Bab 11 Lala, Si OB Lugu

Samuel mengajak Lala makan di restoran yang tidak jauh dari tempat mereka. Lala yang tidak selera makan dan minum pun tidak memesan apapun. Namun air matanya telah mengering. Dia hanya menemani Samuel saja.

"Kamu tidak ingin cerita kenapa menangis sambil berjalan seperti tadi?." Tanya Samuel. Karena sejak tadi Lala hanya diam dan melamun. Entah ada yang menganggu pikirannya.

Lala menggeleng, "Tidak."

"Ok" Sam tidak ingin memaksa.

Sam segara menghabiskan makanan dan minumannya. Bangkit berdiri sambil melihat jalanan ibu kota yang sudah mulai padat merayap.

"Ayo aku antar pulang!."

"Pulang kemana?."

"Ke rumah Uncle Ethan."

Lala menggeleng lemah sambil memasang wajah sendu.

"Kenapa? Ada apa?." Samuel menodongkan pertanyaan pada Lala.

"Lala malu kalau pulang ke rumah Tuan Ethan."

"Malunya kenapa?. Coba kamu cerita?."

Sejenak Lala menatap Samuel, ada sedikit keraguan untuk cerita apa yang sedang menimpanya. Namun pada akhirnya Lala lebih memilih diam.

"Ok, kalau tidak mau cerita."

Lala hanya mengangguk.

Karena susah membujuk Lala pulang ke rumah Ethan, Sam pun sudah mengirim pesan pada yang bersangkutan supaya menjemput Lala di tempat mereka sekarang ini.

Ethan yang menerima dan membaca pesan pun mengerutkan keningnya. Ada rasa tidak rela membiarkan Lala dekat dengan Sam, meski masih saudaranya.

"Kenapa Lala sudah pulang?." Tanyanya pada diri sendiri sambil meletakkan ponselnya di meja.

Ethan meminta Sebastian untuk membacakan sisa schedule nya. Kemudian membatalkannya, kalau memang masih bisa di jadwal ulang segera.

"Aku harus pulang, dokumen penting ini tolong kau jaga baik-baik. Jangan sampai bocor apalagi berpindah tangan." Ucap Ethan sambil menyerahkan dokumen yang sudah ditandatanganinya.

"Baik, Tuan Ethan. Saya akan menjaganya." Sebastian menerimanya.

"Hmmm." Setelah itu baru lah mereka keluar bersama. Kalau Sebastian masuk ke dalam ruang kerjanya lagi, sedangkan Ethan menuju area parkir.

Melajukan mobilnya dalam kecepatan minimum membuat perasaannya tersiksa cemburu. Ethan takut pria lain lebih dulu mengambil hatinya Lala.

"Jangan sampai itu terjadi" gumamnya sambil menekan terus tombol klakson. Berharap pengguna jalan yang lain mengerti akan kerisauannya.

Setelah bersusah payah keluar dari kemacetan ibu kota sore menjelang malam itu, akhirnya Ethan tiba juga di alamat yang diberikan Sam.

Dari kejauhan Ethan sudah bisa melihat Lala yang tertawa lepas. Entah apa yang mereka bicarakan hingga Lala bisa tertawa. Saat bersamanya saja tidak selepas itu. Langkah kaki Ethan semakin lebar, rasanya ingin terbang supaya cepat sampai di sana.

Kecewa kini dirasakan Ethan juga ketika tawa lepas Lala sekejap menghilang setelah melihatnya.

"Ada apa, La?."

"Tuan Ethan menuju ke sini."

Sam yang duduk membelakangi lalu menengok dan terlihat wajah Ethan yang kurang bersahabat. Sam tersenyum samar lalu kembali pada posisi semula.

"Aku yang meminta Uncle Ethan ke sini, karena kamu enggak mau aku antar pulang."

"Iya" sahut Lala lemah. Setelah ini pasti dia pun akan diusir dari rumah Tuan nya. Tahu begitu kenapa kemarin dia menerimanya?.

Tubuh tegap Ethan sudah menjulang tinggi di depan Lala.

"Ayo pulang, La!" ajak Ethan pelan pada Lala.

Lala segera mengangguk, "Iya, Tuan Ethan."

Tanpa berkata apapun pada Sam, Ethan segara menarik pelan tangan Lala lalu membawanya pergi dari sana. Sam tidak marah sama sekali terhadap sikap Uncle nya, jutsru dia senang karena benih-benih cinta itu telah hadir.

Lala pasrah ketika langkah kakinya harus terseret-seret diantara orang-orang. Pasti Tuan nya sangat marah atas apa yang dilakukannya. Namun apa yang bisa dilakukannya, dengan cara apa dia membuktikan dirinya bukan seorang pencuri.

Mobil Ethan sudah melaju cepat, karena jalan arahnya pulang sudah tidak macet. Di dalam keduanya masih sama-sama terdiam hingga mobil Ethan sudah berhenti di halaman rumah. .

"Tuan Ethan" panggil Lala.

"Sekarang kau mandi, ganti pakaian nanti kita bicara." Ujar Ethan tanpa mau melihat wajah Lala yang sudah mendung.

"Baik, Tuan Ethan." Balas Lala. Lalu keluar dari dalam mobil. Berjalan gontai seperti tidak memiliki tenaga untuk berjalan.

Untung saja dalam perjalanan menuju kamarnya, Lala tidak bertemu dengan Nyonya Sierra. Karena Grandma dan Elena sedang shopping. Perlengkapan kebutuhan mereka untuk tinggal lebih lama di rumah Ethan sudah berkurang.

Lala sudah duduk di dekat jendela dengan pakaian bersihnya. Pikirannya tidak bisa jauh dari pencurian, pemecatan dan sebentar lagi pengusiran dirinya. Bahkan sebelum itu terjadi, Lala sudah berkemas. Hanya tinggal menunggu waktunya saja.

Tok Tok

Lala berjalan menghampiri lalu membukanya. Tanpa bertanya tanpa permisi Ethan langsung saja menerobos masuk ke dalam kamar lalu menutup pintu. Ethan memilih duduk di tepian tempat tidur. Menatap Lala sangat tajam, perasaannya kini campur aduk menjadi satu.

Lala mendekati Tuan nya, kemudian berdiri di depan Tuan Ethan dengan kedua tangan yang saling meremas kuat.

"Kenapa kau bisa berduaan sama Sam?. Kau pulang kantor lebih dulu karena ingin menemui Sam?."

Dengan cepat Lala menggeleng, "Tidak begitu, Tuan Ethan."

"Kalau tidak begitu, kenapa kau sudah ada bersama Sam?."

"Lala pulang duluan dari kantor karena Lala dipecat." Jawab Lala lantang.

Deg

"Lala dipecat? Karena apa? Kenapa tidak ada yang melapor padaku?." Batin Ethan dipenuhi banyak pertanyaan yang harus segera mendapat jawaban.

Lala mengambil surat dan segera menunjukkan pada Tuan nya.

"Lala dipecat karena mencuri cincin Ibu Emma, buktinya ada pada saku baju Lala" Lanjut Lala sambil mengusap air mata.

"Ini tidak mungkin!" Ethan membaca surat pemecatan Lala sekaligus pengakuan Lala yang telah mengambil cincin Ibu Emma.

"Tapi itu yang terjadi, makanya Lala pulang duluan dan di jalan Lala ketemu sama Tuan Sam." Lala pun menceritakan lebih lanjut dan detail lagi apa yang dialaminya hari ini. Dibarengi dengan air mata tanpa henti walau ceritanya sudah selesai.

Lala juga sudah siap kalau harus pergi dari rumah itu. Meminta Tuan nya dan Nyonya Sierra membiarkan Lala hidup di luar sana. Supaya Lala tahu kerasnya hidup tanpa memiliki apapun.

Seketika pinggang ramping Lala ditarik Ethan berbarengan dengan Ethan yang bangkit berdiri. Lala pun melingkarkan tangan pada pinggang Ethan yang cukup lebar hingga tangan mungkil itu tidak sampai.

Lala menumpahkan kesedihannya dalam pelukan Tuan nya, air matanya membasahi t-shirt berwarna hitam yang digunakan Tuan nya.

Tangan Ethan mengusap punggung Lala, sementara bibirnya tanpa sungkan mengecup pucuk kepala Lala berulang kali.

Cukup lama Lala menangis dan kini perlahan sudah mereda. Namun mereka masih dalam memeluk satu sama lain.

Keduanya sama-sama merasakan nyaman dan bahagia. Jika Ethan sudah bisa melihat jelas perasaannya terhadap Lala. Berbeda dengan Lala yang belum tahu apa-apa. Hanya merasa nyaman dan sangat bahagia bisa dilindungi seperti ini oleh Tuan Ethan nya.

Bersambung

Terima kasih untuk dukungannya 🙏🙏😘😘

Terpopuler

Comments

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

wah si Ethan beneran udah yakin perasaannya ke Lala nih

2024-05-06

0

Atik Marwati

Atik Marwati

Lala harus banyak belajar dari tuan Ethan nya

2024-04-06

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 48 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!