"Gimana perasaan loe? Udah baikan?" tanya Jesica pada Alona di dalam kamarnya.
"Pala gue masih rada pusing, nih!" Alona berusaha bangkit dari tidurnya.
"Duuh, loe ini! Kalo gak kuat jangan di paksain!" Jesica mendekat, diraihnya punggung Alona, membantunya bangun.
"Gue gakpapa kok!"
"Ihh, ngeyel banget sih! Lue itu masih belum pulih total. Plis deh, lu bisa tenang dulu gak? Gak usah grasak-grusuk. Urusan kamar loe, biar gue yang beresin!"
"Iye iye, Bawel!"
"Gue bawel gini kan karena gue peduli sama elo!"
"Hehe, iyee, makasih ya sohib gue yang supeer cuantiik!" Alona mencubit kedua pipi Jesica.
"Ihh, plis deh jangan cubit, sakit tauu!" keluhnya.
Alona sang sahabat justru tertawa puas.
"Lagian, gimana ceritanya sih lu sampai bisa berurusan sama dua cowok bejat itu?" tanya Jesica di sela kesibukannya membereskan mangkuk kotor bekas makan sahabatnya.
"Udahlah, Jes. Gue gak mau bahas itu! Lagian, sedari gue sadar, gue gak ingat sepenuhnya tentang kejadian kemarin!"
"Lu tu ye, kan udah puluhan kali gue ingatkan, jangan sok jagoan sama laki-laki. Biar gimanapun, mereka itu berkali lipat lebih kuat dari kita, kaum wanita!" rutuk Jesica.
"Ahh! Kemarin itu kebetulan doang kok kalahnya! Mereka kan main keroyokan, makanya menang! Coba kalo satu lawan satu, gue yakin, gue yang menang!"
"Ih, lu mah kalo diingatkan selalu aja membantah. Ini tuh demi keselamatan loe juga! Sebel gue jadinya!"
"Ishh, jangan ngambek dong!" rayu Alona. "Tapi kan emang bener, kalo satu lawan satu, gue pasti menang!"
"Hmm," sahut Jesica malas. "Dasar keras kepala, masih aja ngeyel!" gumamnya.
"Lu ingat gak, hal yang kemarin gue ceritain sama loe waktu di restauran!"
"Tentang apa?" tanya Jesica singkat sambil terus membereskan beberapa barang yang berantakan.
"Itu lho. Yang tentang cowok mesum ganggu gue."
"Oh itu! Kenapa?"
"Lu percaya gak? waktu itu gue berhasil bikin dia babak belur. Dan dia gak bisa melawan sedikit pun. Itu bukti kalo gue kuat!" Alona tersenyum puas.
"Itu kan karena dia dalam posisi salah, kalo dia ngelawan loe, yang ada dia digebukin sama orang-orang disitu!"
"Ahh, lu mah gak pernah bela gue!" Alona sedikit merajuk. Diletakkan kedua tangan di atas dada sambil memandang keluar jendela.
"Bukan gue gak mau bela elo. Tapi, gue bilang begini tu demi kebaikan loe. Demi keselamatan loe. Gue gak mau lu kenapa-kenapa. Lu mustinya paham. Jangan terlalu ngeyel, napa!"
"Iyee, terserah lu deeh!"
Jesica menggeleng sambil berdecak kesal melihat sikap keras kepala sahabatnya itu. Lalu kembali membereskan barang-barang. Beberapa minuman yang masih terisi setengah dari botol diletakkannya dalam kulkas.
"Loh, Al? Lemari kulkas loe kosong nih. Lu gak belanja?"
"Iyee, gue belum sempat! Gimana mau belanja juga, kan dari kemarin gue pingsan!"
"Oh iye, gue lupa. Tapi, ntar kalo udah pulihan, lu musti belanja ye. Jangan pelit sama diri sendiri. Ntar klo lu kelaparan tengah malam, gimana?"
"Iyeee, ntar kalo gue udah pulihan, gue belanja, bawel amat!"
Kali ini Jesica hanya bisa tertawa tipis. Meski sahabatnya selalu ngeyel. Tapi, terlihat lucu.
"Sore nanti, kalo lu udah pulihan, kita ke supermarket yaah. Sekalian kita main ke pantai. Gue tau lokasi pantai terbagus di pulau ini!"
"Oke! Kalo gue pulihan ya. Gak janji lhoo!"
"Iyaa. Pokoknya lu harus pulih! Jangan lupa obatnya diminum."
"Iyee, Bu Dokteeer!"
"Siiiip! Gue tinggal yee!"
"Iyeee!"
Jesica beranjak pergi dari kamar Alona. Wanita sakit itu hanya bisa memandangi punggung sahabatnya hingga menghilang di balik pintu.
Setelah pintu tertutup rapat, Alona beringsut turun dari ranjang. Mencari benda pipih kesayangannya.
"Duuh, di mana ya Hp gue?" gumamnya. "Aduuhh, **** amat sih gue, kenapa gak nanya sama Jesica tadi waktu masih di sini! Arrhhh! Kalo gini, gue musti ngapain coba!" Alona kembali ke kasur, lalu menghempaskan tubuhnya di atas ranjang.
"Awww!" pekik Alona begitu raganya menyentuh bad. Beberapa tulang punggung terasa seperti remuk.
Sedetik kemudian ia melamun. "Penyelamatku! Siapakah kamu?" gumamnya sambil tersenyum sendiri. "Duuuh! Kenapa sih, gue gak bisa ingat wajahnya?" Alona mengetuk-ngetuk kepala dengan tangan. Kesal karena tak bisa mengingat.
Sedetik kemudian ia melirik lemari pakaian yang terletak di sudut kamar. Tampak satu buah jaket pria tergantung di sana. Ia bangkit, kemudian meraih jaket itu. "Wahai malaikatku! Cepatlah bertemu denganku!" gumam Alona sambil mencium jaket yang telah menutupi tubuhnya saat ditemukan oleh tim medis.
"Hmm, wangi ini, wangi malaikatku! Hihi," ungkapnya. Lalu kembali ke atas kasur. Tidur dengan memeluk si jaket.
"Aku mencintaimu," ucap seorang pria yang wajahnya samar. Ia membawa sebuah buket di tangan.
"Untukku?" tanya Alona. "Oh, Malaikatkuuu!" ucap Alona sambil memasang bibir, begitupun dengan sang pria yang juga langsung memasang bibir. Mereka saling mendekat, dan saat jarak hanya tinggal lima belas senti, mendadak Alona berteriak. "Aaaaa! Ngapain loe cowok mesuuum? Cari mati loe, hah!"
Buuuk!
Alona terjatuh dari atas ranjang. Membuatnya terbangun dari mimpi, dan langsung melempar jaket yang dipeluknya.
"Fiuh!" Ia menghela napas. "Syukurlah, ternyata cuma mimpi," gumam Alona.
"Bro, jaket gue mana? Balikin dong! Pinjem juga musti ingat balikin, jangan kelamaan!" seru Boby yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar Arya tanpa mengetuk, tapi hal itu sudah biasa bagi Arya. Dan pria itu sama sekali tak terkejut.
"Lu bisa ketuk pintu dulu gak sih?" tukas Arya.
"Iye, sory."
"Kalo bukan karena kebaikanmu yang berlipat, sudah kugantung kamu karena terlalu lancang sama bosmu!"
"Widiih, serem amat, loe!"
Arya berdecak tanpa menoleh. Netranya terus menatap layar monitor yang diletakkan di pangkuan dengan jemari yang sibuk mengetik keyboard. Sambil duduk bersandar di atas ranjang.
"Ya udah, mana jaket gue. Sini balikin. Mau gue pake besok. Ada janji sama temen."
"Temen? cewek ya?"
"Iya."
"Enak banget kamu ya. Aku jadi ngiri sama kamu!" ucap Arya yang terus menatap layar monitor.
"Ngiri kenapa?"
"Kamu mudah banget dekat sama cewek. Aku gak bisa kayak kamu, didekatin cewek aja, aku udah kagok!"
"Wah, parah lu, Bro! Masa iya sampai begitu?"
"Ngeledek kamu?!" ucap Arya dengan tatapan tajam. Setajam cukuran jenggot.
"Ehehe, ampun, Bos!"
Kembali pandangan Arya ke arah monitor.
"Fiiuuhh!" Boby menghela napas. Lega.
"Bob!"
"Hmm."
"Aneh gak kalo aku mendadak sudah merasa nemuin wanita dambaan hatiku?"
"Jiaach. Jijay amat, dambaan hati!" ledek Boby dengan memasang wajah mual.
"Kamu gimana sih, bukannya mendukung juga, malah ngeledek. Aku serius ini!" ucap Arya kesal.
"Bukannya gitu, Sob. Cuma bahasa loe itu loh! Bisa ditata lagi gak? Biar enak didengar. Lu ngomong kayak orang baca buku, tau gak?!"
"Sialan lu!"
"Nah, gitu dong. Pake bahasa 'lu gue'. Lebih santai, Bro."
"Serah lu deh!"
"Hehe, jadi ... ceritanya, bos gue lagi kesengsem nih! Cieee! Cewek mana?"
"Nah, itu dia masalahnya! Aku gak tau nama dia siapa? Tapi yang pasti, orangnya cantik."
"Jangan bilang, yang lu maksud si cewek pembuat onar?!"
"Sembarangan! Ngacok kamu!"
"Terus? Gimana ceritanya lu bisa kesengsem?"
"Jadi ... kemarin, dia megang tanganku!"
"Cuma karena megang tangan loe?"
"Iyaa! Awalnya aku gak ngerti kenapa jantungku sampai berdebar. Tapi setelah googling, aku jadi ngerti."
"HAHAHAHAHA! Googling??" Mendadak Boby terbahak. "Terus terus? Tangan loe sampai gemetar gitu? Ada asapnya gak?"
"Iya bener, gemetar! ya gak sampai berasap juga!"
"HAHAHHAHAHHAHHAA!" Boby kembali terbahak sampai berguling dilantai memegangi perut. "Aduh, perut gue! Perut gue!"
"Apa lucunya?"
"Serius, lu sampai gemetar?"
"Kalo iya, kenapa?"
"Ya, Tuhan. Jadi lu bener-bener gak pernah masuk dalam dunia percintaan ya! Waktu masa\-masa puber, lu ke mana aja, Bro?"
"Aku ... ya sibuk kuliah. Dan ngurus bisnis orangtuaku."
"Wah, parah lu, Bro. Kayaknya lu musti belajar sama masternya."
"Emang siapa masternya?"
Boby melirik ke sana kemari. "Emang ada yang lain lagi di sini selain gue?"
"Loe masternya?"
"Widiih, ngeremehin dia! Lu gak yakin sama bakat dan kemampuan gue dalam urusan gombal menggombal wanita?"
"Bukannya gitu? aku cuma mau mastiin! Tapi serius nih loe bisa bantuin aku!"
"Serius dong. Bukannya memang ini, misi loe meliburkan karyawan ke pulau ini?"
"Bener juga sih."
"Ya udah, percaya aja sama gue! Nah, sekarang cepat! Mana jaket gue. Lu kebanyakan ngulur waktu gue!"
"Iyaa, bentar! Gak sabaran banget!" Arya berjalan menuju lemari. Dan mengacak beberapa pakaian yang tergantung. Nihil. 'Astaga, aku lupa! Jaket Boby kan aku pake buat nutup badannya si pembuat onar!' batin Arya.
"Kenapa, Bro. Kok muka loe masam gitu?"
"Jaket lo gak ada. Hilang!"
"Apaaa! Kok bisa?"
"Ya bisa aja!" ungkap Arya menggaruk kepalanya. "Ntar kuganti deh!"
"Aduh, Bro. Itu tuh limitied?"
"Iya sory. Ntar kuganti juga kok. Jaket gitu doang. Sepuluh kalo perlu!"
Bener ya, loe ganti?"
"Iya iya! Udah, keluar sana! Hush hush!"
Segera Arya menutup pintu setelah Boby pergi dari kamar. Lalu berniat kembali berhiatus di atas peraduan.
"Sambil nyemil enak kali ya?!" gumam Arya yang langsung menuju rak penyimpan makanan ringan.
Sambil bersiul ia menuju dapur. Namun, mendadak ia tergelincir, terinjak benda persegi empat warna hitam.
"Aduuh, bokongku!" Ia meringis memegangi tulang ekor yang terasa berdenyut akibat terbentur dengan lantai. "Loh, ini kan dompetku! Kok bisa ada di sini?" gumamnya.
Diraihnya benda hitam yang ternyata dompet itu, dan langsung meletakkan ke dalam tas yang biasa ia gunakan untuk bepergian. Lalu kembali melanjutkan tujuannya yang sempat terhenti.
Sesampainya, ia langsung membuka rak penyimpanan sambil tak hentinya bersiul. "Loh kosong!" Mendadak mata Arya membelalak. "Bukannya baru gue isi?! Sejak kapan maling bisa bobol kamar gue!" rutuknya.
Drrrttt! Drrrttt! Sebuah wechat masuk di ponsel Arya.
[Ar, cemilan lo gue gondol! Tengkyu ya Bro]
Mendadak wajah Arya berubah merah padam. Bahkan telinganya Nyaris seperti teko mendidih yang mengeluarkan sedikit asap. "Bobyyyyy! Bocah satu itu! Arrrhhh!" Erangnya.
Setelah itu, wajahnya kembali lesu. Percuma juga jika ia marah. Toh, makhluk penggondol itu sudah pergi. Marahnya hanya akan membuang energi.
Kembali Arya menuju kasur dengan berjalan gontai. Begitu sampai, ia langsung menghempaskan tubuh dengan posisi telungkup dan tangan merentang.
"Nasib gueee!" Ia meringis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
anthy haryanti
bakalan bertukar pasangan ini
2021-07-09
0
Engkoy Tea
ko sukanya sm jesica y
2021-02-13
0
Bibit Iriati
Arya kepincut sama Jesika
sedang Alona, penasaran sapa yg menolongnya. tapi jaket milik Bobby asisten Arya...
?????????
2021-01-18
1