Berusaha baik baik saja biarpun sampai saat ini perasaan hana masih berkecamuk. Keesokan harinya setelah kejadian bertemu camer yang berakhir dengan hinaan. Hana kembali bekerja masih dengan mata sembab dan wajah pucat. Sampai dua minggu sudah berlalu, dalam diamnya hana berusaha fokus bekerja dan hubungannya dengan pandu tetap berjalan seperti biasa.
Pandu masih sering datang berkunjung bahkan pertemuan hana dengan ketiga anak anak pandu semakin sering. Makan siang bersama menonton di bioskop atau pergi untuk membeli perlengkapan sekolah. Mereka sudah seperti keluarga bahagia dalam penglihatan orang orang. Senyum hana sudah kembali ada tapi tetap saja hana berusaha menyimpan perih dihatinya dengan susah payah.
Melihat anak anak pandu yang begitu menyayanginya ditambah perhatian yang pandu berikan jadi semakin bertambah membuat hana dilanda ketakutan yang teramat sangat. Tentu saja perihal resti yang sudah jelas tidak hana dapatkan tapi keempat pria didepannya ini begitu menyayanginya membuat hana dilema parah.
"Bertahanlah bersama mas. Kamu bisa lihat bagaimana mereka tersenyum seperti sekarang ini? Sebelumnya mereka tak pernah sebebas ini tersenyum saat menikmati waktu mereka diluar bersama mas."
Hana terhenyak, kebimbangannya semakin bertambah karena sejujurnya hana sempat ingin menghilang. Menghilang dalam artian, hana ingin pergi tanpa sepengetahuan pandu. Jujur saja kata kata pedas yang maya lontarkan menorehkan luka batin yang teramat sangat. Sehingga dalam tangisnya didepan sajadah hana kerap kali berfikir untuk selesai dan meninggalkan pandu.
Genggaman tangan pandu terasa sedikit hangat padahal sekarang mereka sedang berada disebuah ruangan berAC dengan suhu yang cukup dingin.
.
.
.
Hoek hoek hoek
Malam sepulang dari kantor hana tiba tiba saja merasa mual dan muntah muntah. Penyebabnya karena hana membuka bungkusan nasi goreng yang dibelinya didepan kost karena sejak sore hana menginginkan nasi goreng pedas. Tapi entah kenapa saat bungkusan nasi dibuka semerbak bau wangi dari nasi goreng itu malah membuat perut hana begitu mual.
Keringat dingin membasahi seluruh tubuh hana bahkan hana sampai lemas terduduk dilantai kamar mandi.
"Ya allah kenapa aku ini." Gumam hana sambil menyandarkan punggungnya di pintu kamar kamar mandi.
"Lemes banget."
Tak sadar karena saking lemas nya hana sampai tertidur dikamar mandi dan ia terbangun karena merasa sesak napas.
Dengan tubuh lemas dan perut yang masih mual hana berusaha menuju ranjangnya dan mengabaikan rasa perutnya yang sebenarnya lumayan lapar.
"Kenapa tiba tiba jadi begini sih, kayaknya akau ga punya penyakit magh atau sejenisnya tapi kenapa bisa muntah dan sampai lemes begini."
Hana membaluri kening dan hidungnya dengan minyak kayu putih tapi hasilnya tetap sama tak mengurangi pening dan mual yang melanda. Malah anehnya sekarang hana begitu ingin minum minuman dingin.
"Pengen banget minum es jeruk nipis." Gumam hana dengan mata terpejam rapat.
Ponsel yang ada disampingnya hana ambil dan ia mencari kedai yang masih buka disebuah aplikasi jual makanan online. Akhirnya pilihan hana jatuh pada bakso dan es jeruk nipis.
Aroma kuah bakso sempat membuat hana mual kembali setelah sebelumnya ia meminum es jeruk nipisnya lebih dulu.
"Ini kenapa sih?" Lagi lagi hana menggumam.
Deg
Jantung hana berdegup kencang karena matanya nyaris keluar saat melihat kalender yang digantung didinding kamar masih bersih tak ada tanda bahwasanya hana sudah datang bulan padahal hana ingat betul sekarang sudah akhir bulan.
"Mual mual ...... Jangan jangan a a aaakuu. Ya allah, aku harus bagaimana?"
Hana gemetaran tubuhnya mendadak lemas lagi dan kepalanya berputar. Seolah hana merasakan dunianya berhenti berputar. Sadar semua ini bisa saja terjadi karena hubungan hana dan pandu memang sudah sejauh itu tapi biasanya pandu menjaga mereka dengan begitu baik tapi entah kapan pandu teledor dan hana sampai kecolongan. Proteksi yang hana lakukan memang tak sampai mengkonsumi pil pencegah kehamilan atau KB lainnya karena pandu melarang keras dan sesuai janji pandu, pandu lah yang mengontrol diri.
"Ya allah."
Air mata hana tumpah, hana linglung dan pikirannya berkecamuk. Antara takut bahagia dan bingung harus berbuat apa.
"Ibunya mas pandu saja ga suka sama aku dan sekarang aku malah hamil." Walau belum melakukan tes untuk memastikan kebenarannya tapi hana memiliki firasat kearah sana.
"Aku harus bagaimana sekarang, ya allah. Kenapa harus begini."
Tak menyalahkan kehadiran janin di rahimnya kalau memang benar saat ini hana tengah mengandung namun yang membuat hana bimbang adalah restu yang tak mungkin ia dapatkan karena sudah jelas jelas hana tak disukai oleh ibunya pandu.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Anonymous
Resiko yang harus ditanggung
2025-04-15
0