5. Semakin yakin

Memang dasarnya hana masih muda dan energinya masih full jadi selama seharian ini hana menemani ketiga bocah laki laki dengan riang dan tak ada keluhan lelah. Arga arka dan ardan yang memang jarang sekali menikmati hari libur mereka dengan bermain di wahana bermain tentu saja jadi bersemangat mencoba semua yang ada disana. Sementara pandu yang badannya sedikit letih karena sibuk bekerja hanya bisa diam menemani kekasih dan ketiga anak berpindah dari satu wahan ke wahana yang lain.

"Mereka bertiga sepertinya sangat menikmati weekend hari ini terbukti tak ada keluhan apapun sejak awal bertemu dengan hana."

"Semoga saja anak anak bosa menerima hana dan aku bisa segera menikahi hana." Pandu bermonolog seorang diri karena sekarang keempat sedang asyik bermain bom bom car.

Sebagai pria dewasa yang paham akan aturan norma dan sebagainya tentu saja pandu mengkhawatirkan hubungannya bersama hana. Sadar akan dosa dan perbuatannya yang memang salah walaupun semuanya terus berulang karena memang sebagai pria yang pernah beristri pandu perlu menyalurkan kebutuhannya.

"Ayo kita makan dulu. Kalian dari tadi main terus bahkan minum saja tidak."

Pandu menggiring empat orang didepannya untuk keluar dulu dari area time zone tempat mereka bermain selama dua jam.

"Tapi masih mau main ayah." Rengek ardan karena merasa begitu senang bisa main sepuasnya.

"Kita makan dulu ya nak, nanti setelah makan baru main lagi."

"Ga, aku ga lapel. Aku mau main aja."

Seperti anak kecil kebanyakan jika sudah asyik bermain dan saat diminta untuk berhenti sejenak maka mereka akan menangis dan itulah yang sekarang terjadi pada ardan. Sebelum ardan meledakkan tangisnya hana sudah berjongkok untuk mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan ardan.

"Hei, kenapa anak laki laki menangis?" Lembut hana sambil mengusap lelehan air mata yang sudah jatuh di pipi ardan.

"Masih mau main tapi ayah paska suluh maem."

"Kita mainnya memang sudah terlalu lama bahkan sampai lupa minum. Apa ardan ga haus?"

Ardan mengangguk tanda kalau ia ternyata haus dan butuh minum.

"Nah, ardan saja haus. Jadi sekarang kita cari minum dulu terus makan habis itu kalau masih ada waktu kita main lagi tapi kalau seandainya waktunya sudah mepet kak hana janji akan ajak ardan main lagi minggu depan. Gimana?"

Sempat mengerjap beberapa kali akhirnya ardan mengangguk setuju dan hana membawa ardan kedalam gendongannya karena sejatinya ardan sudah kelelahan bahkan matanya terlihat sayu karena mengantuk.

"Han, kita makan didepan saja mau?"

"Aku dimana saja mas, yang penting anak anak suka menunya coba deh mas tanya abang arga dan abang arka. Mereka pengen makan apa."

Pandu yang menggandeng kiri kanan arga dan arka berjalan dibelakang hana yang sedang menggendong ardan.

"Kalian pengen makan apa?"

"Yah, boleh makan ikan bakar?"

Arka yang banyak diam sejak tadi akhirnya membuka suara menyampaikan keinginannya untuk makan ikan bakar.

"Oke, ayo kita ke ujung sana sepertinya tadi ayah lihat resto yang ada menu ikan bakarnya ada disana."

Mereka berjalan menuju resto yang dimaksud dan pemandangan itu memperlihatkan seolah mereka adalah gambaran keluarga bahagia.

Pesanan sudah tertata rapih diatas meja. Hana duduk diapit oleh ardan arka karena memang hana yang menginginkannya. Menu makan mereka ini adalah ikan dan hana sedikit khawatir jika dua anak itu tiba tiba tersedak duri ikan. Dengan telaten hana memisahkan daging ikan dengan durinya lalu menyiapkan nasi dan lauk dipiring arka dan ardan secara bergantian bahkan hana pun mengupas kulit udang yang akan dimakan oleh arga. Hana sebenarnya lelah karena menemani ketiganya bermain tapi saat anak anak itu akan makan hana tak mungkin membiarkan mereka melakukannya sendiri.

"Sudah kak, udangnya cukup. Nanti kalau mau tambah aku pasti bilang." Arga yang menjadi anak sulung tentu saja sudah paham dengan cara menghargai orang yang lebih dewasa.

"Yakin? Ayo cepat dimakan biar kakak pisahkan lagi ikan dari durinya. Kalian makan yang banyak ya." Senyum hana terlihat begitu ceria.

Hidup sebatang kara membuat hana kerap merasa kesepian apalagi saudara yang dimilikinya hanya satu dan itupun mereka terpisah jarak yang jauh. Kakak lelaki hana sudah menikah dan tinggal di kalimantan karena mendapat pekerjaan disana. Untuk orang tua, kedua orang tua hana sudah meninggal sejak lama jadi saat pandu datang dengan kehangatan penuh cinta maka dengan cepat hana terbuai bahkan rela menyerahkan dirinya secara sukarela.

Pandu duduk diam, memperhatikan bagaimana hana meladeni anak anaknya makan dan diam diam juga pandu menilai hana karena terlihat jelas kalau hana tulus kepada anak anaknya. Keyakinan pandu semakin bertambah untuk mempersunting hana menjadi istri sekaligus ibu untuk ketiga anaknya apalagi arga arka dan ardan sangat nyaman dengan kehadiran hana disisi mereka.

...****************...

Episodes
1 1. Beda usia
2 2. Lanjut
3 3. Dimarah
4 4. Hukuman
5 5. Semakin yakin
6 6. Berkirim pesan
7 7. Arga dan ayah
8 8. Arka, kak hana
9 9. Takut keceplosan
10 10. Rumah sakit
11 11. Piknik
12 12. Ketakutan pandu
13 13. Janji pandu
14 14. Tidak setuju
15 15. Pelukan hangat
16 16. Harus bagaimana?
17 17. Tiba tiba berkabar
18 18. Dijemput
19 19. Kehilangan
20 20. Surabaya 1
21 21. Surabaya2
22 22. Surabaya3
23 23. Surabaya4
24 24. Arsy Ananda
25 25. Tak ada balasan
26 26. Iseng berbuah manis
27 27. Pandu
28 28. Hasna pengasuh untuk arsy
29 29. Sepertinya lanjut
30 30. Curi pandang
31 31. Mall pertama kali (Arsy)
32 32. Ngambeknya arsy
33 33. Digunjing lagi
34 34. Tuduhan tak berdasar
35 35. Jalan jalan pagi
36 36. Merayu pacar orang
37 37. Sakitnya arsy
38 38. Suasana diruang rawat inap arsy
39 39. Canggung
40 40. Siapa?
41 41. Harus bagaimana?
42 42. Meledak
43 43. Ajakan menikah
44 44. Ragu? Hana dilema
45 45. Cinta ga sih!
46 46. Pandu merajuk
47 47. Marahnya hana
48 48. Pandu terpancing
49 49. Pasutri
50 50. Bu ratna dalang fitnahnya
51 51. Me time yang gagal
52 52. Bundanya arga
53 53. Tidak semua .....
54 54. Hana dan amarahnya
55 55. Keputusan yang pandu ambil
56 56. Pembuktian
57 57. Terulang lagi
58 58. Jurus jitu pandu membuat hana ......
59 59. Badai di minggu pagi yang cerah
60 60. Pertemuan
61 61. Bab 61
62 62. Memilih pulang
63 63. Ingin memisahkan mereka
64 64. Anabela datang pandu melunak?
65 65. Telpon tengah malam
66 66. Tambah satu malam lagi
67 67. Pulang besok
68 68. Rayuan dini hari
69 69. Mau jadi istri kedua
70 70. CEMBURU (bikin hana jadi gila)
71 71. Bu ratna dan anabela membuat ulah
72 72. Kegelisahan yang baru pertama dialami
73 73. Harus menginap dulu
74 74. Bocah 11 tahun
75 75. Masih cinta kan sama aku?
76 76. Obrolan dua pria beda generasi
77 77. Tanda tanda kehidupan baru
78 78. Tante mau apa?
79 79. Tujuh puluh sembilan
80 80. Delapan puluh
81 81. Delapan puluh satu
82 82. Delapan puluh dua
83 83. Delapan puluh tiga
84 84. Delapan puluh empat
85 85. Delapan puluh lima
86 86. Delapan puluh enam
87 87. Delapan puluh tujuh
88 88. Delapan puluh delapan
89 Mohon Maaf
Episodes

Updated 89 Episodes

1
1. Beda usia
2
2. Lanjut
3
3. Dimarah
4
4. Hukuman
5
5. Semakin yakin
6
6. Berkirim pesan
7
7. Arga dan ayah
8
8. Arka, kak hana
9
9. Takut keceplosan
10
10. Rumah sakit
11
11. Piknik
12
12. Ketakutan pandu
13
13. Janji pandu
14
14. Tidak setuju
15
15. Pelukan hangat
16
16. Harus bagaimana?
17
17. Tiba tiba berkabar
18
18. Dijemput
19
19. Kehilangan
20
20. Surabaya 1
21
21. Surabaya2
22
22. Surabaya3
23
23. Surabaya4
24
24. Arsy Ananda
25
25. Tak ada balasan
26
26. Iseng berbuah manis
27
27. Pandu
28
28. Hasna pengasuh untuk arsy
29
29. Sepertinya lanjut
30
30. Curi pandang
31
31. Mall pertama kali (Arsy)
32
32. Ngambeknya arsy
33
33. Digunjing lagi
34
34. Tuduhan tak berdasar
35
35. Jalan jalan pagi
36
36. Merayu pacar orang
37
37. Sakitnya arsy
38
38. Suasana diruang rawat inap arsy
39
39. Canggung
40
40. Siapa?
41
41. Harus bagaimana?
42
42. Meledak
43
43. Ajakan menikah
44
44. Ragu? Hana dilema
45
45. Cinta ga sih!
46
46. Pandu merajuk
47
47. Marahnya hana
48
48. Pandu terpancing
49
49. Pasutri
50
50. Bu ratna dalang fitnahnya
51
51. Me time yang gagal
52
52. Bundanya arga
53
53. Tidak semua .....
54
54. Hana dan amarahnya
55
55. Keputusan yang pandu ambil
56
56. Pembuktian
57
57. Terulang lagi
58
58. Jurus jitu pandu membuat hana ......
59
59. Badai di minggu pagi yang cerah
60
60. Pertemuan
61
61. Bab 61
62
62. Memilih pulang
63
63. Ingin memisahkan mereka
64
64. Anabela datang pandu melunak?
65
65. Telpon tengah malam
66
66. Tambah satu malam lagi
67
67. Pulang besok
68
68. Rayuan dini hari
69
69. Mau jadi istri kedua
70
70. CEMBURU (bikin hana jadi gila)
71
71. Bu ratna dan anabela membuat ulah
72
72. Kegelisahan yang baru pertama dialami
73
73. Harus menginap dulu
74
74. Bocah 11 tahun
75
75. Masih cinta kan sama aku?
76
76. Obrolan dua pria beda generasi
77
77. Tanda tanda kehidupan baru
78
78. Tante mau apa?
79
79. Tujuh puluh sembilan
80
80. Delapan puluh
81
81. Delapan puluh satu
82
82. Delapan puluh dua
83
83. Delapan puluh tiga
84
84. Delapan puluh empat
85
85. Delapan puluh lima
86
86. Delapan puluh enam
87
87. Delapan puluh tujuh
88
88. Delapan puluh delapan
89
Mohon Maaf

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!