14. Tidak setuju

Tuduhan keji langsung hana dapatkan saat pertama kali bertemu dengan maya ibu dari kekasihnya ini. Dalam diam hana menahan sesak di dadanya. Inginnya melawan dan membuka suara tapi hana berusaha menahan diri karena rasa hormatnya kepada maya sebagai ibu dari pria yang begitu hana cintai.

Bukan karena uang, awal hana menyukai pandu memang murni karena pembawaan pandu yang kharismatik ditambah pandu juga menunjukkan sikap penyayang yang memang tak pernah hana dapatkan semenjak kedua orangtuanya meninggal dunia.

"Berapa uang yang kamu mau."

"Ma" sentak pandu saat dengan entengnya maya menghina hana.

"Apa ndu, kamu ini apa ga paham wanita muda seperti dia ini pasti hanya mengincar uang saja. Jadi berikan saja uang yang banyak maka dia pasti akan meninggalkan kamu."

Hana menggeleng, bukan uang. Bukan uang yang hana incar, hatinya tulus mencintai pandu dan memang ingin merajut impian indah bersama.

"Jangan tuduh hana seperti itu ma. Selama kami bersama belum pernah satu rupiah pun hana meminta uang pada ku. Jadi tuduhan mama barusan salah besar."

Diruang tamu rumah orangtuanya disaksikan oleh rasti adik kandung pandu dan juga suaminya. Pandu berteriak membela hana.

"Kamu bentak mama ndu. Kami belain perempuan ini dan sampai berani marah ke mama kayak sekarang."

"Mama asal tuduh tanpa tau seperti apa hana."

Melihat pandu sudah lepas kendali, hana langsung menarik lengan pandu dan menatap pandu dengan mata penuh permohonan.

"Mas, jangan begini."

Rasti dan suaminya hanya duduk diam memperhatikan ketegangan yang terjadi didepan mereka saat ini. Bukan karena mereka meremehkan hana dan menilai hana seperti bagaimana ucapan maya tapi karena mereka sedang memperhatikan dan menilai seperti apa hana sebenarnya.

.

.

.

Tak banyak obrolan yang terjadi saat pandu mengantarkan hana pulang kembali ke kostan nya.

Diamnya hana begitu membuat pandu dirundung rasa bersalah yang amat sangat. Walau pandu sudah tau hal ini pasti akan terjadi tapi saat melihat bagaimana hana terluka dengan semua tuduhan yang ibunya lontarkan ternyata pandu tak sekuat itu.

"Sayang" pandu menggenggam tangan hana yang terasa begitu dingin saat mereka berhenti di lampu merah.

Pandu menatap wajah hana yang sejak keluar rumah orangtuanya banyak diam dengan tatapan kosong.

"Maafkan mas, maaf." Lihir pandu penuh penyesalan.

Hana menggeleng, senyuman penuh keterpaksaan tercetak di wajah hana yang biasanya ayu namun kali ini diselimuti mendung tebal.

"Kamu jangan khawatir. Kita akan teta menikah mau mama merestui ataupun tidak. Mas taka akan mungkin bisa tanpa kamu dan anak anak juga pasti begitu."

Sesak, napas hana seolah sesak. Hana kesulitan menghirup oksigen sekarang. Inginnya menangis sekencang mungkin tapi hana tak mau melakukan itu karena terlalu untuk melakukannya didepan pandu.

"Tetaplah bersama mas ya." Mohon pandu.

Tak ada jawaban hana hanya mengeratkan genggaman tangan mereka dengan mengulas senyum yang masih tetap dipaksakan.

Cinta hana begitu besar, hana sudah masuk terlalu dalam. Kubangan cinta yang pandu ciptakan begitu membuat hana terlena.

"Apa yang harus aku lakukan ya allah." Jerit batin hana saat mobil kembali melaju menuju tempat tinggalnya.

"Hati hati ya mas, kabari kalau sudah sampai rumah."

Hana tak mengijinkan pandu untuk mampir karena hari sudah malam begitulah hana memberikan alasan. Awalnya pandu tak setuju dan tetap ingin masuk tapi karena hana terus menolak dan meminta pandu untuk pulang mengingat pasti anak anaknya sudah menunggu akhirnya pandu pasrah dan mau untuk langsung pulang.

Masuk kedalam kamar kostnya hana menumpahkan semua sesak yang sejak tadi ditahannya. Tangis hana pecah, melihat setiap sudut ruangan membuat hana semakin sakit. Kenangan indah penuh dosa terbayang di pelupuk mata tapi begitu hana mengingat kembali kalimat tuduhan atas hubungannya dengan pandu semakin menghantam jantung hana.

"Cinta ku bukan karena uang, aku benar mencintai mas pandu. Cinta ku benar tapi kenapa kata kata keji itu bisa aku dapatkan padahal aku tak pernah menerima sepeserpun dari mas pandu."

Isak tangis hana begitu pilu, ia remat guling yang baru saja diambilnya. Ujung jemari hana sampai merah karena saking kuatnya tangan hana menggenggam bantal. Satu jam dua jam tiga jam tangis hana tak kunjung usai sampai pandu yang mengirinya pesan tak satupun hana balas dan di panggilan yang ke 25 baru hana tersadar dan mencari ponselnya yang sejak tadi berdering.

"Sayang" suara pandu terdengar sangat khawatir.

Hana diam tak menjawab, hidungnya mampet kepalanya pening dan bisa dipastikan napasnya sesak sehingga suaranya sulit untuk keluar.

"Jangan menangis, mas mohon. Bersabarlah dan tetap bertahan untuk cinta kita."

Menggelikan sekali pria matang seusia pandu mengatakan hal itu tapi pandu memang harus mengatakannya agar hana tak menyerah.

...****************...

Episodes
1 1. Beda usia
2 2. Lanjut
3 3. Dimarah
4 4. Hukuman
5 5. Semakin yakin
6 6. Berkirim pesan
7 7. Arga dan ayah
8 8. Arka, kak hana
9 9. Takut keceplosan
10 10. Rumah sakit
11 11. Piknik
12 12. Ketakutan pandu
13 13. Janji pandu
14 14. Tidak setuju
15 15. Pelukan hangat
16 16. Harus bagaimana?
17 17. Tiba tiba berkabar
18 18. Dijemput
19 19. Kehilangan
20 20. Surabaya 1
21 21. Surabaya2
22 22. Surabaya3
23 23. Surabaya4
24 24. Arsy Ananda
25 25. Tak ada balasan
26 26. Iseng berbuah manis
27 27. Pandu
28 28. Hasna pengasuh untuk arsy
29 29. Sepertinya lanjut
30 30. Curi pandang
31 31. Mall pertama kali (Arsy)
32 32. Ngambeknya arsy
33 33. Digunjing lagi
34 34. Tuduhan tak berdasar
35 35. Jalan jalan pagi
36 36. Merayu pacar orang
37 37. Sakitnya arsy
38 38. Suasana diruang rawat inap arsy
39 39. Canggung
40 40. Siapa?
41 41. Harus bagaimana?
42 42. Meledak
43 43. Ajakan menikah
44 44. Ragu? Hana dilema
45 45. Cinta ga sih!
46 46. Pandu merajuk
47 47. Marahnya hana
48 48. Pandu terpancing
49 49. Pasutri
50 50. Bu ratna dalang fitnahnya
51 51. Me time yang gagal
52 52. Bundanya arga
53 53. Tidak semua .....
54 54. Hana dan amarahnya
55 55. Keputusan yang pandu ambil
56 56. Pembuktian
57 57. Terulang lagi
58 58. Jurus jitu pandu membuat hana ......
59 59. Badai di minggu pagi yang cerah
60 60. Pertemuan
61 61. Bab 61
62 62. Memilih pulang
63 63. Ingin memisahkan mereka
64 64. Anabela datang pandu melunak?
65 65. Telpon tengah malam
66 66. Tambah satu malam lagi
67 67. Pulang besok
68 68. Rayuan dini hari
69 69. Mau jadi istri kedua
70 70. CEMBURU (bikin hana jadi gila)
71 71. Bu ratna dan anabela membuat ulah
72 72. Kegelisahan yang baru pertama dialami
73 73. Harus menginap dulu
74 74. Bocah 11 tahun
75 75. Masih cinta kan sama aku?
76 76. Obrolan dua pria beda generasi
77 77. Tanda tanda kehidupan baru
78 78. Tante mau apa?
79 79. Tujuh puluh sembilan
80 80. Delapan puluh
81 81. Delapan puluh satu
82 82. Delapan puluh dua
83 83. Delapan puluh tiga
84 84. Delapan puluh empat
85 85. Delapan puluh lima
86 86. Delapan puluh enam
87 87. Delapan puluh tujuh
88 88. Delapan puluh delapan
89 Mohon Maaf
Episodes

Updated 89 Episodes

1
1. Beda usia
2
2. Lanjut
3
3. Dimarah
4
4. Hukuman
5
5. Semakin yakin
6
6. Berkirim pesan
7
7. Arga dan ayah
8
8. Arka, kak hana
9
9. Takut keceplosan
10
10. Rumah sakit
11
11. Piknik
12
12. Ketakutan pandu
13
13. Janji pandu
14
14. Tidak setuju
15
15. Pelukan hangat
16
16. Harus bagaimana?
17
17. Tiba tiba berkabar
18
18. Dijemput
19
19. Kehilangan
20
20. Surabaya 1
21
21. Surabaya2
22
22. Surabaya3
23
23. Surabaya4
24
24. Arsy Ananda
25
25. Tak ada balasan
26
26. Iseng berbuah manis
27
27. Pandu
28
28. Hasna pengasuh untuk arsy
29
29. Sepertinya lanjut
30
30. Curi pandang
31
31. Mall pertama kali (Arsy)
32
32. Ngambeknya arsy
33
33. Digunjing lagi
34
34. Tuduhan tak berdasar
35
35. Jalan jalan pagi
36
36. Merayu pacar orang
37
37. Sakitnya arsy
38
38. Suasana diruang rawat inap arsy
39
39. Canggung
40
40. Siapa?
41
41. Harus bagaimana?
42
42. Meledak
43
43. Ajakan menikah
44
44. Ragu? Hana dilema
45
45. Cinta ga sih!
46
46. Pandu merajuk
47
47. Marahnya hana
48
48. Pandu terpancing
49
49. Pasutri
50
50. Bu ratna dalang fitnahnya
51
51. Me time yang gagal
52
52. Bundanya arga
53
53. Tidak semua .....
54
54. Hana dan amarahnya
55
55. Keputusan yang pandu ambil
56
56. Pembuktian
57
57. Terulang lagi
58
58. Jurus jitu pandu membuat hana ......
59
59. Badai di minggu pagi yang cerah
60
60. Pertemuan
61
61. Bab 61
62
62. Memilih pulang
63
63. Ingin memisahkan mereka
64
64. Anabela datang pandu melunak?
65
65. Telpon tengah malam
66
66. Tambah satu malam lagi
67
67. Pulang besok
68
68. Rayuan dini hari
69
69. Mau jadi istri kedua
70
70. CEMBURU (bikin hana jadi gila)
71
71. Bu ratna dan anabela membuat ulah
72
72. Kegelisahan yang baru pertama dialami
73
73. Harus menginap dulu
74
74. Bocah 11 tahun
75
75. Masih cinta kan sama aku?
76
76. Obrolan dua pria beda generasi
77
77. Tanda tanda kehidupan baru
78
78. Tante mau apa?
79
79. Tujuh puluh sembilan
80
80. Delapan puluh
81
81. Delapan puluh satu
82
82. Delapan puluh dua
83
83. Delapan puluh tiga
84
84. Delapan puluh empat
85
85. Delapan puluh lima
86
86. Delapan puluh enam
87
87. Delapan puluh tujuh
88
88. Delapan puluh delapan
89
Mohon Maaf

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!