Maya menatap marah kearah putranya karena baru saja ardan menceritakan mengenai hana. Merasa kecolongan maya langsung saja memarahi pandu didepan anak anak tanpa maya perduli kalau ketiga cucunya akan ketakutan atau bahkan tau mengenai urusan orang dewasa.
"Mba, tolong ajak anak anak naik keatas."
Pandu langsung meminta dua pengasuh anak anaknya untuk segera membawa arga arka dan ardan kekamar mereka. Sebagai ayah, tentu saja pandu tak ingin anak anaknya melihat pertengkaran ini.
"Mama harusnya jangan marah dan meninggikan suara didepan anak anak ku." Pandu menegur ibunya dengan suara pelan karena semarah apapun dia pada maya tetap saja pandu tak akan pernah menunjukkannya.
"Lupakan itu." Sentak maya tak mau perduli.
"Sekarang jelaskan ke mama siapa hana? Siapa perempuan itu."
Pandu diam, ia memang berencana ingin mempertemukan sang ibu dengan hana kekasih hatinya tapi pandu tau kalau ibunya pasti akan sangat sulit untuk memberi restu maka sampai sekarang pandu masih belum melakukannya. Dan, han inilah yang pandu takutkan. Maya akan marah kalau tau pandu memiliki wanita yang sekarang dicintainya dan hal ini pasti semakin menjauhkan keinginan sang ibu untuk melihat pandu dan anabela rujuk kembali.
"Mama ga akan pernah ijinkan kamu menikah dengan wanita lain selain ana ibu kandung cucu cucu mama."
Pandu menghela napas berat.
"Ma, aku dan ana sudah selesai. Bahkan sekarang ana dimana saja kita tak ada yang tau, dan kalau menurut mama dia orang yang tepat untuk menjaga dan mengurus anak anak ku kenapa sampai detik ini dia tak datang tidak juga menanyakan kabar anak anaknya."
Maya tak perduli, entah apa yang membuat maya begitu percaya dengan ana padahal jelas jelas sejak mantan menantunya itu pergi sampai detik ini tak pernah menanyakan kabar anak anak jangankan datang berkunjung.
"Ma, tolong jangan terus keras seperti ini. Aku juga ingin memiliki pendamping bahkan anak anak juga butuh sosok ibu yang bisa mengarahkan mereka."
"Mereka sudah punya ibu, jadi kamu ga perlu sibuk mencarikan mereka ibu yang baru."
Lelah, pandu sangat lelah dengan keras kepalanya sang ibu. Pernikahan pandu dan anabela memang hasil dari perjodohan tapi sejak awal berkenalan memang pandu sudah jatuh hati pada sosok ana jadi perjodohan yang pandu terima bukanlah karena rasa terpaksa.
"Siapa hana" maya ternyata masih belum puas karena pandu bungkam mengenai sosok hana yang tadi ardan ceritakan.
"Ma"
"Siapa hana, ndu."
"Dia pacar ku." Jawab pandu dengan nada tegas penuh keyakinan.
"Pacar? Kamu sudah gila apa."
"Ma, aku pria single."
"Tapi kamu punya anak, kenapa masih mikir pacar pacaran seperti anak ABG."
Pandu meringis, merasa tersindir. Memang usianya sudah tak muda lagi apalagi dengan status duda anak tiga tapi pandu tetaplah pria normal yang perlu memiliki teman dekat bahkan pendamping hidup.
"Ma, aku ingin menikah lagi tapi tidak rujuk dengan ana jadi aku harap mama menerima keputusan ku."
"Pandu"
"Hana pacar ku, kami sudah menjalin hubungan cukup lama. Anak anak sudah beberapa kali bertemu dengannya dan aku lihat anak anak menerima keberadaan hana dengan cukup baik jadi aku akan segera melangsungkan pernikahan."
"Tidak akan ada yang menggantikan status ana."
Pandu menggeleng, kehabisan kata kata untuk mengahadapi kerasnya sikap maya sang ibu.
"Jangan begini ma, aku mohon."
Maya tak perduli, diambilnya tas miliknya diatas meja dan pergi begitu saja dari rumah sang anak. Maya yang awalnya datang untuk menginap membatalkan niatnya karena mengetahui perihal hana dari si bungsu ardan.
Di lantai atas.
Arga sedang berusaha menidurkan si bungsu yang sejak tadi nampak gelisah.
"Kenapa belum bobok dek." Tanya arkan yang ternyata masih terjaga.
Ardan menggeleng dengan linangan air mata yang mulai membasahi pipinya.
"Kenapa nangis?" Arga terkejut karena mendapati adiknya menangis.
Ceklek
Atensi ketiganya tertuju pada pintu kamar yang terbuka.
"Kenapa belum tidur?" Pandu masuk masih dengan setelan kerja yang ia kenakan sejak pagi namun hana menyisakan kemeja yang sudah digulung sebatas siku dan celana panjang hitamnya saja.
"Ayah, maaf" Ardan yang merasa bersalah langsung saja mendekat dan meminta maaf.
"Yah" cicit arga dan arka bersamaan.
"Tak perlu minta maaf. Yang seharusnya minta maaf itu ayah, karena kalian sampai harus melihat ayah dan oma ribut tadi."
"Kak hana" arga yang paling tua membuka suara karena nyatanya ardan sudah menangis dalam dekapan pandu.
"Jangan khawatir. Kalian akan tetap bisa bertemu kak hana setelah ini. Ayah janji."
Pandu seolah tau kekhawatiran yang arga dan arka tunjukkan lewat tatapan mata mereka.
"Jangan takut ya, besok kita makan siang dengan kak hana mau?"
Mendengar itu, ardan yang tadinya menangis dalam pelukan sang ayah langsung menoleh.
"Beneran ya?" Ardan tampan antusias sekali.
"Iya, besok siang pulang sekolah ayah yang jemput kalian."
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments