8. Arka, kak hana

Hari hari setelahnya kehidupan mereka terus berjalan layaknya hari sebelumnya. Pandu dan hana bekerja di kantor yang sama dan sesekali melakukan janji temu untuk melepas rindu sementara ketiga anak anak pandu juga sudah sibuk dengan sekolah dan beberapa les yang sengaja pandu ikutkan untuk menunjang hasil belajar mereka agar maksimal.

Malam ini arka demam lumayan tinggi dan arga sampai harus menggedor pintu kamar sang ayah. Sebagai anak pertama arga memang selalu bersikap lebih dewasa dari dua adiknya apalagi arga memang sudah paham jika mereka tak memiliki ibu jadi harus bisa mandiri walau usia mereka masih terbilang kecil.

Dugh

Dugh

Dugh

"Yah, ayah."

Dugh

Dugh

Dugh

Terus menggedor dan memanggil ayah tapi pandu tak juga kunjung bangun. Mungkin karena memang lelah jadi pandu begitu lelap dalam tidurnya malam ini bahkan arga sampai menelpon dengan ponsel yang memang pandu berikan pada putra sulungnya. Tatap saja pandu tak bangun bangun sampai membuat tangis arga pecah dan bocah delapan tahun itu terisak karena terlalu khawatir mendapati adiknya demam tinggi.

Dugh

Dugh

Dugh

"Ayaaaaaaaaaah"

Mendengar jeritan yang lumayan kencang membuat pandu yang sempat akan berpindah posisi tidur terkejut dan langsung duduk dari posisi rebahnya.

"Salah dengar ga ya" gumam pandu.

Dugh

Dugh

"Ayah, arka sakit."

Deg

Suara arga terdengar ditelinga pandu dan ia buru buru berlari kearah pintu yang masih terus digedor.

Ceklek

"Bang" terkejut pandu melihat putra sulungnya sudah terisak sampai napasnya tak beraturan.

Diraihnya arga untuk digendong dan pandu berusaha menenangkan si sulung.

"Hei, kenapa bang? Kenapa?"

"Arka hiks hiks arka sakit."

Sedikit susah arga memberitahu kepada sang ayah perihal kondisi arka.

Tanpa bertanya lagi pandu langsung menuju kamar anak anak dengan arga yang masih dalam gendongannya. Pemandangan pertama yang arga lihat adalah si kecil ardan sedang duduk didekat kepala arka yang sudah ditempeli plester demam dan sontak saja hal itu membuat dada arga serasa dihantam batu besar.

"Adek tempel yah" lapor ardan saat sang ayah dan abangnya sudah duduk dipinggir ranjang.

"Makasih ya sayang, kalian sudah jaga abang dengan baik."

Jangan tanya kemana dua pengasuh yang biasa menjaga anak anak. Jawabannya semua pekerja dirumah ini tinggal dibangunan terpisah jadi jika malam sudah tiba maka rumah utama hanya akan ada pandu dan anak anaknya saja. Sebenarnya ini adalah rumah baru yang pandu bangun setelah perceraiannya dengan anak. Pandu sengaja melakukan hal itu karena rumah yang dulu ditempatinya bersama mantan istrinya itu acap kali menjadi tempat ana untuk bertemu dengan kekasih gelapnya.

"Ayo kelumah sakit yah, abang alka demam."

Samar pandu mengangguk dan menoleh kearah arga yang duduk disebelahnya.

"Bang, tolong telpon mba di paviliun suruh kesini. Ayah mau ajak arka ke rumah sakit."

Arga mengangguk paham dan segera melakukan apa yang pandu perintahkan. Sementara pandu dengan cekatan menyiapkan perlengkapan arka dan menggantikan pakaian arka dengan yang baru karena baju tidur yang arka kenakan sudah basah oleh keringat.

"Ayah, abang alka mau ke doktel?"

"Iya dek, adek dan abang arga dirumah sama mba ya. Ayah sama bibi mau ajak abang arka ke dokter supaya cepat sembuh."

Dengan mata berkaca kaca ardan mengangguk. Anak sekecil itu harus dipaksa dewasa dengan keadaan. Jika sedang dalam kondisi seperti ini pandu selalu merasa nelangsa saat melihat anak anaknya tak memiliki ibu sebagai tempat bergantung jika keadaan sedang darurat.

Karena mendapat telpon dari arga, bibi dan dua pengasuh terburu buru ke rumah utama dan keadaan sempat riuh sebentar karena mereka panik mendapati arka yang tiba tiba demam padahal anak itu sejak pulang sekolah tak menunjukkan tanda tanda tak enak badan.

"Mba, saya titip arga dan ardan ya. Bibi akan ikut saya kerumah sakit. Kalian nanti sama satpam saja karena sopir akan antar ke rumah sakit."

"Baik pak"

Mobil sudah melaju menuju rumah sakit terdekat. Pandu memangku tubuh panas arka dengan diselimuti kain tipis.

"Sabar ya nak, sebentar lagi sampai."

"Kak hana"

Samar sama arka menggumamkan nama hana dan pandu bisa mendengarnya. Entah kenapa dibawah alam sadarnya arka menyebut nama hana. Apakah arka merasa berkesan dengan pertemuan mereka beberapa minggu lalu dan memiliki harapan lain atas pertemuan mereka. Yang jelas pandu mengulas senyum disela dadanya yang sedang bergemuruh karena khawatir dengan keadaan arka.

...****************...

Episodes
1 1. Beda usia
2 2. Lanjut
3 3. Dimarah
4 4. Hukuman
5 5. Semakin yakin
6 6. Berkirim pesan
7 7. Arga dan ayah
8 8. Arka, kak hana
9 9. Takut keceplosan
10 10. Rumah sakit
11 11. Piknik
12 12. Ketakutan pandu
13 13. Janji pandu
14 14. Tidak setuju
15 15. Pelukan hangat
16 16. Harus bagaimana?
17 17. Tiba tiba berkabar
18 18. Dijemput
19 19. Kehilangan
20 20. Surabaya 1
21 21. Surabaya2
22 22. Surabaya3
23 23. Surabaya4
24 24. Arsy Ananda
25 25. Tak ada balasan
26 26. Iseng berbuah manis
27 27. Pandu
28 28. Hasna pengasuh untuk arsy
29 29. Sepertinya lanjut
30 30. Curi pandang
31 31. Mall pertama kali (Arsy)
32 32. Ngambeknya arsy
33 33. Digunjing lagi
34 34. Tuduhan tak berdasar
35 35. Jalan jalan pagi
36 36. Merayu pacar orang
37 37. Sakitnya arsy
38 38. Suasana diruang rawat inap arsy
39 39. Canggung
40 40. Siapa?
41 41. Harus bagaimana?
42 42. Meledak
43 43. Ajakan menikah
44 44. Ragu? Hana dilema
45 45. Cinta ga sih!
46 46. Pandu merajuk
47 47. Marahnya hana
48 48. Pandu terpancing
49 49. Pasutri
50 50. Bu ratna dalang fitnahnya
51 51. Me time yang gagal
52 52. Bundanya arga
53 53. Tidak semua .....
54 54. Hana dan amarahnya
55 55. Keputusan yang pandu ambil
56 56. Pembuktian
57 57. Terulang lagi
58 58. Jurus jitu pandu membuat hana ......
59 59. Badai di minggu pagi yang cerah
60 60. Pertemuan
61 61. Bab 61
62 62. Memilih pulang
63 63. Ingin memisahkan mereka
64 64. Anabela datang pandu melunak?
65 65. Telpon tengah malam
66 66. Tambah satu malam lagi
67 67. Pulang besok
68 68. Rayuan dini hari
69 69. Mau jadi istri kedua
70 70. CEMBURU (bikin hana jadi gila)
71 71. Bu ratna dan anabela membuat ulah
72 72. Kegelisahan yang baru pertama dialami
73 73. Harus menginap dulu
74 74. Bocah 11 tahun
75 75. Masih cinta kan sama aku?
76 76. Obrolan dua pria beda generasi
77 77. Tanda tanda kehidupan baru
78 78. Tante mau apa?
79 79. Tujuh puluh sembilan
80 80. Delapan puluh
81 81. Delapan puluh satu
82 82. Delapan puluh dua
83 83. Delapan puluh tiga
84 84. Delapan puluh empat
85 85. Delapan puluh lima
86 86. Delapan puluh enam
87 87. Delapan puluh tujuh
88 88. Delapan puluh delapan
89 Mohon Maaf
Episodes

Updated 89 Episodes

1
1. Beda usia
2
2. Lanjut
3
3. Dimarah
4
4. Hukuman
5
5. Semakin yakin
6
6. Berkirim pesan
7
7. Arga dan ayah
8
8. Arka, kak hana
9
9. Takut keceplosan
10
10. Rumah sakit
11
11. Piknik
12
12. Ketakutan pandu
13
13. Janji pandu
14
14. Tidak setuju
15
15. Pelukan hangat
16
16. Harus bagaimana?
17
17. Tiba tiba berkabar
18
18. Dijemput
19
19. Kehilangan
20
20. Surabaya 1
21
21. Surabaya2
22
22. Surabaya3
23
23. Surabaya4
24
24. Arsy Ananda
25
25. Tak ada balasan
26
26. Iseng berbuah manis
27
27. Pandu
28
28. Hasna pengasuh untuk arsy
29
29. Sepertinya lanjut
30
30. Curi pandang
31
31. Mall pertama kali (Arsy)
32
32. Ngambeknya arsy
33
33. Digunjing lagi
34
34. Tuduhan tak berdasar
35
35. Jalan jalan pagi
36
36. Merayu pacar orang
37
37. Sakitnya arsy
38
38. Suasana diruang rawat inap arsy
39
39. Canggung
40
40. Siapa?
41
41. Harus bagaimana?
42
42. Meledak
43
43. Ajakan menikah
44
44. Ragu? Hana dilema
45
45. Cinta ga sih!
46
46. Pandu merajuk
47
47. Marahnya hana
48
48. Pandu terpancing
49
49. Pasutri
50
50. Bu ratna dalang fitnahnya
51
51. Me time yang gagal
52
52. Bundanya arga
53
53. Tidak semua .....
54
54. Hana dan amarahnya
55
55. Keputusan yang pandu ambil
56
56. Pembuktian
57
57. Terulang lagi
58
58. Jurus jitu pandu membuat hana ......
59
59. Badai di minggu pagi yang cerah
60
60. Pertemuan
61
61. Bab 61
62
62. Memilih pulang
63
63. Ingin memisahkan mereka
64
64. Anabela datang pandu melunak?
65
65. Telpon tengah malam
66
66. Tambah satu malam lagi
67
67. Pulang besok
68
68. Rayuan dini hari
69
69. Mau jadi istri kedua
70
70. CEMBURU (bikin hana jadi gila)
71
71. Bu ratna dan anabela membuat ulah
72
72. Kegelisahan yang baru pertama dialami
73
73. Harus menginap dulu
74
74. Bocah 11 tahun
75
75. Masih cinta kan sama aku?
76
76. Obrolan dua pria beda generasi
77
77. Tanda tanda kehidupan baru
78
78. Tante mau apa?
79
79. Tujuh puluh sembilan
80
80. Delapan puluh
81
81. Delapan puluh satu
82
82. Delapan puluh dua
83
83. Delapan puluh tiga
84
84. Delapan puluh empat
85
85. Delapan puluh lima
86
86. Delapan puluh enam
87
87. Delapan puluh tujuh
88
88. Delapan puluh delapan
89
Mohon Maaf

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!