mencari kesana kemari orang yang ditunjuk Jelita.

“IHHHHH KESAL KALI ! DAH PELGI OLANG NA ! “ ucap Jelita kesal bahkan suara keras Jelita mengundang pusat perhatian.

“Ravin ! “ Merasa dipanggil Ravin menoleh terlihat seorang wanita cantik berjalan menghampiri kedua bocah gendut.

“Onti Kejolaaaaa !! “ seru Ravin heboh saat melihat Kejora yang datang bersama rombongannya.

“Mommy bohay mu mana ? “ tanya Kejora bingung.

“Lagi keluangan itu ! “ jawab Ravin.

“Heiii, ini siapa namanya ? “ tanya rekan Kejora bernama Sekar.

“Celita onti.. “ sahut Jelita malu.

“Cerita ? “ tanya Sekar memastikan. Jelita menggeleng, “ Ceee Liiii Taaaaaa… . “ eja Jelita sedikit.

“Hei, Jor, Kar ! Udah lama ? “ Sapa Cherry yang baru kembali.

“Nggak, Cherr. Baru kok ! “

“Ayo, kita ke kabin kita ! “ ajak rombongan yang datang bersama Kejora dan Sekar.

“Ayo ! “

Namun, saat melangkahkan kaki. Suara seseorang terdengar risih di kuping Cherry dan lainnya.

“Bawa anak lagi ? “ ucap wanita itu.

“Iya kak, sekalian mau ajak liburan. “ sahut Cherry tenang.

“liburan ? Emang boleh bawa anak ? “ ucapnya lagi.

“Ya kan, bukan tiap hari. Lagian mask*p*i kita bolehin kok selagi tidak sering ! “ seru Kejora.

“Gue nanya Cherry bukan lo, Jora ! “ sentaknya kesal.

“Terus salahnya gue jawab apa, Kak Gladdddd ? “ sahut Kejora berani.

“Kak Glady kayaknya nggak suka banget sama Cherry. Padahal Cherry nggak pernah tu ganggu… “ sahut Sekar membuat wanita yang bernama Glady itu diam.

“Apa sih, kalian bela Cherry terus ! “ ucapnya tak suka dan pergi mendahului mereka semua.

“Onti itu sepelti na nyali masalah sama mommy bohai ! “ bisik Jelita. Ravin mengangguk. “ Benel. Padahal mommy nda ngomongin dia dali tadi… “.

“Silik kayakna sama mommy… “ ujar Jelita berpendapat.

“Bisa jadi… “ sahut Ravin mangut-mangut.

Seperti biasa Ravin dan Jelita menunggu di kursi paling belakang. Cherry akan memperagakan alat keselamatan sebelum akhirnya pesawat lepas landas ke pulau K.

Kedua bocah itu duduk dengan anteng, sesekali menatap beberapa pria berseragam mengendarai mobil barang menuju pesawat lain saat pesawat yang mereka tumpangi sudah berjalan pelan.

“Ihhh Celita tadi nda pamitan cama mama Lekca ya ? “ tanya Ravin tiba-tiba membuat Jelita sedikit ngeblank.

“Pamit kayak na .. “

“Iiii pasti ndaaa kannnn ?! “ ujar Ravin semakin membuat Jelita berpikir, tiba-tiba saja Jelita menangis kuat sehingga menimbulkan rasa penasaran penumpang yang duduk di depan kedua bocah itu.

“Ada apa nak ? “ tanya ibu-ibu paruh baya itu kepada Jelita.

“Hiks… mama ! “

“Mama kalian dimana, nak ?”

“ Kok bisa ninggalin kalian berdua di pesawat ! “ ujar yang lainnya, hingga membuat gaduh.

Cherry yang baru selesai menginstruksi penumpang, segera berjalan ke belakang untuk melihat kondisi anak-anaknya.

“Bu Pramugari, di belakang ada anak kecil yang menangis mencari mamanya ! “ ujar penumpang yang berjalan ke arahnya.

Semua pramugari berada di depan dan sebagian ada di ruang kokpit membantu pilot yang bertugas. “Oh, baik. Saya ke belakang dulu ya bu. Terima kasih informasinya, “ ucap Cherry lembut.

“Sama-sama bu pramugari cantik ! “.

Cherry berjalan ke belakang, ternyata Sekar menyusul Cherry.

“ Mama hiks … “

Terdengar suara familiar yang mengalun di telinga Cherry membuat wanita itu bergegas.

“Bu pramugari, dua anak ini ditinggal ibunya… “ adu ibu-ibu paruh baya yang berusaha menenangkan Jelita sedangkan Ravin dirinya hanya menatap Jelita dengan tampang polosnya.

Cherry tersenyum, lalu memanggil keponakannya itu.

“Jelita… . “ panggilan Cherry membuat ibu-ibu saling pandang, Sekar segera meminta ibu-ibu itu untuk memakai sabuk pengaman karena pesawat sebentar lagi akan lepas landas.

“MOMMMMMYYYY !! “ rengek Jelita membuat Cherry memeluk keponakannya itu.

“Jelita kenapa nangis ? “ tanya Cherry lembut.

“Hiks …

“Buku celitaaa lupa pamit cama mama Lekca mommy maka na buku Celita na nangis… “ adu Ravin membuat Cherry menatap keponakan cantiknya.

“Benar begitu sayang ? “ tanya Cherry kepada Jelita yang masih sesenggukan.

Jelita mengangguk, “ Celita lupa pamit hiks ! boleh nda pesawat na belhenti dulu bial Celita bica pamit cama mama hiks … “

“Nanti Celita dulhalka cama mama Lekca, Celita na nda mau mommy hiks ! “ tangis Jelita kembali terdengar membuat Cherry membujuk Jelita agar berhenti menangis.

“Jelita, dengar mommy. “ Jelita menatap mommy bohay-nya dengan air mata yang masih mengalir.

“Pesawat yang sudah lepas landas nggak bisa berhenti atau pun putar balik. “ jelas Cherry.

“Kenapa ? “ tanya Jelita bingung.

“Karena…

“Kalau belhenti nanti pecawatna mau di palkil dimana ? Negli awan ? sulga ? diudala ndaa ada pom bencin na “ sahut Ravin yang mana membuat Sekar yang mendengarnya hampir tersedak lud4hnya sendiri.

“Maca nda bica belhenti ? “ tanya Jelita tak percaya.

“iii nda pelcaya ! coba kau tengok di cana ! “ ujar Ravin menunjuk jendela pesawat.

Jelita mendongak melihat hamparan lautan langit biru yang cerah secerah hatinya.

“Ada pom bencin na ? “ tanya Ravin. Jelita menggeleng.

“Ya, cudah ! Nda bica belhenti kan ? “ Jelita kembali mengangguk.

Cherry dan Sekar masing-masing menghela nafas lega. Sekar duduk di sisi Jelita yang menyender terlelap di tangannya sedangkan Ravin, bocah itu meminta sang mommy untuk menemaninya ke toilet pesawat.

Setelah satu jam setengah, kini pesawat yang ditumpangi mereka telah sampai di bandara pulau Kalimantan. Kedua bocah gendut dengan sabar menunggu antrian keluar dari pesawat.

“Akhilnaaaaaaaaaa… “ ucap Jelita lega saat menikmati angin sepoi-sepoi di balkon hotel pulau Kalimantan siang hari.

“Hai, cantik ! “ seru seorang pria tampan menyapa Jelita yang menikmati angin siang yang sepoi-sepoi.

Jelita menoleh, jiwa centilnya meronta-ronta. “Hallo plia danteng.. “ sahut Jelita senang.

“Sendirian aja cil ! “ seru pria itu. “Kenalan dulu dong ! Abang Rendi ! “ serunya menyodorkan tangannya ke hadapan Jelita.

Jelita mengusap telapak tangannya ke baju dan menyalami pria itu. “ Nama na Celita… Ceee Liiii Taaaa ! “ ejanya susah payah.

“Celita ?? “

“Bukannnn !!! Pake Ceeeee !! “

“Ya Ce kan ?? “

“Ceeee, yang buat pancing itu lohhhhhh “ jelas Jelita kesal.

“ooooo Jelita ? “ ujar Rendi membuat Jelita senang bukan main.

“Rennn ! Ngomong sama siapa sih ? “ tegur pria tampan yang keluar hanya mengenakan celana boxer b3rt3l4nj4ng d4d4.

“Sama… . .

“BUKUUUU CELITAAAAAAAA !!! DI PANGGIL MOMMYYY DALI TADI NDA DENGAL KAU !! “ teriak Ravin dari dalam rumah.

“Apaaa cihhhh, di ciniii udalaaa na segal ditemani plia tampannn. “ sahut Jelita kesal menatap adik sepupunya itu.

“Plia mana plia mana yang bikin segal ? “ tanya Ravin dengan nada bernyanyi.

“Plia yang ini plia yang ini yang bikin segall “ ujar Jelita menimpali nyanyian Ravin.

Rendi terkekeh mendengar dua bocah yang saling bersahutan berbalas lagu. Pria yang bersama Rendi menatap kedua bocah itu dengan intens, merasa pernah melihat sebelumnya.

Sedangkan kedua bocah itu, belum menyadari kehadiran Raden pria yang bersama Rendi.

“Kalian berdua suka nyanyi ? “ tanya Rendi menyandarkan dirinya di pembatas balkon.

Kedua bocah itu mengangguk kuat. “Mau karaokean nggak ? “ tanya Rendi lagi.

“Mau dong ommmmmm !! “ seru Ravin mendengar ajakan karaoke.

“Ihhh kenapa manggil na om ? Panggil abang danteng, nanti kau nda di ajak gimana ? “ bisik Jelita di akhir ucapannya.

Tentu saja bisikan Jelita masih di dengar dua pria tampan di hadapannya.

Ravin mendongak kepalanya menatap Rendi, bukan ! bukan ! bukan Rendi tapi … .

“DADDDDDYYYYYYY CEWONNNN !!! “ pekikan Ravin membuat Jelita kesal.

Sontak mendongak kepalanya menatap sosok yang berdiri di sebelah Rendi. “Dadddyyyy Cewonnn… “

“Ha ?! “

...***...

Selamat membaca♥︎