keributan di kasir

Setelah tertidur selama satu jam, Arya terbangun karena suara berisik dari perutnya yang tak kenal lelah meminta jatah.

Ia duduk di atas ranjang sambil terus memegang si pendemo.

Kruuuk! Suara cacing memanggil.

Dengan wajah sendu ia berjalan, meraih jaket dan tas selempang. Mendadak sebuah ponsel terjatuh dari sela tas saat ia berhasil meraih.

Ponsel yang sempat membuatnya hampir mendapat masalah untuk kesekian kali.

Arya menepuk jidat. Hampir saja ia terlupa dengan benda pipih milik si pembuat onar. "Astaga, gue lupa balikin ni handphone! Gue minta bantuan Boby aja kali ya buat balikin!" gumamnya.

Diletakkannya ponsel itu ke dalam tas selempang yang ia kenakan. Lalu berjalan lesu ke luar dari area penginapan kamar miliknya. 

Tujuan utama adalah supermarket. Untuk berbelanja beberapa cemilan yang sempat menghilang.

Karena tak tahu arah, Arya menggunakan gps untuk sampai ke tempat tujuan.

Sepanjang jalan, ia hanya mengikuti panah yang ditunjukkan si gps.

Tak butuh waktu lama, sekitar lima belas menit berjalan kaki, Arya tiba di sebuah supermarket terbesar di pulau itu. Segera ia masuk dan langsung mencari cemilan favorit yang telah digondol Boby.

Sekitar lima bungkus kemasan besar berhasil mendarat di dalam keranjang. Namun, rasa lapar yang tadi sempat absen kini kembali hadir dalam perut Arya.

Tanpa berpikir panjang, bergegas Arya menuju restaurant fast food yang kebetulan berjarak sangat dekat dengan kasir supermarket. "Ntar aja deh gue bayar!" gumamnya.

Ia menduduki sebuah meja kosong dengan kursi maksimal dua orang. Dan langsung memesan menu seafood kesukaannya.

Diedarkannya pandangan.

Ke depan, kesamping kiri, kesamping kanan, dan terakhir ke belakang.

Nyaris tak ada satu pun pengunjung jomblo yang duduk di restaurant itu. Semua pengunjung datang dengan pasangan mereka.

Seketika kucuran keringat berlomba-lomba keluar dari wajah Arya. Rautnya sendu. Bagai tanaman layu yang telah dihujani tapi juga siap terkena serangan petir. Juga bagai bom waktu yang siap meledak kapan saja. Begitulah bayangan di kepala Arya yang serasa hendak pecah.

Bagaimana mungkin, hanya ia satu-satunya pria yang datang dan makan tanpa ditemani seorang pacar.

Ingin rasanya ia menangis. Kalau saja bukan karena dede kecilnya yang terlanjur tumbuh kekar bersama para rumput, mungkin ia sudah menangis bergulung-gulung di lantai, berharap seorang wanita datang, memeluk dan mengelus rambutnya.

Seketika Arya merinding dengan ekspektasinya.

Drrrttt! Drrrttt!

Sebuah panggilan dari ponsel Alona berhasil mengagetkan Arya. Diraihnya benda itu, tertera nama pemanggil 'Jesica lovlov'. Ia pun menekan ikon hijau.

Klik! "Halo!"

"Woyy, maling! Balikin dong handphone temen gue!"

"Wah, seenaknya banget lu ngatain gue maling!"

"Habis, kenapa hp teman gue bisa ada sama loe! apa lagi coba kalau bukan lu maling! Iya kan! Ngaku loe!"

"Eh! Mbaknya jangan asal nuduh ya! Enak aja ngatain gue maling! Ambil sendiri hp-nya kalo mau!"

"Loe sekarang ada di mana?"

"Supermarket!"

"Oke! Lima menit gue ke sana!"

"Tunggu! Tunggu! Tunggu!" Entah kenapa, mendadak Arya ingin mencegah si penelpon untuk menemuinya sekarang.

Kembali di edarkannya pandangan ke sekitar. 'kalo nih cewek ngambil hp-nya di sini, bisa malu setengah ****** gue! Sudah makannya sebatang kara, muncul pula cewek cuma buat memaki gue,' gumam Arya dengan raut pucat. Seketika digelengkannya kepala dengan cepat. Ia merinding.

"Woyy! Gimana? Loe gak mau gue ke sana sekarang kan? Ya iyalah! Secara, lu kan maling!"

Mendengar jawabannya, seketika kepala Arya panas dan hampir mendidih.

"Tenang aja, gue gak bakal kabur! Ntar gue aktifin gps di ponsel temen loe! Biar loe bisa nemuin di mana aja! Tapi plis, jangan sekarang!"

"Oke! Gue pegang ucapan loe!"

Tuuuut! Mendadak telepon terputus.

"Sialan! Main matiin aja!" rutuk Arya. "Sombong amat sih! Hp murahan gini juga! Pake ngatain gue maling, cih! Hp begini mah, sejuta pcs juga mampu gue beli!" rutuknya. Diletakkannya ponsel itu dengan kasar ke dalam tas.

Awalnya ia tak menyadari, tapi setelah menyuap beberapa sushi ke dalam mulut, mendadak ia sadar bahwa ada sesuatu yang janggal di dalam tas. Entah bagaimana, tas mini yang biasa longgar itu terasa sesak.

Ia langsung mengacak isi tas yang sedari tadi bersamanya.

Dan betapa terkejutnya Arya mendapati dua dompet yang sama persis dalam tasnya. "Apa?? Kok dompet gue ada dua??" Segera ia mengacak isi dompet. Dompet pertama adalah benar miliknya. Lalu, dengan gugup ia membuka dompet kedua.

Sejumlah uang tunai senilai ratusan ribu mengawali penglihatan sang detektif jomblowers. Lalu beberapa surat tentang hutang piutang yang juga berhasil menimbulkan pikiran sombong dalam otak Arya.

Terakhir, ia mencari identitas si pemilik dompet. "Dapat!" gumamnya. 

Kini saatnya Arya mengeksekusi identitas si pemilik. Dengan memejamkan mata dan membuka perlahan, Arya berusaha mengeja nama yang tertera. "A-L-O-N-A."

"Bre**s*k!" Arya terkejut bukan kepalang, hingga tak sengaja mengucap kata kasar di area umum. Membuat puluhan mata nyaris menatapnya.

Mendadak mental Arya menciut saat menyadari dirinya menjadi sorotan utama. "Oh, Tuhan! Ada apa dengan duniaku? Apakah ini yang namanya kiamat?" Ia meringis.

Kembali di letakkannya kedua benda itu ke dalam tas. "Kemarin handphonenya, sekarang dompetnya, besok apa lagi, gak sekalian orangnya yang menyiksa gue!" Arya mengeluh seorang diri. Disuapnya menu salmon dengan malas. Lalu menatap jauh ke depan.

Awalnya semua pandangan tampak normal. Hingga beberapa saat terdengar keributan yang datangnya dari kasir supermarket.

Tampak seorang kasir dengan customer yang sedang beradu mulut.

"Wah, tontonan nih!" gumam Arya. Lumayan, setidaknya, orang-orang yang tadi menatapnya, kini berbalik arah menatap keributan di sana.

Semakin lama, percekcokkan antar kedua wanita itu semakin sengit. Bahkan nyaris menembus pendengaran Arya yang masih berjarak dua puluh meter dari kasir.

"Kalo gak punya uang, bilang dong!" ucap si kasir.

"Eh, jangan songong lu ye! Belagu banget, baru juga jadi kasir!" sahut sang customer.

"Mending! Daripada elo, udah borong belanjanya banyak, minta diskon, eh tau-taunya gak mampu bayar!"

"Sialan loe! Gue bilang kan sabar! Ini gue lagi nelpon temen!"

"Ngeles aja lu, Mbak. Udah minggir dong Mbak. Kasihan tuh yang ngantri! Mereka juga mau belanja, bukan Mbak aja! Minggir, minggir! hardiknya pada si pembeli.

"Eh, Mbak! Bisa sabar sebentar gak sih!" balas sang customer. "Bla ... bla ... bla!"

Arya menikmati pentas itu untuk beberapa saas, sambil tertawa nyengir. Bahkan sebuah minuman telah habis diseruput selama pertunjukkan dadakan itu berlangsung.

Awalnya, Arya tak menyadari sosok di balik wanita ngeyel yang terus ngotot berkata bahwa ia mampu membayar. Namun, setelah sekian menit, Arya mulai sadar, bahwa suara dan sikap si ngeyel tak terdengar dan tak terlihat asing.

Ia lantas beranjak dari tempat duduk untuk berpindah ke sebelah timur, agar dapat melihat langsung wajah si customer ngeyel. Dan memastikan bahwa dugaannya salah.

Dan betapa terkejutnya Arya begitu mengetahui wajah dari si wanita ngeyel yang ternyata adalah si pembuat onar.

Nyaris saja ia terkena serangan anyan, alias penyakit kejang.

Bola mata Arya terasa hendak melompat. Tak sanggup melihat kenyataan bahwa lagi-lagi ia harus bertemu si makhluk pembawa sial.

Buru-buru Arya membayar makanan yang telah dipesan. Tak luput meninggalkan tip besar di atas meja. Diraihnya tas, dan berlari keluar area supermarket.

Sepanjang jalan ia terus menggerutu. "Ya, Tuhan! Ya, Tuhan! Ya, Tuhan! Selamatkan aku!" doanya sepanjang ia berlari.

Namun, mendadak langkahnya terhenti. Ia teringat akan dompet kembaran yang bersemayam dalam tasnya. "Tunggu! Bukannya dompet ini milik si pembuat onar! Jelas saja ****** itu gak mampu membayar! AGGGHH SIAAAL!!" rutuknya.

Kembali Arya melangkah ke dalam area supermarket. Dengan menarik napas panjang, ia nekat menuju kasir.

Dan hebatnya, keributan itu masih berlangsung.

"Makanya, bayar sekarang!" hardik si kasir.

"Gue bilang, sabar! Sabar! Napa sih! Gak percayaan amat!"

Seketika Arya menghampiri. "Berapa totalnya?" tanyanya dengan wajah dingin. Membuat Alona terbelalak di sampingnya.

"Lu ...." ucap Alona terputus.

"Masnya mau bayarin?" tanya si kasir memastikan.

"Iya!"

"Dari tadi kek Mas datangnya! Lihat tuh, antrian jadi panjang!" ocehnya pada Arya.

"Jadi, berapa totalnya?" ucap Arya mengulangi pertanyaan tanpa basa-basi. "Sekalian sama ini!" Arya menyerahkan lima bungkus camilan favoritnya dari dalam keranjang. Si kasir terlihat sibuk menscant dan mentotal.

"Totalnya, 950. xxx," sahutnya.

Arya menyerahkan kartu kredit pada si kasir. Dengan ramah ia menerima. "Debit atau kredit, Mas?" tanyanya.

"Kredit!" sahut Arya singkat.

"Baik," ucapnya yang langsung menggesek kartu. Silahkan masukkan passwordnya!" pinta sang kasir yang dengan seyum ramah menunggu.

Segera Arya memasukkan password dan langsung berhasil. Sedetik kemudian struk keluar. Sang kasir membaca sekilas nama nasabah yang tertera, 'Arya Pahon'. Sontak matanya terbelalak.

Selain CEO dari perusahaan GCK grup. Sebenarnya, Arya juga memiliki banyak bisnis berkembang di beberapa kota. Salah satunya ialah supermarket yang sedang bertransaksi dengannya saat ini.

Setelah mengetahui nama dari nasabah yang membayar belanjaan si wanita ngeyel, mendadak wajah si kasir berubah pucat. Ia sadar, bahwa yang membayar belanjaan saat itu ada CEO mereka. Kedua tangannya gemetar saat memasukkan barang-barang ke dalam kantung plastik.

"Security!" panggilnya. "Tolong bawakan belanjaan customer kita ini!" pintanya pada security.

"Gak perlu!" seru Arya. "Bawa!" Mendadak Arya memerintah Alona.

"Kenapa harus gue?"

"Udah, bawa aja! Lu butuh belanjaan itu apa kagak?" hardiknya.

"I-iya sih, gue butuh!"

"Ya, udah! Bawa!"

Dengan wajah masam, dan menyunggingkan bibir, Alona mengangkat semua belanjaan.

"Pacarnya ya, Mas!" tanya si kasir gugup dengan mata merah nyaris menangis. Ia menyesal sudah bersikap kurang sopan.

"Bukan!" sahut Arya dan Alona serempak. Si kasir hanya bisa nyengir sambil mengucap "Mohon maaf atas pelayanannya yang kurang menyenangkan, selamat jalan! Silahkan datang kembali."

Hanya Alona yang mengangguk, sebagai tanda bahwa maaf diterima.

Sedangkan Arya, dengan santai ia mengemut lolipop sambil terus berjalan tanpa mempedulikan keadaan Alona yang kesusahan membawa barang di belakang.

Terpopuler

Comments

Engkoy Tea

Engkoy Tea

alona org nya jelek x y ko arya gk tertarik, malah sm jesica dia tertariknya

2021-02-13

0

Bardat Punjabi

Bardat Punjabi

suka gaya alona thor...cewek bar bar😂😂😂

2021-02-07

0

Raka Pg

Raka Pg

alona ga ada manis"nya dibandingin lolypop🤣🤭✌️

2021-02-07

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog dan Episode 1 (Rencana Meliburkan Para Karyawan)
2 keterlambatan
3 pertemuan yang mengesalkan
4 dompet siapa?
5 sial ketiga
6 kemenangan Arya
7 Hapus video itu!
8 benda jatuh di kepala Arya
9 penyelamatan Alona
10 penggondol cemilan
11 di pantai
12 keributan di kasir
13 kucing masuk kandang macan
14 panik
15 pinjam uang
16 menghindar
17 diusir
18 berawal dari arloji
19 Lu di mana?
20 mencoba kabur dari Alona
21 Misi dimulai
22 Mencurigakan
23 Nasib Nahas Alona
24 Sang Pangeran Penyelamat
25 Alona Tenggelam
26 Seharian Bersamamu
27 Curahan Hati Arya
28 Oh Tidak!!
29 Dasar Bocil!
30 Kekecewaan Alona
31 Loe Gak Akan Menyangka!
32 Kehadiran Orang Ketiga
33 Pengenalan karakter
34 Aku Pulang Saja
35 Si Pemilik Jaket
36 Angkat pliiis!
37 Firasat Jesica
38 Penyergapan Markas Gagak Merah
39 Biar Gue Aja!
40 Villa
41 Villa 2
42 Villa 3
43 Villa 4
44 Villa 5
45 Danau
46 Danau 2
47 Villa 6
48 Villa 7
49 Pulang
50 Bully
51 Dokumen Pulau Sittar
52 Nasib Nahas Alona 2
53 Gudang Tua
54 Pernyataan Bobby
55 Khawatir
56 Gedung Rumah Sakit
57 Gedung Rumah Sakit 2
58 kemesraan
59 Pembalasan
60 Menunggu
61 Perayaan festival rakyat tahunan.
62 Diacuhkan
63 Penggosip
64 Capten Presdir Brillian
65 Perjalanan singkat ke kota dubay
66 Terlambat sudah
67 Terungkap secara tak sengaja
68 Memasuki kehidupan realistis Arya.
69 Diabaikan
70 Berbelanja baju
71 Kepergian yang mendadak
72 Negosiasi
73 Kehadiran yang tak diharapkan
74 Harapan Ayah Jesica
75 Ditolak Mentah
76 Alona Rindu Rumah
77 Penawaran Harga Mati
78 Kedatangan Arya
79 Mengaku Salah
80 Diperas anak kecil
81 Senjata Makan Tuan
82 Percakapan dengan Qea
83 Salah Kaprah
84 Ternyata Dia Seorang Direktur
85 Kejutan
86 Jangan Merajuk, Dik!
87 Menunggu itu menjenuhkan
88 Makan Malam di Hotel Berbintang
89 Permainan Baru Mr. Brillian
90 Terkuak Video Pembullyan
91 Video Pembullyan dan Pulau Sittar
92 Penjemputan Jesica
93 Khawatir
94 Kamu Polos atau apa?
95 Mencari Keberadaan Jesica
96 Digoda Anak Kecil
97 Permintaan Maaf
98 Dikatai Ganjen
99 Berusaha Menahan Qea
100 Pagi yang Hangat
101 Perangkap
102 Perangkap (part 2)
103 Mission Imposible (part 1)
104 Mission Imposible (part 2)
105 Terjebak di Maindland Palace
106 Mendapat Perlakuan tak Mengenakkan
107 Keputusan Arya terdahadap Jesica
108 Tertawa dalam balutan Selimut
109 Kisah Terbaru
110 Romansa Romantis Arya dan Alona (End)
111 Pengumuman Season 2
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Prolog dan Episode 1 (Rencana Meliburkan Para Karyawan)
2
keterlambatan
3
pertemuan yang mengesalkan
4
dompet siapa?
5
sial ketiga
6
kemenangan Arya
7
Hapus video itu!
8
benda jatuh di kepala Arya
9
penyelamatan Alona
10
penggondol cemilan
11
di pantai
12
keributan di kasir
13
kucing masuk kandang macan
14
panik
15
pinjam uang
16
menghindar
17
diusir
18
berawal dari arloji
19
Lu di mana?
20
mencoba kabur dari Alona
21
Misi dimulai
22
Mencurigakan
23
Nasib Nahas Alona
24
Sang Pangeran Penyelamat
25
Alona Tenggelam
26
Seharian Bersamamu
27
Curahan Hati Arya
28
Oh Tidak!!
29
Dasar Bocil!
30
Kekecewaan Alona
31
Loe Gak Akan Menyangka!
32
Kehadiran Orang Ketiga
33
Pengenalan karakter
34
Aku Pulang Saja
35
Si Pemilik Jaket
36
Angkat pliiis!
37
Firasat Jesica
38
Penyergapan Markas Gagak Merah
39
Biar Gue Aja!
40
Villa
41
Villa 2
42
Villa 3
43
Villa 4
44
Villa 5
45
Danau
46
Danau 2
47
Villa 6
48
Villa 7
49
Pulang
50
Bully
51
Dokumen Pulau Sittar
52
Nasib Nahas Alona 2
53
Gudang Tua
54
Pernyataan Bobby
55
Khawatir
56
Gedung Rumah Sakit
57
Gedung Rumah Sakit 2
58
kemesraan
59
Pembalasan
60
Menunggu
61
Perayaan festival rakyat tahunan.
62
Diacuhkan
63
Penggosip
64
Capten Presdir Brillian
65
Perjalanan singkat ke kota dubay
66
Terlambat sudah
67
Terungkap secara tak sengaja
68
Memasuki kehidupan realistis Arya.
69
Diabaikan
70
Berbelanja baju
71
Kepergian yang mendadak
72
Negosiasi
73
Kehadiran yang tak diharapkan
74
Harapan Ayah Jesica
75
Ditolak Mentah
76
Alona Rindu Rumah
77
Penawaran Harga Mati
78
Kedatangan Arya
79
Mengaku Salah
80
Diperas anak kecil
81
Senjata Makan Tuan
82
Percakapan dengan Qea
83
Salah Kaprah
84
Ternyata Dia Seorang Direktur
85
Kejutan
86
Jangan Merajuk, Dik!
87
Menunggu itu menjenuhkan
88
Makan Malam di Hotel Berbintang
89
Permainan Baru Mr. Brillian
90
Terkuak Video Pembullyan
91
Video Pembullyan dan Pulau Sittar
92
Penjemputan Jesica
93
Khawatir
94
Kamu Polos atau apa?
95
Mencari Keberadaan Jesica
96
Digoda Anak Kecil
97
Permintaan Maaf
98
Dikatai Ganjen
99
Berusaha Menahan Qea
100
Pagi yang Hangat
101
Perangkap
102
Perangkap (part 2)
103
Mission Imposible (part 1)
104
Mission Imposible (part 2)
105
Terjebak di Maindland Palace
106
Mendapat Perlakuan tak Mengenakkan
107
Keputusan Arya terdahadap Jesica
108
Tertawa dalam balutan Selimut
109
Kisah Terbaru
110
Romansa Romantis Arya dan Alona (End)
111
Pengumuman Season 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!