Kembali saat hana baru sampai di surabaya.
Hana sering menangis diam diam, tentu saja rindunya untuk pandu yang menjadi alasan di setiap air mata yang hana keluarkan. Terpuruk, lingkungan tempat dimana hana tinggal banyak yang sering kali mencemooh karena hana hamil tanpa suami dan sekarang hana tinggal berdua dengan kakaknya saja. Adnan bukan tak tau kalau adiknya kerap menangis diam diam. Tapi bagi adnan selama apa yang hana lakukan hanya sekedar menumpahkan sesak di dadanya dengan menangis semuanya masih adnan anggap wajar.
"Aku pengen kerja mas." Kata hana di suatu sore saat mereka sedang duduk diteras rumah. Sore di hari minggu yang memang minggu adnan libur bekerja.
Adnan menghembuskan napas beratnya.
"Diam aja dirumah han, mas masih bisa biayain kamu dan bayi dalam perut mu."
"Tapi aku bosan mas, ga ada kegiatan dan ga ada penghasilan. Aku harus mandiri, anak ini tanggung jawab ku."
"Aku pakde nya han. Jadi dia tanggung jawab ku."
Hana menggeleng.
"Kenapa? Kamu pasti tau hukumnya memang begitu. Kalau bapak bayi mu ga ada berarti dia jadi tanggung jawab ku juga termasuk kamu."
"Mas, jangan jadikan aku sebagai prioritas mu. Mas punya kehidupan sendiri dan mas harusnya sudah punya pasangan dan membina rumah tangga."
Seminggu hana sampai surabaya, kekasih adnan datang dan marah marah tak terima dengan keberadaan hana dirumah adnan. Bahkan dengan sangat lantang kekasih adnan saat itu menolak keputusan adnan yang akan mengajak hana untuk tinggal bersamanya dan membiayai hana.
"Mas putus sama yang kemarin itu bukan salah kamu. Malah mas bersyukur dengan kejadian kemarin mas jadi tau wanita seperti apa anggita sebenarnya. Tentu mas pilih kamu ketimbang anggita yang hanya orang lain. Kamu itu adik kandung mas, jadi tentu saja kamu yang jadi prioritas mas."
Hana terharu, karena kenyataannya adnan yang selama ini ia anggap tak ada begitu menyayangi dirinya. Kebersamaan mereka memang tak pernah meninggalkan banyak kenangan tapi nyatanya sekarang hana tak merasa sendiri lagi.
"Tapi kan kalau begini mas jadi susah jodoh."
"Ga han, urusan jodoh itu sudah diatur sama gusti allah. Sekarang belum mungkin nanti mas akan ketemu dengan yang tepat. Tentu saja harus menerima keberadaan mu dan keponakan mas."
Lagi lagi hana terharu dan kali ini ia sampai meneteskan air mata.
"Berhentilah menangis han, kamu harus bangkit. Anak dalam perut mu pasti bisa merasakan kesedihan ibunya."
Pelan hana menghapus air matanya dan mengangguk.
"Terimakasih mas. Untung mas datang saat aku benar benar bingung harus kemana dan bagaimana."
"Jangan lagi ngomong begitu. Kamu adik mas satu satunya keluarga yang mas punya. Jangan pernah berfikiran untuk cari kerja atau bahkan pergi. Mas masih sanggup untuk kasih kamu dan anakmu makan."
Hana mengangguk lagi.
Walau sedih karena harus menghilang dalam kenyataan mengandung anak pandu, hana masih teta mengucap syukur karena nyatanya ia masih memiliki kakak yang bisa ia jadikan sandaran walau hana memiliki ketakutan sang kakak akan jauh jodoh karena adanya dirinya dan sang buah hati nanti.
Hana meyakinkan diri semua pasti bisa ia lalui dengan baik karena sudah ada adnan disisinya. Adnan kakak kandung satu satunya keluarga yang ia miliki. Tapi hana berencana hanya akan bergantung sepenuhnya pada adnan hanya sampai bayi yang dikandungnya lahir. Setelah bayinya lahir nanti, hana akan kembali bekerja. Masa depannya dan sang buah hati harus direncanakan. Hana tau betul tanggung jawabnya sebagai orangtua tunggal akan sangat sulit apalagi biaya hidup dan pendidikan di jaman sekarang sangat mahal sekali.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments