panik

Satu jam sebelum drama gedor-gedor pintu ....

__________&&

"Al, lu gakpapa?" tanya Jesica yang tengah khawatir melihat kondisi Alona. Wanita itu terus menangis sedari awal kepulangannya.

Alona tak menjawab. Kedua tangannya menutup wajah lalu menggelengkan kepala.

"Al, lu kenapa sih?"

"Gue, gue ... huaaa!" Alona kembali histeris.

"Lu kenapa? Ngomong coba! Jangan bikin gue khawatir!"

"Jes," panggilnya melas.

"Hmm, kenape loe?"

Apa gue salah, kalo suka sama orang yang salah?!" ungkap Alona. Nyaris membuat Jesica terbahak.

"Maksud loe? Walaaah, ternyata bayi pandaku sudah dewasa!" ledek Jesica. Mengelus rambut Alona.

"Jes, pliis, gue serius!" Jesica masih tertawa tipis.

"Kalo suka, kenapa loe nangis?" tukasnya.

Mendadak Alona terdiam. Ucapan Jesica ada benarnya. Kenapa juga harus nangis kalo suka.

"Gue gak nangis karena suka kok!" Elak Alona. Malu jika harus jujur bahwa memang itulah kenyataannya.

"Jadi, karena apa dong?"

"Ka-karena ... emm ...." Sejenak Alona berpikir. "Hp!" ucapnya mengagetkan Jesica. "Iya, karena hp!"

"Hp?? Kenapa dengan hp?"

"Gue sedih karena hp gue hilang!" Alona terbata. Kali ini ia berbohong dengan alasan yang konyol. Membuat Jesica mematung dengan mulut menganga.

"Loe gak sakit kan, Al?"

"Lu, lu harus tau, Jes. Bukan cuma hp. Bahkan dompet gue juga hilang!" ungkapnya sambil memasang wajah melas.

"Serius loe??" Mendadak Jesica prihatin.

"Serius, Jes!"

"Teruss! Belanjaan ini? Siapa yang bayar?!"

"Itu dia, Jes. Yang bayar belanjaan ini tuh, cowok yang sempat berseteru sama gue, yang sempat gue tuduh mesum," jelasnya. "Tapi sekarang, dia bikin hati gue kelimpungan. Gue gak ngerti harus gimana? Lu harus tolong gue, Jes. Karena ini tuh pertama kalinya gue ngerasa deg-degan. Sumpah, gue bener-bener gak ngerti, kenapa anugerah yang gue tunggu-tunggu berakhir dengan orang yang gue benci! Huaaa!" tangis Alona kembali pecah.

"Tuh kan, gue bilang juga apa! Kalo benci itu jangan berlebihan!" balas Jesica menasehati.

"Jes, lu harus bantu gue, pliis!"

"Gue bisa bantu apa, Al?" sahut Jesica meringis. "Ini kan masalah perasaan loe!"

"Ya, apa kek, kurangi beban gue gitu. Tolooong! Seenggaknya, bisa bikin hati gue sedikit lega!" rengek Alona.

"Hmm, besok gue pikirin deh gimana caranya agar loe tetap waras," sahut Jesica. Sedang saat itu, ia juga tak tahu harus berbuat apa. "Ya udah, gue tinggal dulu ya, udah malam nih. Gue juga mau istirahat!"

"Ya udeh, pulang sono! Hikss!"

"Oke, tapi lu jangan sedih lagi ya! Ntar nular ke gue lagi!"

"Iyee, tenang aje. Paling juga cuma meler," tukasnya. "Makasih ya, Jes. Cuma lu doang yang paling ngertiin gue." Jesica tersenyum manis, lalu beranjak keluar kamar, menutup rapat daun pintu.

Sepanjang jalan otaknya dipakai untuk berpikir.

Setelah sekian hari menganggur, otak itu akhirnya terpakai juga.

Jesica berpikir, hal apa yang sekiranya mampu mengurangi penderitaan Alona.

Baru beberapa langkah Jesica beranjak, mendadak sebuah notifikasi masuk ke ponselnya.

Bergegas di rogohnya benda pipih itu dari dalam tas mini. Tertera GPS aktif dari ponsel Alona. "Oh iya, gue baru ingat! Si maling bilang mau aktifin GPS di ponsel Alona!" gumam Jesica. "Akhirnya ... ada juga kesempatan gue buat nyenengin hati ntu Bypan (Baby Panda)."

Jesica membuka isi notifikasi. Dan langsung meringkus petunjuk dari gps. "Wah, ternyata tempat tinggal si maling cuma berseberangan. Sudah gue duga, pencurinya pasti bukan orang jauh! Akhirnya, gue temuin juga loe!" gumamnya yang langsung bergerak menuju panah yang ditunjuk oleh gps.

Hanya butuh waktu sepuluh menit, Jesica akhirnya tiba di depan kamar Arya. "Nah, gue yakin, ini nih kamarnya!" tukasnya.

Tak ingin gegabah, Jesica memilih untuk menelpon terlebih dulu sebelum mengetuk pintu.

Hingga beberapa saat, teleponnya tak kunjung diangkat. Malah terkadang diriject. "Sialan! Ni orang ngapain coba! Angkat sebentar apa susahnya sih?" Jesica mulai tersurut emosi. Namun, ia masih menahan diri.

Sekali lagi ia mencoba menelpon. Namun, kali ini bukan lagi diriject. Melainkan dinonaktifkan.

Jesica benar-benar tak lagi mampu menahan diri. Merasa telah dipermainkan.

"Jadi loe mau ngerjain gue! Oke!" gumam Jesica dengan raut yang sudah tak karuan. Geram. Dicarinya benda yang sekiranya bisa dijadikan senjata.

"Dapat!" serunya.

Sebuah sapu legendaris yang biasa digunakan oleh pemilik hotel untuk menyapu teras berhasil diraih Jesica.

Dengan menggenggam batang sapu di tangan. Jesica mengumpulkan nyali menggedor pintu kamar Arya.

Lain hal dengan Jesica. Ternyata di dalam, Arya juga tengah bersiap mengerjai lawannya.

Diraihnya sebuah topeng berkarakter dedemit, hadiah dari Boby saat mengerjainya, kemudian menggunakannya.

"Rasain loe, gue kerjain. Kali ini, lu pasti bakal nangis menjerit ketakutan!" tawa jahat Arya tertahan.

Segera Arya memasang topeng itu. Dan melangkah perlahan agar tak menimbulkan suara. Namun, sebuah kesalahan besar telah terlupakan olehnya. Pria itu lupa jika ia belum menggunakan baju, dan hanya mengenakan kolor yang nyaris menonjolkan sisi kejantanannya.

"Woy! Bukain gak! Dasar maling gak tau diri!" hardik Jesica dari luar sambil terus menggedor. Membuat pria itu tertawa menyeringai sambil memegangi mulut agar tak bersuara.

Perlahan Arya memutar knop, dan dengan gerakan cepat membuka lebar daun pintu. "Arrgghh!" erangnya berusaha menakuti.

Namun, di luar ekspektasi. Bukannya si lawan menangis sambil menjerit. Arya justru mendapat hadiah sapu kayu yang berkali-kali mendarat di punggungnya. Hingga membuat pria itu berjongkok sambil menutupi kepala.

"Ampun! Ampun! Tolong berenti!!" pintanya.

"****** loe! Dasar maling gak tahu diri! Bonyok loe sekalian!" Wanita itu menghajar tanpa ampun. Tak dihiraukannya Arya yang terus meronta. Hingga beberapa saat Jesica mulai tersadar, suara si maling tak terdengar asing di telinganya.

Mendadak ia menghentikan pukulan.

Pria itu meringis. Mengubah posisi tubuhnya. Dari berjongkok menjadi duduk dengan meletakkan kedua tangan di lantai sebagai penopang tubuh.

Mendadak mata Jesica melotot melihat Arya yang hanya mengenakan celana di atas lutut itu.

Tampak tonjolan besar bersemayam dalam kolor, seakan melambai pada Jesica. Membuat pikiran kotor menari dalam otak Jesica. Spontan ia menutup mata lalu berteriak histeris.

"Lu, lu, lihat apaan lu! Jangan mesum loe!" ucap Arya terbata dan langsung menutup rapat si dede dengan mengapit kedua paha.

"Bima!!" seru Jesica sesaat setelah mengenali suara pria yang baru berbicara padanya itu. "Lu, cowok yang selamatin Alona waktu itu kan!"

"Eh, elu!" Arya terperanjat. Kaget bukan kepalang. Seluruh dunianya seakan runtuh saat itu juga. Bagaimana tidak, gadis yang ia dambakan berjumpa di tempat ter-romantis sedunia itu, justru berakhir dengan memukulinya menggunakan sapu kayu.

Ingin rasanya ia menceburkan saja diri ke dalam got. Atau menenggelamkan kepala ke dalam bak hingga nyawanya terpisah permanen. Berharap jika kembali hidup dalam bentuk reinkarnasi, nasib mujur lebih berpihak padanya.

Lagi-lagi, ekspektasi Arya berlebihan. Digelengkannya kepala dengan gerakan cepat.

"Lu gakpapa?" tanya Jesica yang langsung mengulurkan kedua tangan membantu Arya bangkit. Wanita itu merasa bersalah telah menyakiti pangeran penyelamat sahabatnya.

"Gue gakpapa," sahut Arya dengan senyum pucat. Tak disambutnya tangan si wanita yang dengan sukarela berniat membantunya. Sebaliknya, ia bangkit dan langsung menepuk-nepuk tubuhnya yang terpapar debu.

"Maaf, gue udah salah sangka, gue pikir yang ambil hp temen gue itu maling. Ternyata ...."

"Iya, gakpapa, gue ngerti kok!" ucap Arya sedikit meringis. Menahan sakit di beberapa titik tubuhnya. Membuat senyum Jesica tertahan.

"Gue bantu obatin luka lebam lu, ya!" pintanya pada Arya.

"Ah, gak usah, Neng. Gue gakpapa kok!"

"Gak! Loe itu sakit, bukan gak kenapa-kenapa. Udah nurut aja, gue bantu obatin!" Kali ini Jesica sedikit memaksa. "Ya udah, sekarang kita masuk dulu, yah!" ajaknya pada Arya.

Pria itu terdiam sejenak. Terbayang betapa memalukannya jika wanita idamannya masuk ke kediamannya. Snack yang terhambur di sofa akibat berlari ke toilet. Pakaian yang berserakan, diletakkan disembarang tempat setelah melepas. Ditambah lagi, aroma pengharum ruangan alami yang berasal dari bilik mungil di samping kamar.

"Oke, tapi tunggu sebentar, ya!" pinta Arya pada Jesica untuk menunggu beberapa saat di depan pintu. Wanita itu tampak mengernyit. Tak dihiraukannya.

Segera Arya berkemas. Langkah pertama, menutup bilik mungil yang tampak merintih. Kedua, mengumpulkan seluruh pakaian yang berserakan ke dalam keranjang baju kotor. Dan ketiga, membersihkan sisa snack yang terhambur. Terakhir, menyemprotkan parfum pengharum ruangan ke seluruh area kamar. Setelahnya, pria itu meraih selembar kaos dalam lemari untuk ia kenakan. "Selesai!" gumamnya sambil menepuk kedua tangan seakan debu berjatuhan dari sela jemarinya. Kemudian kembali ke depan pintu. Tampak si wanita melebarkan senyumnya.

"Apa gue udah boleh masuk?" tanyanya.

"Silahkan!" seru Arya sambil membuka lebar pintu kamarnya. Senyum sumeringah terpancar di bibirnya.

"Hmm, kamar loe harum dan nyaman yaa!" puji Jesica setibanya di dalam.

"Ehehe, biasa aja!" Arya menggaruk kepalanya.

"Oh, iya! Di mana kotak P3Knya?" tanya Jesica.

"Sebentar!" Bergegas Arya menuju lemari penyimpanan kotak obat. Diraihnya sebuah benda persegi empat dengan corak putih bergaris merah.

"Sini, biar gue bantu olesin!" tukas si gadis.

"Gakpapa, gue bisa pakai sendiri kok!" ungkap Arya.

"Udah, jangan nolak! Biar gimana pun, kan gue yang udah bikin loe lebam begini!" ungkap Jesica dan langsung meraih kotak yang diletakkan Arya di atas meja itu.

Disibaknya kaos yang menutupi punggung Arya. Sedetik ia terpana melihat tubuh atletis pria itu. 'Pantes aja dia mampu mengalahkan dua lawan sekaligus! Ternyata, bodynya kekar gini," Jesica membatin sambil menelan saliva.

Sedangkan Arya, pria itu tegang setengah mati. Hingga tak mampu berucap sepatahkata pun.

"Jadi, gimana ceritanya sih hp Alona bisa ada sama lu?" tanya Jesica mengawali percakapan setelah beberapa detik hening akibat canggung.

"Oh, iya. Hp itu! Gue sampai lupa saking senengnya. Ehh!" Mendadak Arya menutup mulutnya. Malu karena keceplosan mengucap kata senang. Membuat Jesica tertawa geli.

"Gakpapa, gue juga seneng kok bisa ketemu sama loe lagi!"

"Serius??"

"Serius laah!"

"Yeess!" Arya mengepal tangannya. Sekali lagi ia berhasil membuat gadis anggun itu tertawa kecil.

"Oh ya, lu asli mana?"

"Gue ... asli jakarta!"

"Hmm! Sama dong. Lu ada urusan apa di pulau ini?"

"Lagi liburan aja."

"Wah, sama lagi dong. Gue juga lagi liburan. Tapi, gue tu libur karena keinginan bos di perusahaan tempat gue kerja!"

"Oh, ya. Gue juga! Berarti kita dari persahaan yang sama!" ungkap Arya.

"Kebetulan banget ya! Oh ya, kapan lu ada waktu? Kapan-kapan kita jalan yah!"

Ungkapan Jesica seketika membuat Arya melayang. Wajahnya merona dengan senyum mengembang. Benih-benih yang ia tanam dalam hati akhirnya tumbuh dan langsung mengeluarkan pucuk bunga.

"Soalnya, gue mau kenalin loe sama temen gue yang sempat loe selamatin kemarin. Dia pasti seneng banget bisa ketemu sama loe!" sambung Jesica.

Mendengar ucapannya, mendadak Arya tersedak.

Seketika itu juga, benih bunga yang sempat tumbuh di hatinya, layu. Bahkan sebelum bunga itu bermekaran.

"Me-mendingan gak usah ajak dia deh!" seru Arya dengan senyum kecut.

"Kenapa?"

"Gakpapa. Gue iklas kok nolong dia. Tanpa harus dia berterima kasih sama gue!"

"Tapi, dia kepingin banget loh ketemu sama loe!"

"Ahaha, soal itu, gue gak yakin!"

"Hmm, ya udah deh klo lu gak mau, gue gak bakal maksa." ucap Jesica sedikit mengernyit.

"Tapi, boleh gak, lu gak usah ngomong sama dia, kalo lu udah ketemu sama gue."

Jesica menarik napas. "Terserah loe deh!" serunya sambil menurunkan kaos Arya. "Selesai!" tukasJesica.

"Makasih ya!"

"Sama-sama! Oh iya, toilet loe di mana? Gue boleh numpang sebentar gak?"

"A-apaa?? Toilet!" Mendadak Arya panik. Hilanglah rona merah yang sempat menyambangi pipi.

"Ho'oh!" sahut Jesica.

"Ta-tapi. Sekarang lagi mati air!"  Beruntung ia cepat memikirkan alasannya.

"Oh ya!" Jesica bergerak menuju wastafel untuk membersihkan tangan dari bakteri. "Nah, ini hidup. Loe bilang mati!" ungkapnya yang langsung menuju toilet.

"Ta-ta-pi, i-itu toiletnya, lagi dalam renovasi."

"Hmm, tapi masih bisa di gunakan kan!" Jesica bersikeras ingin menumpang sebentar ke toilet.

"Tu-tu-tunggu! Plis jangan!" Arya berteriak panik. Dipengangnya kepala dengan kedua tangan. Wajahnya pucat pasi. Sementara tangan Jesica sudah menyentuh knop pintu.

Belum sempat toilet itu terbuka dan menyemburkan aroma bunga bangkai, mendadak ponsel Jesica berdering. Membuat wanita itu mengurungkan niatnya bertamu ke dalam toilet Arya.

Dirogohnya tas mini, dan segera melihat nama pemanggil yang tertera di layar 6 incinya. 'Alona Bypan'

"Lah, si bypan ngapain nelpon gue?" gumamnya yang langsung mengangkat telepon.

Klik! "Halo? Ada apa, Al?"

[Huaaa, Jesicaaa!]

"Loh, elu, kenapa lagi??"

[Jes ... pliis! Lu datang ke sini sekarang! Ini darurat! Huaaa! Plis ke sini, Jes!]

"Iya, iya, gue ke sana!" Jesica mematikan telepon. "Sory, Bim. Kayaknya, gue musti pergi sekarang!"

"Ah, iya, gakpapa! Lagian ini sudah malam. Gak enak bertamu lama-lama ke kamar cowok!"

"Ahaha, iya, lu bener! Oh iya, lu belum balikin ponsel temen gue!" pintanya.

Bergegas Arya mengambil ponsel Alona yang terletak di atas kasur. "Ini!" Ia memberikannya pada wanita itu.

"Gue pergi sekarang, ya!" Segera Jesica keluar dari kamar Arya.

"Tunggu! Boleh gue minta nomor lu?" pinta Arya yang langsung menyodorkan ponsel. Membuat mata Jesica terbelalak menatap ponsel mahal milik Arya.

Diraihnya ponsel itu dan langsung mengetik nomornya. Setelahnya, ia mengembalikan pada Arya.

"Gue pergi dulu, ya!"

"Iya, hati-hati! Mau gue antar?"

"Ahaha, gak usah. Kebetulan, penginapan gue cuma di seberang sana! Daagghh!" Jesica melambai dan langsung pergi.

Ditatapnya punggung wanita itu hingga menghilang di balik pagar hotel.

"Huhh! Hampir aja!" gumam Arya sambil mengelus dada.

Terpopuler

Comments

Ado Nia

Ado Nia

ih...ko jesica sich😯 ..Arya sama Alona aja

2021-02-23

0

ira rodi

ira rodi

arya pdhl ceo tp bodoh jg...knp gak sekalian kembaliin dompetnya alona jg....sklian jelasin smua kesalahpahaman...krnkan dia blg gak mau lg ketemu sm alona....kok dompetnya d tahan trs sih bknnya itu jg sengaja spy arya bisa ketemuan sm alona.....ceo kok bego amat yah.....

2021-02-16

0

Asni Sitorus Pane

Asni Sitorus Pane

Arya SM Alona biar seru

2021-02-13

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog dan Episode 1 (Rencana Meliburkan Para Karyawan)
2 keterlambatan
3 pertemuan yang mengesalkan
4 dompet siapa?
5 sial ketiga
6 kemenangan Arya
7 Hapus video itu!
8 benda jatuh di kepala Arya
9 penyelamatan Alona
10 penggondol cemilan
11 di pantai
12 keributan di kasir
13 kucing masuk kandang macan
14 panik
15 pinjam uang
16 menghindar
17 diusir
18 berawal dari arloji
19 Lu di mana?
20 mencoba kabur dari Alona
21 Misi dimulai
22 Mencurigakan
23 Nasib Nahas Alona
24 Sang Pangeran Penyelamat
25 Alona Tenggelam
26 Seharian Bersamamu
27 Curahan Hati Arya
28 Oh Tidak!!
29 Dasar Bocil!
30 Kekecewaan Alona
31 Loe Gak Akan Menyangka!
32 Kehadiran Orang Ketiga
33 Pengenalan karakter
34 Aku Pulang Saja
35 Si Pemilik Jaket
36 Angkat pliiis!
37 Firasat Jesica
38 Penyergapan Markas Gagak Merah
39 Biar Gue Aja!
40 Villa
41 Villa 2
42 Villa 3
43 Villa 4
44 Villa 5
45 Danau
46 Danau 2
47 Villa 6
48 Villa 7
49 Pulang
50 Bully
51 Dokumen Pulau Sittar
52 Nasib Nahas Alona 2
53 Gudang Tua
54 Pernyataan Bobby
55 Khawatir
56 Gedung Rumah Sakit
57 Gedung Rumah Sakit 2
58 kemesraan
59 Pembalasan
60 Menunggu
61 Perayaan festival rakyat tahunan.
62 Diacuhkan
63 Penggosip
64 Capten Presdir Brillian
65 Perjalanan singkat ke kota dubay
66 Terlambat sudah
67 Terungkap secara tak sengaja
68 Memasuki kehidupan realistis Arya.
69 Diabaikan
70 Berbelanja baju
71 Kepergian yang mendadak
72 Negosiasi
73 Kehadiran yang tak diharapkan
74 Harapan Ayah Jesica
75 Ditolak Mentah
76 Alona Rindu Rumah
77 Penawaran Harga Mati
78 Kedatangan Arya
79 Mengaku Salah
80 Diperas anak kecil
81 Senjata Makan Tuan
82 Percakapan dengan Qea
83 Salah Kaprah
84 Ternyata Dia Seorang Direktur
85 Kejutan
86 Jangan Merajuk, Dik!
87 Menunggu itu menjenuhkan
88 Makan Malam di Hotel Berbintang
89 Permainan Baru Mr. Brillian
90 Terkuak Video Pembullyan
91 Video Pembullyan dan Pulau Sittar
92 Penjemputan Jesica
93 Khawatir
94 Kamu Polos atau apa?
95 Mencari Keberadaan Jesica
96 Digoda Anak Kecil
97 Permintaan Maaf
98 Dikatai Ganjen
99 Berusaha Menahan Qea
100 Pagi yang Hangat
101 Perangkap
102 Perangkap (part 2)
103 Mission Imposible (part 1)
104 Mission Imposible (part 2)
105 Terjebak di Maindland Palace
106 Mendapat Perlakuan tak Mengenakkan
107 Keputusan Arya terdahadap Jesica
108 Tertawa dalam balutan Selimut
109 Kisah Terbaru
110 Romansa Romantis Arya dan Alona (End)
111 Pengumuman Season 2
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Prolog dan Episode 1 (Rencana Meliburkan Para Karyawan)
2
keterlambatan
3
pertemuan yang mengesalkan
4
dompet siapa?
5
sial ketiga
6
kemenangan Arya
7
Hapus video itu!
8
benda jatuh di kepala Arya
9
penyelamatan Alona
10
penggondol cemilan
11
di pantai
12
keributan di kasir
13
kucing masuk kandang macan
14
panik
15
pinjam uang
16
menghindar
17
diusir
18
berawal dari arloji
19
Lu di mana?
20
mencoba kabur dari Alona
21
Misi dimulai
22
Mencurigakan
23
Nasib Nahas Alona
24
Sang Pangeran Penyelamat
25
Alona Tenggelam
26
Seharian Bersamamu
27
Curahan Hati Arya
28
Oh Tidak!!
29
Dasar Bocil!
30
Kekecewaan Alona
31
Loe Gak Akan Menyangka!
32
Kehadiran Orang Ketiga
33
Pengenalan karakter
34
Aku Pulang Saja
35
Si Pemilik Jaket
36
Angkat pliiis!
37
Firasat Jesica
38
Penyergapan Markas Gagak Merah
39
Biar Gue Aja!
40
Villa
41
Villa 2
42
Villa 3
43
Villa 4
44
Villa 5
45
Danau
46
Danau 2
47
Villa 6
48
Villa 7
49
Pulang
50
Bully
51
Dokumen Pulau Sittar
52
Nasib Nahas Alona 2
53
Gudang Tua
54
Pernyataan Bobby
55
Khawatir
56
Gedung Rumah Sakit
57
Gedung Rumah Sakit 2
58
kemesraan
59
Pembalasan
60
Menunggu
61
Perayaan festival rakyat tahunan.
62
Diacuhkan
63
Penggosip
64
Capten Presdir Brillian
65
Perjalanan singkat ke kota dubay
66
Terlambat sudah
67
Terungkap secara tak sengaja
68
Memasuki kehidupan realistis Arya.
69
Diabaikan
70
Berbelanja baju
71
Kepergian yang mendadak
72
Negosiasi
73
Kehadiran yang tak diharapkan
74
Harapan Ayah Jesica
75
Ditolak Mentah
76
Alona Rindu Rumah
77
Penawaran Harga Mati
78
Kedatangan Arya
79
Mengaku Salah
80
Diperas anak kecil
81
Senjata Makan Tuan
82
Percakapan dengan Qea
83
Salah Kaprah
84
Ternyata Dia Seorang Direktur
85
Kejutan
86
Jangan Merajuk, Dik!
87
Menunggu itu menjenuhkan
88
Makan Malam di Hotel Berbintang
89
Permainan Baru Mr. Brillian
90
Terkuak Video Pembullyan
91
Video Pembullyan dan Pulau Sittar
92
Penjemputan Jesica
93
Khawatir
94
Kamu Polos atau apa?
95
Mencari Keberadaan Jesica
96
Digoda Anak Kecil
97
Permintaan Maaf
98
Dikatai Ganjen
99
Berusaha Menahan Qea
100
Pagi yang Hangat
101
Perangkap
102
Perangkap (part 2)
103
Mission Imposible (part 1)
104
Mission Imposible (part 2)
105
Terjebak di Maindland Palace
106
Mendapat Perlakuan tak Mengenakkan
107
Keputusan Arya terdahadap Jesica
108
Tertawa dalam balutan Selimut
109
Kisah Terbaru
110
Romansa Romantis Arya dan Alona (End)
111
Pengumuman Season 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!