Masih duduk dan mengomel tanpa henti padahal sekarang sudah jam setengah 12 malam tapi maya masih betah bertahan diruang tengah menunggui putra sulungnya yang katanya pergi kerja tapi sampai tengah malam begini belum juga pulang.
Ceklek
Pandu membuka pintu rumahnya dengan santai karena yang ia tau seisi rumah pasti sudah pergi tidur semua.
"Kerja apa pulangnya sampai tengah malam begini ndu? Kamu itu udah kayak anak ABG yang baru puber pulang ga tau waktu." Sungut maya saat pandu baru sampai diruang tengah.
Lampu yang temaram membuat pandu tak menyadari keberadaan ibunya di sofa depan televisi.
"Ma" cicit pandu dengan wajah kaget.
"Mama ngapain jam segini kok masih diluar kamar bukannya istirahat."
"Mama nunggu kamu."
"Astaga ma, aku ini sudah tua loh kenapa sampai haru ditunggu segala." Heran pandu sambil menggelengkan kepala.
"Darimana kamu?" Maya tak menghiraukan pertanyaan putranya dan malah balik bertanya. Sambil mendekat maya menelisik penampilan pandu yang segar karena baru habis mandi setelah tadi bergulat dengan hana sampai tiga kali.
"Apa sih ma." Pandu mundur selangkah karena merasa kurang nyaman dengan tatapan curiga yang ibunya tunjukan.
"Darimana kamu? Kenapa rambut mu basah dan bau mu seperti baru habis mandi. Segar."
"Ih, mama apa sih." Pandu lagi munduk selangkah.
"Jawab mama ndu, kamu darimana?"
"Ma, aku bukan anak kecil lagi." Sungut pandu.
"Kamu darimana pandu." Kali ini suara maya meninggi karena pandu tak kunjung memberi jawaban.
"Kerja ma, aku baru pulang kerja. Memangnya aku kemana lagi? Hari hari aku keluar rumah kan untuk bekerja."
Jawaban pandu tak masuk diakal menurut maya dan ia berdecak sambil menggelengkan kepalanya.
"Mama kenapa sih? Aku ini seperti anak SMA yang ketahuan bohong saja. Sudah mama kekamar gih, istirahat ini sudah tengah malam."
"Berhenti pandu."
Pandu menghentikan langkahnya yang saat akan menaiki tangga menuju kamarnya dilantai dua.
"Kenapa lagi sih ma? Aku capek, mau istirahat besok aku ada meeting pagi di kantor." Pandu tak berbohong kalau besok memang dirinya akan ada meeting dan sekarang tubuhnya sangat lelah.
"Jawab mama."
"Kamu darimana saja? Sudah dua kali selama mama disini kamu pulang larut malam begini, dulu waktu masih ada ana kamu selalu pulang tepat waktu bahkan kamu lebih sering bawa pekerjaan pulang kalau memang kamu lagi sibuk sama urusan kantor."
"Ma, berhenti sebut nama itu." Pandu memang akan berubah sensi kalau sudah ada yang menyebut nama mantan istrinya yang dengan tega meninggalkan dirinya bersama tiga anak mereka tanpa alasan yang jelas.
"Kamu terlalu kaku dan ga bisa perhatian sama ana makanya kamu ditinggalkan bahkan ana nangis nangis sama ke mama."
Selalu hal itu yang maya ucapkan setiap kali pembahasan tentang ana sedang dilakukan padahal yang sebenarnya tidaklah begitu. Pandu adalah suami pengertian bahkan cintanya untuk ana dulu begitu besar jadi jika sudah cinta maka seluruh perhatian dan kasih sayang yang pandu miliki tentu saja dicurahkan sepenuhnya kepada ana tapi entah kenapa ana bisa menyampaikan kebohongan pada maya saat akan pergi kabur keluar negeri.
"Ma, sudahlah. Aku dan ana sudah selesai, kami sudah bercerai dan jangan lagi mama sebut nama dia dirumah ini. Kasihan anak anak ku, semuanya juga sudah berlalu selama lima tahun lebih jadi mama tak perlu menganggap ana sebagai menantu lagi karena pengadilan sudah memutuskan kalau kami bercerai."
Dengan perasaan tak menentu pandu meninggalkan maya diruang tengah dan naik kelantai dua. Saat baru saja pandu menutup pintu kamarnya ponsel yang ada dikantong celananya berbunyi. Nama hana tertera dilayar ponsel dan membuat pandu menarik napas panjang guna menetralkan perasaan kesalnya saat ini.
"Halo" sapa pandu.
"Mas sudah sampai rumah?" Tanya hana dengan suara khawatir.
"Hmm, baru aja masuk kamar. Maaf ya mas ga pamitan soalnya tidurmu tadi nyenyak banget, mas ga tega kalau mau bangunin."
"Hmm, ga apa. Maaf ya mas ,aku ketiduran habisnya capek banget."
Pandu mengulas senyum saat mendengar hana mengatakan kalau dirinya lelah. Tentu saja lelahnya hana akibat beringasnya pandu tadi dan hal itu sontak saja membuat sekujur tubuh pandu meremang karena mengingat bagaimana tadi mereka saling memuja.
"Mas" panggil hana karena pandu terdiam cukup lama.
"Eh, iya. Kenapa?"
"Kenapa diem? Jangan bilang kalau mas sekarang lagi senyum senyum terus mikir jorok." Tebak hana dan tentu saja hal itu benar.
"Ga, ga kok." Pandu berkilah.
"Ah, jangan bohong kamu. Aku tau, kamu kan om om mesum."
"Hei, kamu." Pandu tak terima jika dara mudanya sudah menyebut dirinya adalah om om mesum.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments