Bab 7 Lala, Si OB Lugu

Lala sudah bekerja seperti biasa. Orang-orang yang beberapa hari lalu menuduhnya ini itu kembali bersikap baik padanya meski tidak ada kata maaf yang terucap. Walau sesungguhnya Sebastian sudah membersihkan nama Lala dengan mengakui kalau pengaman itu miliknya yang akan dibuang Lala.

Ada beberapa orang yang mempercayai ucapan Sebastian, ada beberapa orang yang juga menyangsikannya dan dari mereka ada yang beranggapan kalau Lala dan Sebastian memiliki hubungan spesial.

Akan tetapi tuduhan itu tidak sampai pada telinga Lala hingga yang Lala fokuskan hanya pekerjaan.

Ethan pun sangat disibukkan dengan beberapa dokumen-dokumen proyek besar yang harus ditanganinya sendiri. Sampai-sampai tidak memiliki waktu bertemu apalagi mengerjai Lala.

Ada rasa kehilangan dan rindu yang terselip di dalam bagian hati Ethan yang terdalam. Ethan meletakkan dokumen terakhirnya, tersenyum lalu mengambil gagang telepon. Segera menekan tiga tombol yang langsung terhubung ke ruangan OB.

"Selamat pagi, Lala di sini."

"La, buatkan aku susu panas."

"Tuan Ethan?."

"Iya, Lala."

"Mau rasa apa, Tuan Ethan?."

"Rasa cap nona, La."

"He...he...he..." Lala tersenyum. "Lala sudah tahu artinya. Tidak ada di sini minuman seperti itu."

"Ada, La. Masih ada satu, original lagi."

"Tidak ada, Tuan."

"Ada, La."

"Tidak ada, Tuan Ethan."

"Ada, Lala."

Hening untuk sesaat, sama-sama tidak ada yang bicara. Ethan sudah sangat senang berdebat kusir untuk hal kecil seperti ini bersama Lala. Senyum pun mengembang, menghiasi wajah lelah Ethan. Hingga tanpa sadar berucap sendiri sementara sambungan telepon bersama Lala masih terhubung.

"Kau, La. Susu cap nona yang masih original yang ada di kantor ini."

"Tuan Ethaaaaaaaaaaannnnnnn!!!!!!!."

Seketika Ethan menjauhkan gagang telepon dan tahu kalau Lala mendengarnya.

"La, keruanganku sekarang!." Suara Ethan sangat serius.

"Lala enggak mau. Nanti Tuan Ethan melakukan seperti yang di video pada Lala."

"Tidak akan, tapi kalau sampai kau tak datang juga. Maka aku akan melakukan pada...."

"Iya, Lala ke sana sekarang. Tut...tut...tut"

Senyum Ethan tidak pernah hilang dari wajah tampannya kalau sudah bicara bersama Lala. Tidak jadi soal kala Lala mematikan sambungan teleponnya terlebih dulu tanpa kata penutup juga. Karena pastinya Lala akan menemuinya.

Tok Tok Tok

Ethan mengerutkan keningnya, Lala bisa secepat itu datang ke ruang kerjanya. Hebat juga itu anak. Pikir Ethan.

"Masuk, Lala!."

Ethan cukup terkejut karena yang datang bukan lah Lala melainkan Grandma Sierra.

"Sejak kapan Grandma berubah menjadi Lala?."

"Kenapa Grandma datang kemari?." Ethan bangkit dan menarik kursi untuk duduk sang Grandma. Paling tidak, Grandma datang tidak bersama Elena.

"Lala siapa?. Wanita yang kau cerita kan itu?. Calon istri?."

Ethan terdiam sejenak sebelu menjawab pertanyaan Grandma. Boleh juga menjadikan Lala sebagai istri, karena gadis itu begitu lugu. Tidak akan sulit jika nanti mereka harus berpisah lagi.

"Ada apa? Kenapa melamun?." Usapan lembut Grandma pada pundak Ethan menyadarkannya. Ethan tidak ingin menjadi orang jahat dalam hidup Lala. Wanita yang selalu memberinya senyum tanpa gadis kecil itu tahu.

"Lala, orang yang Grandma tolong waktu itu. Dia akan datang ke ruangan ku. Aku yang memintanya." Akhirnya Ethan jujur.

"Nurmala?."

"Iya, Nurmala Larasati."

Tok Tok

Dua pasang mata tertuju pada pintu yang diketuk dari luar.

"Sepertinya itu, Lala." Grandma mengangguk. Menatap lekat pintu itu sampai Ethan membuka pintu dan terlihatlah gadis lugu yang telah menolongnya tanpa memikirkan keselamatan nyawanya sendiri.

Pun dengan Lala, dia tidak akan pernah lupa pada orang yang telah mengangkat kehidupannya. Setidaknya sekarang Lala memiliki pekerjaan dan tempat tinggal yang layak. Sedikit demi sedikit Lala sedang mengumpulkan uang untuk bisa kursus guna menambah keterampilannya.

"Nyonya Sierra...Nurmala..." kedua wanita beda generasi itu saling memanggil nama. Keduanya diselimuti perasaan haru yang luar biasa.

Lebih dulu Lala menghampiri penolongnya, menyalami tangannya dengan begitu takzim cukup lama.

Ethan merasa senang sekaligus bangga terhadap sikap yang ditunjukkan Grandma terhadap Lala. Tidak memandang status Lala yang hanya orang biasa. Lala juga begitu rendah hati dan bisa mengambil hati Grandma nya.

"Terima kasih banyak, Nyonya Sierra."

"Aku senang bisa bertemu dengan kamu lagi. Sekarang tubuh kamu sudah lebih berisi, kulit kamu juga tampak lebih bersih. Kamu pasti akan sangat cantik nantinya." Grandma memutar tubuh Lala yang menurutnya jauh lebih baik ketimbang dulu pertama kali bertemu. Kurus, hitam, culun dan kusam.

"Itu semua karena bantuan Nyonya Sierra."

"Duduk sini!." Kemudian Grandma menarik tangan Lala hingga terduduk di sampingnya.

"Tapi, Nyonya Sierra. Saya masih harus bekerja, makanya Tuan Ethan meminta saya ke sini." Lala merasa tidak enak hati pada Tuan nya yang sejak tadi menonton dirinya dan Nyonya Sierra.

Ethan tersenyum hangat pada keduanya.

"Kau temani saja Grandma ku, Anggap saja itu pekerjaan kau untuk hari ini."

"Memangnya kalau tidak ada aku, pekerjaan apa yang berikan Ethan padamu?."

Ethan dan Lala langsung saling melempar pandangan. Ethan segera memberikan isyarat pada Lala dengan menggelengkan kepala supaya tidak mengatakan apapun. Karena bisa bahaya kalau sampai Lala bicara. Lala mengangguk mengerti.

"Nurmala, kenapa tidak jawab?." Grandma menggoyangkan tubuh Lala.

"Tidak ada, Grandma. Pekerjaan yang biasa-biasa saja. Iya kan Lala?."

"Iya, Tuan Ethan."

Grandma tidak langsung percaya begitu saja. Namun sayang tidak bisa bertanya lagi karena kedatangan Sam dan Elena yang menyusulnya.

"Kenapa kalian baru sampai?." Tanya Grandma pada keduanya yang ikut bergabung.

"Aku dari kampus Sam, Grandma." Jawab Elena sambil menatap tidak suka pada Lala yang terlihat sangat dekat dengan Grandma Sierra.

Kenapa orang berpenampilan biasa bisa dekat dengan Grandma?. Siapa anak culun itu?. Padahal setahunya Grandma itu sangat pemilih.

"Iya, Grandma. Aku mengantar tugas dulu sebelum izin tidak masuk kuliah." Sahut Sam sambil ikut menatap Lala juga kemudian menatap Ethan yang ternyata menatapnya balik.

Ethan dan Sam cukup lama saling menatap, seolah-olah mereka bicara dengan menggunakan bahasa isyarat melalui mata mereka yang tajam.

Momen berkumpulnya mereka berlanjut hingga makan siang. Walau sebelumnya Lala sudah sangat menolak karena tidak enak hati. Namun Grandma dan Ethan sangat memaksanya.

"Bagaimana Uncle? Apa getar-getar cinta itu telah ada." Tanya Sam sangat pelan, menggoda Ethan yang sepertinya sudah kena tulah.

"Pala kau" Ethan menyikut Sam dengan wajah serius namun sempat-sempatnya mencuri pandang ke arah Lala. Wanita yang dipandangnya sedang asyik melahap makanannya.

Sam tertawa pelan, sesekali dia pun melihat ke arah Lala yang jika dilihat-lihat tidak kalah cantik dengan Elena. Wanita yang dicintainya namun lebih memilih mengejar Uncle Ethan nya.

Bersambung...

Terima kasih untuk dukungannya 🙏🙏😘😘

Terpopuler

Comments

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

Lala perlu dipoles dikit yah biar dia pandai merawat diri nanti

2024-05-06

0

Atik Marwati

Atik Marwati

cintanya riweh..

2024-04-06

0

vi

vi

baru baca marathon hari ini... aq suka

2024-04-04

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 48 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!