“Ma–mas Jeon ! “
Cherry menatap tak percaya melihat sosok pria di hadapannya. Tangannya mengambang ingin menyentuh wajah pria berseragam itu.
Namun, pria itu mundur perlahan saat tangan Cherry akan menyentuh wajahnya.
“Maaf ! Anda salah orang ! “ ujarnya bingung.
Cherry tersadar, “Ma–maaf ! “ Setelah mengatakan itu, Cherry menarik kopernya dengan tergesa-gesa meninggalkan pria itu.
Pria itu menatap Cherry dengan tatapan penuh kebingungan. “ Jeon ? Perasaan nama gue Raden “ ucapnya bingung.
“Ah, mungkin benar salah orang ! “ ujarnya lagi dan kembali menatap ponselnya yang masih terpampang nama ibunda tercintanya.
“Cheboo !! Lo dari mana aja !! “ seru Kejora mendekati Cherry yang baru saja masuk ke dalam ruangan khusus pramugari.
“Tadi lagi telponan sama anak gue.. “ jawabnya dengan suara sedikit serak.
“Lo sakit ? “ tanya Kejora khawatir.
Cherry menggeleng, ia meraih tangan Kejora yang menempel di keningnya. “ Gue nggak papa kok ! “.
“ Benar ya, nggak papa loh ! “ ucap Kejora tak percaya.
“Iya benerrrrr ! “ ujar Cherry menenangkan rekannya itu.
“Cheboo ! Kejooo ! Makan dulu yuk ! “ panggil salah satu rekan Cherry yang satu pesawat dengannya.
Keduanya mengangguk dan bergabung bersama dengan yang lain. Sedangkan di sisi lain, seorang pria sedang memikirkan kejadian beberapa saat yang lalu.
“Hei brooo ! Diem-diem bae lu ! Ada apa ? “.
Pria itu menatap rekannya. Ia menggeleng pelan.
“ Ada apa ? Nggak biasanya lu diem gini ! Ada yang lagi lu pikirin ? “ tanyanya lagi untuk memastikan.
“Ren, gue mau nanya ! “
“Ya tanya aja, tapi wait ! Tumben lu pake acara nanya-nanya sama gue, Den? “ ujar Rendi heboh.
“Apa sih lu, heboh banget ! “ ucap Raden datar.
“Ya, sorry ! Soalnya ini pertama kalinya gue denger lo mau bertanya sama gue, biasanya kan gue yang banyak nanya ! “ sahut Rendi kalem.
“Ada apa ? Lo mau nanya apa ? “ tanya Rendi penasaran.
Raden terdiam sejenak. Lalu, ia menatap seseorang yang sedang bercanda dengan rekan seperjuangannya. Rendi yang mengikuti arah pandang sahabatnya pun segera menepuk pelan pundak Raden.
“Lu naksir sama cewek itu ya ? “ tebak Rendi.
“Yang mana ? “ tanya Raden menatap Rendi bingung.
“Ituuuu… yang kulit putih rambut blonde ! “ seru Rendi menunjuk Kejora yang duduk di sebelah Cherry.
Raden menggeleng, “ bukan yang itu tapi yang sebelahnya ! “.
Rendi membulatkan mulutnya berbentuk o. “ Lu naksir Cherry ? “ ceplosnya membuat Raden menutup mulut Rendi dengan paksa. Semua orang menatap mereka termasuk geng Cherry.
“Nggak usah bocor mulut lo ! “ serunya datar.
Rendi menepuk-nepuk tangan Raden dan bergumam lirih. Raden langsung melepaskan bekapannya. “hahhhh… . tangan lu bau jigong ! “ celetuk Rendi kesal.
“Enak aja ! “.
“ Eh, tapi meng ngomeng ni yee. Sih Cherry itu janda ! “ bisik Rendi.
“Janda ? “ ucap Raden kaget.
Rendi kaget, langsung saja membekap mulut Raden yang terdengar sedikit keras, membuat keduanya kembali diperhatikan.
Rendi berulang kali meminta maaf. “shhh.. jangan keras-keras ege ! Ah, lu mah… “
“Ya, maaf… “ ujarnya saat Rendi melepaskan bekapan di mulutnya.
“Suaminya mana ? “ bisik Raden penasaran.
“Her husband died in a plane crash three years ago.” sahut Rendi berbisik.
“Emang pekerjaan suaminya apa ? “ tanya Raden kepo.
Rendi menatap malas sahabatnya itu. “ Pilot, sama kea kita ! “.
“ Tiga tahun yang lalu ? Kok sama dengan gue ya. Orang tua gue juga bilangnya gue tiga tahun yang lalu ngalamin kecelakaan. Dan gue koma hampir dua tahun. “ ucap Raden lirih.
Rendi yang mendengar itu berasumsi aneh di pendengaran Raden. “ Jangan-jangan lo, suaminya lagi… “
“Dih, ngadi-ngadi lu bambang ! “ sahut Raden tak terima.
“Ya mana tahu kan ! Tapi ya den, Cherry itu udah punya putra yang sekarang umurnya dua atau tiga tahun gitu.. “ jelas Rendi.
“Mana cakep lagi ya Allahhhhh… Gue mau deh jadi ayahnya putra Cherry ! Lumayan emaknya bohay, anaknya gembul !! Komplit !“ ujar Rendi lagi, namun ia tak memperhatikan ekspresi Raden yang kini terlihat seperti tidak suka dengan perkataan Rendi.
“Den… “ panggil Rendi saat Raden tak merespon ucapannya. “ Lo nggak papakan, atau lu cemburu ? “ tanya Rendi yang membuat Raden semakin kesal.
“Eh ingat lu bentar lagi tunangan ! Jangan mikir yang aneh-aneh ! “ ujar Rendi mengingatkan Raden.
Melihat kepergian Raden membuat Rendi kebingungan. “ Bocah napa sih ! “.
“ Dari tadi lu ngeliatin kapten baru kita, Cher.. “ ucap Kejora mengejutkan Cherry.
“Haa ? Si–siapa yang ngeliatin… “ elak Cherry tertangkap basah.
“Ituuu barusan… Hayoo ngakuuuu… “ desak Kejora menjahili sahabatnya itu.
“Au, ah ! “
*
*
*
*
*
*
Di sisi lain, seorang pria paruh baya sedang memijit keningnya dengan wajah yang penuh dengan keringat.
“Huuuu… panasnya ! “
Tangannya ia gunakan untuk mengipas wajahnya sesekali ia memantau dua cucunya yang sedang bermain bersama anak-anak yang lain. Mereka bertiga kini tengah berada di sebuah playground yang ada di mall terbesar di kota Jakarta.
“Ac nya nggak guna ini… Masa panas begini huhhhh… “ keluh Opa Crayston.
“OPA ! OPA !! SINI !! MAIN LAGI ! “ teriak Jelita memanggil sang opa untuk kembali bermain.
“Opa masih capek ! Napa kau panggil ke sini ? “ tanya Ravin heran.
“Bial opa nda bocan ! Masa cuma liatin kita doang ! “ sahut Jelita.
“Lavin cebenalna bocan, mau pulang aja lah ! Nda selu di cini… “ ujar Ravin melangkahkan kakinya menjauh dari tempat bermain.
“Ehhhh… “ Jelita menganga saat mendengar ucapan saudaranya. Ia berlari mengejar Ravin yang sudah berjalan menjauh mendekati opanya.
“Kain Lampin tungguuuuin Celitaaa !! “ teriak Jelita.
“Celitaaaa mau kemanaaaa ?? “ teriak seorang bocah perempuan memanggil Jelita.
Namun, Jelita tak menjawab panggilannya membuat bocah itu berdecak kesal.
“Cucah kali dipanggil, sekalina nda dipanggil kayak celangkut ! “ ucapnya sebal dan berlari ke arah ibunya.
“Loh, Ravin sama Jelita kenapa nggak main lagi sama temannya ?” tanya Opa Crayston bingung.
“Lavin bocan opa ! Pulang yuk !” ajak Ravin lesu.
“Iya opa, pulang aja yuk ! Papa Cinga pasti udah pulang, “. Lagi-lagi Jelita keceplosan menyebut panggilan “ papa “ membuat Opa Crayston melirik Ravin yang tentunya sedih mendengar panggilan itu.
Sepulang dari mall, Ravin tentu saja diam menatap luar jendela. Opa Crayston tentu bingung bagaimana caranya menghibur cucu laki-lakinya. Sedangkan Jelita, ia turut bingung dengan perubahan Ravin yang sejak dari tempat bermain hanya diam.
“Kau saliawan, kain Lampin ? “ celetuk Jelita kesal namun celetukan Jelita tak membuat Ravin merespon ucapannya.
Mobil memasuki halaman mansion. Setelah berhenti, Ravin cepat-cepat turun dari mobil dan berlari memasuki mansion membuat Jelita heran.
“Kebelet belak kali … “ ujarnya.
“Ayo ! “ ajak Opa Crayston menggandeng cucu perempuannya. Jelita mengangguk, keduanya menyusul Ravin yang sudah lebih dulu masuk.
Di sisi lain, Cherry kembali lagi bertemu dengan Raden saat keluar dari pesawat. Keduanya saling pandang, namun Cherry cepat membuang wajahnya. Jantungnya berdebar sangat kencang, seperti merindukan sosok pria yang telah lama tiada membuatnya menjadi sedih.
Raden menatap punggung Cherry dan Kejora dari kejauhan hingga keduanya menghilang dari pandangannya. Tanpa sadar Raden memegang dadanya yang terasa berdebar.
“Senyum itu, senyuman yang familiar untukku tapi apa ? “
...***...
Selamat membaca ! Jangan lupa dukungannya ♥︎
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
LISA
Fix Raden itu Jeon suaminya Cherry yg kecelakaan 3 thn yg lalu..krn koma slm 2 thn jdi dia g ingat sm Cherry
2024-05-05
2
Lia Fitria
Wah apa ini beneran daddy nya Ravin 🤔🤔🤔
2024-05-01
0
sendy kiki
ceritanya panjang dunk Kaka 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹.kasih bunga lah biar panjang ceritanya biar seru 😁
2024-04-15
1