Memang dasarnya hana masih muda dan energinya masih full jadi selama seharian ini hana menemani ketiga bocah laki laki dengan riang dan tak ada keluhan lelah. Arga arka dan ardan yang memang jarang sekali menikmati hari libur mereka dengan bermain di wahana bermain tentu saja jadi bersemangat mencoba semua yang ada disana. Sementara pandu yang badannya sedikit letih karena sibuk bekerja hanya bisa diam menemani kekasih dan ketiga anak berpindah dari satu wahan ke wahana yang lain.
"Mereka bertiga sepertinya sangat menikmati weekend hari ini terbukti tak ada keluhan apapun sejak awal bertemu dengan hana."
"Semoga saja anak anak bosa menerima hana dan aku bisa segera menikahi hana." Pandu bermonolog seorang diri karena sekarang keempat sedang asyik bermain bom bom car.
Sebagai pria dewasa yang paham akan aturan norma dan sebagainya tentu saja pandu mengkhawatirkan hubungannya bersama hana. Sadar akan dosa dan perbuatannya yang memang salah walaupun semuanya terus berulang karena memang sebagai pria yang pernah beristri pandu perlu menyalurkan kebutuhannya.
"Ayo kita makan dulu. Kalian dari tadi main terus bahkan minum saja tidak."
Pandu menggiring empat orang didepannya untuk keluar dulu dari area time zone tempat mereka bermain selama dua jam.
"Tapi masih mau main ayah." Rengek ardan karena merasa begitu senang bisa main sepuasnya.
"Kita makan dulu ya nak, nanti setelah makan baru main lagi."
"Ga, aku ga lapel. Aku mau main aja."
Seperti anak kecil kebanyakan jika sudah asyik bermain dan saat diminta untuk berhenti sejenak maka mereka akan menangis dan itulah yang sekarang terjadi pada ardan. Sebelum ardan meledakkan tangisnya hana sudah berjongkok untuk mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan ardan.
"Hei, kenapa anak laki laki menangis?" Lembut hana sambil mengusap lelehan air mata yang sudah jatuh di pipi ardan.
"Masih mau main tapi ayah paska suluh maem."
"Kita mainnya memang sudah terlalu lama bahkan sampai lupa minum. Apa ardan ga haus?"
Ardan mengangguk tanda kalau ia ternyata haus dan butuh minum.
"Nah, ardan saja haus. Jadi sekarang kita cari minum dulu terus makan habis itu kalau masih ada waktu kita main lagi tapi kalau seandainya waktunya sudah mepet kak hana janji akan ajak ardan main lagi minggu depan. Gimana?"
Sempat mengerjap beberapa kali akhirnya ardan mengangguk setuju dan hana membawa ardan kedalam gendongannya karena sejatinya ardan sudah kelelahan bahkan matanya terlihat sayu karena mengantuk.
"Han, kita makan didepan saja mau?"
"Aku dimana saja mas, yang penting anak anak suka menunya coba deh mas tanya abang arga dan abang arka. Mereka pengen makan apa."
Pandu yang menggandeng kiri kanan arga dan arka berjalan dibelakang hana yang sedang menggendong ardan.
"Kalian pengen makan apa?"
"Yah, boleh makan ikan bakar?"
Arka yang banyak diam sejak tadi akhirnya membuka suara menyampaikan keinginannya untuk makan ikan bakar.
"Oke, ayo kita ke ujung sana sepertinya tadi ayah lihat resto yang ada menu ikan bakarnya ada disana."
Mereka berjalan menuju resto yang dimaksud dan pemandangan itu memperlihatkan seolah mereka adalah gambaran keluarga bahagia.
Pesanan sudah tertata rapih diatas meja. Hana duduk diapit oleh ardan arka karena memang hana yang menginginkannya. Menu makan mereka ini adalah ikan dan hana sedikit khawatir jika dua anak itu tiba tiba tersedak duri ikan. Dengan telaten hana memisahkan daging ikan dengan durinya lalu menyiapkan nasi dan lauk dipiring arka dan ardan secara bergantian bahkan hana pun mengupas kulit udang yang akan dimakan oleh arga. Hana sebenarnya lelah karena menemani ketiganya bermain tapi saat anak anak itu akan makan hana tak mungkin membiarkan mereka melakukannya sendiri.
"Sudah kak, udangnya cukup. Nanti kalau mau tambah aku pasti bilang." Arga yang menjadi anak sulung tentu saja sudah paham dengan cara menghargai orang yang lebih dewasa.
"Yakin? Ayo cepat dimakan biar kakak pisahkan lagi ikan dari durinya. Kalian makan yang banyak ya." Senyum hana terlihat begitu ceria.
Hidup sebatang kara membuat hana kerap merasa kesepian apalagi saudara yang dimilikinya hanya satu dan itupun mereka terpisah jarak yang jauh. Kakak lelaki hana sudah menikah dan tinggal di kalimantan karena mendapat pekerjaan disana. Untuk orang tua, kedua orang tua hana sudah meninggal sejak lama jadi saat pandu datang dengan kehangatan penuh cinta maka dengan cepat hana terbuai bahkan rela menyerahkan dirinya secara sukarela.
Pandu duduk diam, memperhatikan bagaimana hana meladeni anak anaknya makan dan diam diam juga pandu menilai hana karena terlihat jelas kalau hana tulus kepada anak anaknya. Keyakinan pandu semakin bertambah untuk mempersunting hana menjadi istri sekaligus ibu untuk ketiga anaknya apalagi arga arka dan ardan sangat nyaman dengan kehadiran hana disisi mereka.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments