Bergegas Arya mengenakan kaos dan jaket. Setengah berlari keluar dari kamar menuju lift ke lantai satu.
Untuk sesaat Arya masih bersabar menunggu lift terbuka. Namun, setelah beberapa saat rasa penasaran dan takut semakin menghantui. Diabaikannya penantian lift yang entah sudah terbuka atau belum. Mendadak ia berlari menuju tangga darurat. Dan berhasil membuat puluhan mata menyorot. Lagi-lagi tak dihiraukan olehnya.
Ia berlari secepat mungkin. Dan begitu sampai di lantai satu, bergegas berlari menuju ruang yang sekiranya berada tepat di atas kamarnya. "Kurasa, ini arah menuju toilet wanita! Hmm, sepertinya, memang terjadi sesuatu. Aku harus selidiki!" gumam Arya.
Ia berjalan ke sana kemari. Diedarkannya pandangan ke setiap sudut. Nihil. Tak ada tanda-tanda manusia di area itu. "Huh! Ternyata cuma firasatku saja yang berlebihan!" gumamnya berusaha menepis firasat.
Namun tiba-tiba, mendadak ia mendengar suara seseorang berteriak dan meronta meminta tolong. Bahkan suara itu terdengar tak asing di telinga Arya.
Kembali ia mencari sumber suara.
Semakin jauh melangkah, semakin jelas terdengar. Lalu ia tersadar, sumber suara itu dari gudang penyimpanan.
Dilekatkannya telinga pada daun pintu. Terdengar jelas dua pria sedang tertawa, sedang seorang wanita tengah terisak. Seketika debaran di dadanya membuncah. Entah kenapa, mendadak ia menjadi emosi. Padahal, belum juga ia mengetahui secara pasti, sosok wanita malang yang ada di dalam. Namun, emosinya benar-benar membara.
Tanpa ragu, didobraknya pintu sekuat tenaga. Dan langsung terlihat dua pria bren**s*k yang tengah melepas pakaian, dan hanya mengenakan jeans. Buru-buru mereka menaikkan resleting celana.
"Sialan! Dari mana datangnya ******** ini? Baru juga mau mulai! Merusak suasana aja!" rutuk sang bos. "Bro, cepat! Selesaikan dia!" perintah si bos itu pada kawannya.
"Barengan aja, Bro! Gue takut! Bodynya kekar, Bro!" Temannya bergidik lalu bersembunyi di balik tubuh si pria berjuluk bos.
"Pengecut amat sih loe!"
"Ya kalo lu berani, lu aja maju sana!"
"Sialan, Lu!" hardiknya sambil menyenggol pinggul sohibnya. Kedua pria itu berdebat saling lempar tunjuk melawan Arya. Membuat Arya lelah menunggu salah satu dari mereka maju.
"Ck, pria-pria ini. Rupanya mereka bosan hidup!" gumamnya seraya melempar pandangan. Dilepasnya jaket lalu meletakkan di atas pagar besi. "Ayo, lawan gue!" seru Arya menantang mereka.
Kyaaa!
Tanpa basa-basi, langsung saja mereka menyerang Arya secara bersamaan. Namun, Arya tak kalah sigap. Dengan gerakan cepat ia mampu menghadapi keduanya meski menggunakan tangan kosong. Tak sia-sia ia memiliki pengalaman di dunia militer. Hanya butuh beberapa menit, kedua pria itu sudah tergeletak tak berdaya. Dengan luka lebam di sekujur tubuh. Bahkan untuk merangkak saja, mereka sudah tak bertenaga.
Tuuut! Klik! "Halo"
Tanpa pikir panjang, segera Arya menelepon bagian keamanan kapal untuk melakukan tindakan lanjutan pada kedua ******** itu. Namun, tetap saja Arya juga tak ingin lengah. Sebelum beranjak, diikatnya kedua pria itu pada tiang, setelahnya, barulah ia masuk ke dalam gudang untuk menyelamatkan si gadis malang.
"Kau baik-baik saja?" tanya Arya pada si gadis yang tampak lemas kehabisan tenaga. Ia tak menjawab. Gadis itu terlihat tak berdaya. Tubuhnya sudah tak terbungkus sempurna. Segera Arya mengambil jaket miliknya dan langsung menutupi dada si gadis yang hampir memperlihatkan sisi tubuhnya.
"Gadis malang!" gumamnya.
"Nona! Apa kamu masih sadar? Nona??" Perlahan Arya membalik kepala sang gadis. Tampak netranya sayup menatap Arya. "Loe ... ?" ucap si gadis serak. Seketika mata Arya terbelalak.
Aaa!
Arya menjerit, bahkan tanpa sengaja melepas dengan kasar kepala si gadis. Membuat gadis itu kembali tak sadarkan diri. "Ke- kenapa harus gadis pembawa onar itu?! Agghh!" rutuk Arya. Hampir saja ia terserang jantung begitu melihat wajah wanita yang ia selamatkan itu.
"Tidak! Aku tak boleh berurusan dengan gadis pembawa sial itu lagi! Lebih baik aku tinggalkan saja dia! Biar tim medis yang mengurusnya!" gumamnya.
Segera Arya berdiri dan berbalik badan, berniat keluar area gudang. Namun, baru saja kaki itu melangkah melewati batas pintu, seluruh tim keamanan sudah memenuhi area, pun dengan tim medis yang juga sudah berada di sana. "Ahh syukurlah, kalian sudah datang! Tolong segera bantu wanita malang itu!" ungkap Arya pada kelima tim medis di hadapannya. "Baik, Pak!" sahut mereka.
"Alonaaaaa!" Arya terkejut. Mendadak muncul seorang wanita berteriak, ia berlari mendekat, entah datang dari mana dan langsung menerobos masuk ke dalam gudang.
Spontan Arya menyingkir, memberinya jalan.
"Alonaaa! Lu gakpapa kan beb! Hu hu hu!" tangisnya tersedu. Wanita itu menangis histeris. Sekilas Arya meliriknya. Ia bingung, entah bagaimana bisa perempuan itu tau keberadaan temannya.
Arya menaikkan alis. Menunjukkan ekspresi bahwa ia tak peduli. Lalu melangkah pergi.
"Tunggu! Tunggu!" pekik Jesica, wanita histeris tadi.
"Iya, ada apa?"
"Lu yang nyelamatin teman gue kan?" ucapnya dengan wajah berbinar.
Arya tertawa getir sambil menggaruk kepala bagian belakang. Senyumnya nyaris membuat mata sipitnya tertutup rapat. "Ehehe, iya. Lu mau bilang terima kasih kan. Udah! Gak perlu! Sesama manusia kan memang wajib menolong."
Seketika Jesica menggenggam kedua tangan Arya. Membuat netra sipit pria itu nyaris terbelalak. Terlihat jakunnya yang bergerak turun naik saat berusaha menelan saliva.
Glek!
"Makasih banyak ya. Kalo bukan karena loe, gak tau lagi dah apa yang akan terjadi sama sahabat gue, Alona."
"Iya, gakpapa." ucapnya dengan wajah merah padam. "Bisa ... lepasin tangan gue gak?" serunya dengan senyuman kikuk.
"Ah iya!" Jesica melepas lengan Arya. "Oh iya, nama loe siapa? Alona pasti ingin berterima kasih langsung sama loe saat dia sadar nanti!"
Mendengar penuturannya, mendadak Arya pucat. "A-a-anuu! Gak perlu, Mbak. Dia gak perlu berterima kasih sama gue. Gue ikhlas kok. Hehe!" Kali ini raut Arya benar-benar pucat. 'Sial! Jangan sampai aku berurusan lagi sama cewek kolot itu! Hiiii,' batin Arya sambil bergidik ngeri.
"Kenapa, Mas?" tanya Jesica. Ia heran melihat ekspresi Arya yang mendadak berubah aneh.
"Gak apa-apa, Mbak. Saya pergi dulu yaa."
"Tunggu, loe belum kasih tau nama loe?" teriak Jesica dari kejauhan.
"Bimaa!" Arya menyahutnya dari kejauhan. Melambai pada Jesica. Lalu menghilang di balik lift.
"Jadi namanya, Bima. Hmm, kayaknya, baru kali ini gue lihat cowok itu. Tapi dia lucu juga. Rada kikuk!" Jesica bergumam sambil tertawa kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Nimranah AB
Alona apa Jesica
2021-02-13
0
Devan Dhina
naksir
2021-01-20
0
Bibit Iriati
mantap Thor critanya, g ribet n berbelut2
2021-01-18
0