Hari hari setelahnya kehidupan mereka terus berjalan layaknya hari sebelumnya. Pandu dan hana bekerja di kantor yang sama dan sesekali melakukan janji temu untuk melepas rindu sementara ketiga anak anak pandu juga sudah sibuk dengan sekolah dan beberapa les yang sengaja pandu ikutkan untuk menunjang hasil belajar mereka agar maksimal.
Malam ini arka demam lumayan tinggi dan arga sampai harus menggedor pintu kamar sang ayah. Sebagai anak pertama arga memang selalu bersikap lebih dewasa dari dua adiknya apalagi arga memang sudah paham jika mereka tak memiliki ibu jadi harus bisa mandiri walau usia mereka masih terbilang kecil.
Dugh
Dugh
Dugh
"Yah, ayah."
Dugh
Dugh
Dugh
Terus menggedor dan memanggil ayah tapi pandu tak juga kunjung bangun. Mungkin karena memang lelah jadi pandu begitu lelap dalam tidurnya malam ini bahkan arga sampai menelpon dengan ponsel yang memang pandu berikan pada putra sulungnya. Tatap saja pandu tak bangun bangun sampai membuat tangis arga pecah dan bocah delapan tahun itu terisak karena terlalu khawatir mendapati adiknya demam tinggi.
Dugh
Dugh
Dugh
"Ayaaaaaaaaaah"
Mendengar jeritan yang lumayan kencang membuat pandu yang sempat akan berpindah posisi tidur terkejut dan langsung duduk dari posisi rebahnya.
"Salah dengar ga ya" gumam pandu.
Dugh
Dugh
"Ayah, arka sakit."
Deg
Suara arga terdengar ditelinga pandu dan ia buru buru berlari kearah pintu yang masih terus digedor.
Ceklek
"Bang" terkejut pandu melihat putra sulungnya sudah terisak sampai napasnya tak beraturan.
Diraihnya arga untuk digendong dan pandu berusaha menenangkan si sulung.
"Hei, kenapa bang? Kenapa?"
"Arka hiks hiks arka sakit."
Sedikit susah arga memberitahu kepada sang ayah perihal kondisi arka.
Tanpa bertanya lagi pandu langsung menuju kamar anak anak dengan arga yang masih dalam gendongannya. Pemandangan pertama yang arga lihat adalah si kecil ardan sedang duduk didekat kepala arka yang sudah ditempeli plester demam dan sontak saja hal itu membuat dada arga serasa dihantam batu besar.
"Adek tempel yah" lapor ardan saat sang ayah dan abangnya sudah duduk dipinggir ranjang.
"Makasih ya sayang, kalian sudah jaga abang dengan baik."
Jangan tanya kemana dua pengasuh yang biasa menjaga anak anak. Jawabannya semua pekerja dirumah ini tinggal dibangunan terpisah jadi jika malam sudah tiba maka rumah utama hanya akan ada pandu dan anak anaknya saja. Sebenarnya ini adalah rumah baru yang pandu bangun setelah perceraiannya dengan anak. Pandu sengaja melakukan hal itu karena rumah yang dulu ditempatinya bersama mantan istrinya itu acap kali menjadi tempat ana untuk bertemu dengan kekasih gelapnya.
"Ayo kelumah sakit yah, abang alka demam."
Samar pandu mengangguk dan menoleh kearah arga yang duduk disebelahnya.
"Bang, tolong telpon mba di paviliun suruh kesini. Ayah mau ajak arka ke rumah sakit."
Arga mengangguk paham dan segera melakukan apa yang pandu perintahkan. Sementara pandu dengan cekatan menyiapkan perlengkapan arka dan menggantikan pakaian arka dengan yang baru karena baju tidur yang arka kenakan sudah basah oleh keringat.
"Ayah, abang alka mau ke doktel?"
"Iya dek, adek dan abang arga dirumah sama mba ya. Ayah sama bibi mau ajak abang arka ke dokter supaya cepat sembuh."
Dengan mata berkaca kaca ardan mengangguk. Anak sekecil itu harus dipaksa dewasa dengan keadaan. Jika sedang dalam kondisi seperti ini pandu selalu merasa nelangsa saat melihat anak anaknya tak memiliki ibu sebagai tempat bergantung jika keadaan sedang darurat.
Karena mendapat telpon dari arga, bibi dan dua pengasuh terburu buru ke rumah utama dan keadaan sempat riuh sebentar karena mereka panik mendapati arka yang tiba tiba demam padahal anak itu sejak pulang sekolah tak menunjukkan tanda tanda tak enak badan.
"Mba, saya titip arga dan ardan ya. Bibi akan ikut saya kerumah sakit. Kalian nanti sama satpam saja karena sopir akan antar ke rumah sakit."
"Baik pak"
Mobil sudah melaju menuju rumah sakit terdekat. Pandu memangku tubuh panas arka dengan diselimuti kain tipis.
"Sabar ya nak, sebentar lagi sampai."
"Kak hana"
Samar sama arka menggumamkan nama hana dan pandu bisa mendengarnya. Entah kenapa dibawah alam sadarnya arka menyebut nama hana. Apakah arka merasa berkesan dengan pertemuan mereka beberapa minggu lalu dan memiliki harapan lain atas pertemuan mereka. Yang jelas pandu mengulas senyum disela dadanya yang sedang bergemuruh karena khawatir dengan keadaan arka.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments