"A-apa kamu bilang? sia-sia? Dan lu juga ngatain kalau bos lu CEO sinting??!"
"Iya, emang kenapa?" tukas si gadis, merekatkan kedua telapak tangannya pada pinggul. Membuat emosi Arya membludak. Rasanya seperti berendam dalam kendi yang di panaskan di atas bara api. "Lagian, lu ngapain marah? Yang gue katain kan bos gue. Bukan elu!"
Otak Arya semakin terasa mendidih saja. "Kamuuu??!!"
"Bimaaa!" seru seseorang dari belakang yang ternyata adalah Boby. Bima adalah nama samaran yang digunakan Arya selama penyamaran.
"Sebelah sini, Bim," ajaknya kembali, melambaikan tangan pada Arya.
Sekilas Arya menoleh Bobby, lalu kembali menatap gadis yang masih tak hentinya melotot dengan tangan mencengkram di pinggulnya sendiri.
"Ape lu, ngelototin gue?!"
"Urusan kita belum selesai!" jawab Arya ketus pada gadis itu yang kemudian berlalu. Bergegas mereka memasuki gerbang kapal pesiar itu.
"Woy! Tanggungjawab lu mana? Jangan kabur lo!" hardik si gadis berusaha mengejar. Namun langkahnya terhenti, ia sadar bahwa tiket keberangkatan tinggal beberapa menit. Dengan terpaksa ia kembali untuk menyusun beberapa barang yang berserakan. Hanya benda-benda penting yang ia masukkan kembali ke dalam tas besar. Sisanya, perbekalan yang sudah tak layak akibat terjatuh terpaksa ia tinggalkan.
"Aduuuh, sepertinya aku harus lebih berhemat," gumam gadis itu dengan raut sedih. "Mana uangku tinggal beberapa ratus ribu lagi! foiuuh! Semoga aja cukup!"
Bergegas ia menjenteng barang-barang yang sudah tak lagi tersusun rapi. Sangat tergesa menuju gerbang kapal pesiar. Tanpa disadari, ia telah menjatuhkan dompet, sisa uang terakhir miliknya di tempat ia bertabrak dengan Arya tadi.
"Penumpang terakhir?" tanya seorang kru yang bertugas melayani penumpang.
"Iya, saya, Pak."
"Tiketnya?"
"Oh iya." Segera gadis itu mengeluarkan tiket dari dalam kantung jaket jeansnya."
"Mbak, Alona?" ucapnya saat membaca nama yang tertera pada tiket.
"Iya, benar, Pak!"
"Silahkah mengisi kursi dengan nomor 201 di lantai dua, ya."
"Oh iya. Terima kasih."
"Sama-sama. Selamat menikmati perjalanan anda!" Senyum tulus terpancar dari raut sang armada kapal. Alona membalas senyumnya sepintas. Lalu bergegas menjenteng barang bawaannya menuju kursi yang telah diarahkan sebelumnya.
Sedetik, Alona masih memasang raut masam mengingat kejadian yang menimpanya beberapa menit yang lalu. "Dasar, cowok bre**s*k. Awas aja kalo gue ketemu lagi. Gak bakal gue lepas!" rutuknya.
Baru beberapa langkah ia berjalan, kini mata Alona kembali melotot saat kembali berpapasan dengan Arya. "Nah, ketemu lagi kita. Lu yang tadi nabrak gue kan!" tunjuk Alona di wajahnya. Membulatkan bola mata pria yang ia tunjuk.
"Hishh. Kamu lagi! Mau apa sih?" sahut Arya yang terlihat sebal.
"Heh, lu kan belum tanggungjawab! Pake nanya lagi!"
"Hishh iya-iya! Ngomong tanggungjawab mulu daritadi, bikin eneg telingaku aja!" Arya merogoh dompet dari dalam kantung hoodie. Selembar kertas berwarna biru dikeluarkannya. "Nih!" ucapnya.
"Apa gocap! Lu kira gue pengemis?"
"Trus, kamu maunya berapa? Bukannya itu cukup buat gantiin telur-telur bekalmu yang pecah!"
Ting ding dong! Bell berbunyi dan berhasil mengalihkan perhatian mereka.
'Perhatian kepada seluruh penumpang. Waktu keberangkatan tinggal lima menit. Harap segera berada di nomor masing-masing bagi setiap pemilik nomor kursi.'
"Tuh, dengar gak? Bentar lagi berangkat! Hussh hussh sana-sana, pergi!" Arya menggoyangkan tangan dengan gerakan mengusir. sebenarnya gadis itu benar-benar ingin menghardiknya. Sayang, lagi-lagi ia tak punya kesempatan. Dengan wajah masam, ia terpaksa berlalu dari hadapan pria rese itu. Meski begitu, gerutunya terdengar sepanjang jalan hingga menghilang bersama punggungnya di balik pintu.
"Permisi, Pak!" Tiba-tiba seorang pria hadir, setengah berlari menghampiri sang kru kapal yang sedang bertugas menerima penumpang di pintu gerbang.
"Ya, ada apa, Pak. Apa Bapak salah satu penumpang yang dari perusahaan GCK grup?"
"Bukan, Pak, tapi ...."
"Kalau begitu, maaf, kami tidak punya banyak waktu untuk melayani Bapak. Karena kapal akan segera berangkat!"
"Saya cuma mau mengantar ini!" ungkap si bapak sambil menyerahkan satu buah dompet berwarna hitam. "Dompet ini tadi terjatuh di dekat kios saya."
"Apa bapak tahu, siapa pemiliknya?"
"Seingat saya, tadi ada dua orang di depan kios saya. Yang satu Mas-mas, satunya lagi Mbak-mbak. Mereka kayak lagi adu cekcok. Mungkin dompet ini milik salah satu dari mereka."
"Baik, Pak. Terima kasih banyak atas kerelaannya mengembalikan dompet ini! Nanti akan kami sampaikan jika ada identitas pemiliknya."
"Sama-sama!" ucap si bapak tersenyum, lalu kembali berbalik badan untuk keluar dari pintu gerbang. Namun tak disengaja, ia kembali berpapasan dengan Arya yang kebetulan masih berada di area itu.
"Nah, ini Mas-nya!" serunya saat berpapasan.
"Ada apa ini?" Arya sedikit bingung. Tiba-tiba datang seorang bapak yang menunjuknya seakan menjadi tersangka buronan.
"Saya habis ngantarin dompet Mas-nya. Tadi jatuh depan kios saya. Ya sudah, mari, Mas!" ucap si Bapak yang langsung berlalu tanpa memberi kesempatan bertanya pada Arya yang terlihat bingung. Bahkan nyaris membuat pria itu garuk kepala meski tak gatal.
"Ini, Mas, dompetnya. Lain kali hati-hati kalau bawa barang!" ucap petugas yang juga langsung berlalu.
"Ta-tapi ... Ini bukan dom ... pet saya." Arya berusaha menjelaskan, tapi sepertinya snag petugas tadi sudah menganggap masalah kelar dan bahkan langkahnya sudah terlanjur jauh. Tak didengarnya lagi penjelasan dari Arya. Pasrah, pria itu memilih menyimpan dompet itu sambil kembali menggaruk kepala.
"Inikan bukan dompetku! Tapi ... Kenapa bisa dompet ini sama persis dengan milikku? Hmm, simpan saja dulu!" gumamnya memasukkan dompet itu kedalam tas. Karena kini semua sudah harus berada di tempat duduk masing-masing, Arya tak punya banyak waktu untuk mengecek langsung siapa identitas pemilik dompet itu.
"Sepertinya waktuku tinggal sedikit, kalau begitu mungkin lain kali saja aku ceknya!" gumamnya.
bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Raka Pg
punya nya cess alona itu babang Arya😁
2021-02-06
0
Devan Dhina
simak
2021-01-20
0
Bibit Iriati
awal pertemuan yg menarik, CEO bertemu bawahannya
2021-01-18
0